Alin memandang kesal Adit yang sedang duduk diatas motornya untuk menunggu dirinya. Ia menjadi merasa menyesal karena telah memilih memarkirkan motornya itu diparkiran basement kampus.
"Akhirnya, jodoh gue datang menghampiri." Ucap Adit.
"Menjauh!" Ketus Alin.
"Duh! Galak amir. Gue kan jadi makin cinta."
"Berhenti ganggu gue!"
"Tidak semudah itu Sayang."
Mendengar itu, Alin menghembuskan nafasnya. Entah dengan cara apalagi yang harus ia lakukan agar laki-laki ini berhenti mengganggu dirinya.
"Minggir!" Kesal Alin.
"Nebeng dong, Lin." Ucap Adit.
"Lo kira gue tukang ojek lo?!"
"Wah! Ide bagus tuh!"
"Gue tampol juga lo!"
"Pake cintamu ya tampolnya."
Adit mengerlingkan matanya melihat Alin. Ia menahan tawanya karena sudah berhasil menaikan darah gadis itu.
"Lin, melotot terus. Gak takut itu mata keluar, trus gelinding ketempat gue." Ucap Adit.
"Pergi dan jangan pernah ganggu gue lagi!" Desis Alin.
"Diusir mulu gue. Jangan gitulah, Lin."
"Jangan ganggu gue makanya!"
"Gak bisa, Lin. Kalo gue gak gangguin lo, kapan lagi gue bisa dapetin hati lo yang kokohnya ngalahin tembok derita."
"Terserah! Minggir lo!"
"Gue nebeng ya, Lin."
"Enggak!"
"Ish! Nebeng dong!"
"Terlalu najis gue nebengin lo!"
"Bener-bener nih calon bini. Emang doyan banget minta kena cium."
"Dosa apa gue harus ngadepin manusia gila ini!"
Alin mengerang frustasi melihat keanehan Adit. Ia meremas rambutnya dan menariknya kasar. Melihat itu, Adit mengernyitkan keningnya sambil terus menatap Alin.
"Sakit kepala, Lin?" Tanya Adit.
"Iya! Lebih tepatnya gue sakit jiwa ngadepin lo!" Sarkas Alin.
"Lo gila juga tetap gue terima, Lin."
"Gue yang gak mau terima!"
"Cinta ini membunuhku."
"Gak usah nyanyi lo!"
"Lah? Mulut gue yang nyanyi, kok malah situ yang ribet."
"Suara lo jelek!"
Adit menyemburkan tawanya mendengar teriakkan Alin. Ia memainkan bibirnya dan sesekali mengedip-ngedipkan matanya melihat gadis itu.
"Lin, nikah muda yuk." Ajak Adit.
"Gak sudi gue!" Berang Alin.
"Tenang, Lin. Gue jamin lo gak bakalan hidup susah sama gue."
"Terserah!"
"Ngegas mulu lo, Lin. Kayak kucing mau lahiran aja."
Mata Alin langsung melotot mendengar perkataan Adit. Ia mengangkat tangannya dan ingin memukul kepala laki-laki itu.
Hap!
Adit berhasil menangkap tangan Alin. Ia menurunkan tangan gadis itu dan menepuk-nepuk punggung tangannya ketika sudah turun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pocong In Lop (The Story of Ale's Parents)
Ficção AdolescenteKisah Seorang Adit Elezar yang gencar ingin mendapatkan hati Alin Leheria, teman satu kelasnya dikampus yang mencuri perhatiannya sejak diawal masuk kelas. Adit selalu berusaha mencari cara untuk bisa dekat dan menarik perhatian Alin agar selalu ter...