Prolog

620 116 12
                                    

"Mager banget gue mau kuliah!!!" Teriak Adit.

"Berisik lo!" Kesal Azka.

"Manusia prik diam!"

"Lo juga termasuk spesies manusia prik yang langkah dan hampir punah!"

Adit dan Azka saling mendorong dikoridor kampus menuju kelas mereka. Keduanya menjadi bahan tontonan para mahasiswa dan mahasiswi yang ada disekitarnya tanpa malu sedikitpun.

"Kapan ya, gue bisa langsung jadi sarjana?" Tanya Azka.

"Kapan-kapan, kita berjumpa lagi." Nyanyi Adit.

"Sialan!"

"Lo yang sialan! Baru jadi Maba aja udah ngayal jadi sarjana!"

"Ya kan gue pengen cepat-cepat punya bini!"

"Dih? Emang ada yang mau sama lo?"

Setelah mengatakan itu, Adit langsung berlari meninggalkan Adit yang sudah mengambil ancang-ancang untuk menggeplak kepalanya. Ia berlari secepat kilat dan membuka pintu kelasnya yang tertutup dengan kasar.

Brak!

Seorang gadis terperanjat mendengar pintu yang dibuka dengan keras. Ia menggeram karena baru saja menjadi mahasiswi baru dikampus ini dan harus berada didalam satu kelas yang sama dengan jenis manusia spesies seperti ini.

Tak!

"Aw!"

Adit terpekik kesakitan saat sebuah sepatu melayang mengenai kepalanya. Ia mengusap kepalanya dan meringis sambil melihat kedepan. Usapannya langsung terhenti ketika melihat seorang gadis dengan pakaian jauh dari kata feminim sedang menatapnya nyalang. Adit sampai tidak mengedipkan matanya saat melihat wajah gadis itu.

"Gadis sepatu." Batin Adit.

"Kalo mau rusakin pintu, silahkan rusakin pintu yang ada dirumah lo!" Ketus gadis itu.

"Kalo rusakin pintu hati lo, boleh gak?" Tanya Adit.

Mendengar perkataan Adit, teman-teman sekelasnya tertawa geli. Mereka menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat raut perubahan wajah gadis yang digoda oleh Adit itu sudah berubah.

"Rusakin aja pintu rumah Bapak lo!" Berang gadis itu.

"Aw, gue suka yang galak-galak. Apalagi-"

Tak!

Adit kembali meringis karena gadis itu melemparnya lagi dengan sepatu sebelahnya. Ia mengambil sepatu itu dan mengangkatnya dengan kedua tangan yang masing-masing memegang sebelah sepatu itu.

"Barbar." Sambung Adit.

Adit mengedipkan sebelah matanya melihat gadis sepatu itu yang kini sudah melototkan matanya. Ia berjalan mendekati gadis itu dan menyelipkan anak rambutnya dibelakang telinga.

"Jangan galak-galak, nanti gue jadi cinta. Susah lo nanti." Bisik Adit.

Setelah mengatakan itu, ia berjongkok dan meletakkan sepasang sepatu gadis itu dibawah kakinya. Adit kembali berdiri dan meniup telinga gadis itu yang langsung menatapnya sengit. Lalu dengan santai, ia berjalan mencari tempat duduk yang ada dipojok ruangan sambil sesekali mengedip-ngedipkan matanya ketika ia sudah duduk disana sambil memangku sebelah wajahnya dengan tangan kanannya.

7 September 2022

Emang up deh, karna hasil polling di Instagram 100% setuju semua 🤗

Bagaimana? Papi Adit cintanya tumbuh, berawal dari sepatu Mami Alin 😂

Yuk, sapa sepatah dua patah untuk Papi Adit 🤗

Jangan lupa follow Instagram emak ya: rtan_04 🤗

Kalo banyak yang follow dan Vote tembus 500, emak up lagi besok 😁

Pocong In Lop (The Story of Ale's Parents)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang