Alin membuang wajahnya kesamping ketika Adit duduk dikursi sebelahnya. Ia sangat malas melihat wajah laki-laki ini karena sudah membuat hatinya terluka. Sejak jam mata kuliah berakhir, dirinya hanya diam didalam kelas sendirian.
"Widya mana?" Tanya Adit.
Mendengar pertanyaan itu, Alin hanya diam. Ia tidak mau merespon Adit dan hanya melihat kerah luar jendela.
"Sombong amat." Ucap Adit kembali.
"Pergi." Usir Alin.
"Lah? Kok gue diusir?"
Brak!
Alin memukul meja. Ia berdiri dari duduknya dan mengambil tasnya dengan kasar.
"Mau kemana?" Tanya Adit.
Adit menahan lengan Alin yang hendak berjalan. Ia juga ikut berdiri dan menatap gadis itu dengan bingung. "Lo kenapa sih?"
"Lepas!" Desis Alin.
"Gue cuma mau duduk doang sama lo."
"Gue gak mau!"
"Kok gak mau? Harusnya lo bersyukur, Lin. Banyak cewek dikampus ini yang mau duduk berdua sama gue."
Alin terkekeh mendengar perkataan Adit. Ia menatap dingin laki-laki itu dan mendekatinya. "Tapi gue enggak!"
"Buset! Dag dig dug ser jantung gue!" Pekik Adit.
"Menjijikan!"
"Gue caplok juga tuh mulut!"
Setelah mengatakan itu, Adit mencubit bibir Alin. Ia tertawa sendiri karena melihat wajah gadis itu yang kembali garang dan siap menerkamnya kapan saja.
"Seksi banget sih wajah lo, Lin." Gemas Adit.
"Pengen gue ludahin wajah lo!" Berang Alin.
"Weh! Jangan! Nanti ribet urusannya kalo lo mau ambil lagi tuh ludah!"
"Sinting!"
"Bunting? Siapa yang bunting?! Elo?! Siapa yang buntingin?! Mau tanggung jawab gak bapaknya?! Kalo enggak, biar gue aja yang tanggung jawab! Ikhlas lahir batin gue!"
Alin menganga tak percaya mendengar perkataan gila Adit. Ia menepuk mulut laki-laki itu dan mendorong tubuhnya.
"Gila lo!" Teriak Alin.
"Tuh kan! Gue demen nih kalo lo lagi mode kayak gini!" Seru Adit.
"Jijik banget sih lo!"
"Jijik tapi diliatin juga."
"Pergi gak lo!"
"Diusir mulu gue. Jangan gitu, Lin. Nanti gue beneran pergi, entar lo nyari-nyari gue."
"Kalo punya cita-cita jangan ketinggian!"
"Justru karna itu, Lin. Cita-cita gue mau jadiin lo bini gue seumur hidup."
"Gila!"
"Nanti kalo kita punya anak, gue mau inisial nama depannya A juga ya. Biar nanti gue buat perusahaan sendiri yang namanya A3 group! Mau cewek atau cowok, yang penting inisial depannya harus huruf A! Adit, Alin dan A.. belum tau!"
Mendengar itu, Alin memejamkan matanya. Ia berjalan mundur dan hendak meninggalkan Adit. Namun, kakinya tersandung ujung kursi hingga membuatnya hampir terjatuh.
"Kalo mau modus jangan bahayain diri sendiri, Lin." Ucap Adit.
Adit menahan pinggang Alin yang hampir terjatuh. Ia memeluknya erat dan menempelkan dagunya dipundak gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pocong In Lop (The Story of Ale's Parents)
Teen FictionKisah Seorang Adit Elezar yang gencar ingin mendapatkan hati Alin Leheria, teman satu kelasnya dikampus yang mencuri perhatiannya sejak diawal masuk kelas. Adit selalu berusaha mencari cara untuk bisa dekat dan menarik perhatian Alin agar selalu ter...