Kelewat Batas

204 58 4
                                    

Frida tersenyum manis ketika melihat Adit yang sedang makan dikantin kampus. Ia langsung berjalan mendekati laki-laki itu dan duduk disebelahnya sambil merapikan rambutnya.

"Hai, Dit." Sapa Frida.

"Ceilah, pake hai-hai segala." Jawab Adit.

"Kan biar dekat gitu."

"Lah? Emang kita lagi jauhan sekarang?"

Mendengar itu, Azka tertawa. Ia kembali memakan mie rebusnya tanpa perduli dengan Frida yang sedang berusaha mendekati Adit.

"Azka, gue duduk disini ya." Ucap Kinar.

"Duduk aja." Jawab Azka cuek.

"Tapi.. lo gak marah kan?"

"Duduk ya tinggal duduk, Nar. Jangan dibawa ribet deh."

Kinar terkekeh mendengar perkataan Azka. Ia langsung duduk dan sesekali mencuri pandang melihat Azka yang sedang makan dengan lahap.

"Dasar kardus!"

Mendengar itu, Azka tersedak makanannya sendiri. Ia dengan cepat melihat kearah sumber suara dan melototkan matanya saat melihat Widya yang sudah mengeluarkan tanduk tak kasat mata dari kepalanya.

"Wid! Ini gak kayak yang lo pikirin!" Ucap Azka panik.

"Dasar bandot!" Kesal Widya.

"Lo sih, Nar! Ngapain pake duduk disitu!"

Kinar menatap Widya saat Azka memarahinya. Ia menundukkan kepalanya dan tetap duduk dengan tenang tanpa mau pindah.

"Ini tempat umum! Siapa aja boleh duduk disini!" Ucap Frida.

"Diam lo Mak Lampir!" Jawab Widya.

"Temen lo tuh yang Mak Lampir!"

"Lo! Sadar diri dengan penampilan lo yang mengerikan itu!"

"Hellow! Gue mengerikan? Ingat ya! Gue ini primadona kampus!"

"Alah! Primadona gadungan aja belagu banget lo!"

Melihat keributan itu, Azka dan Adit memilih diam. Mereka berdua saling berpandangan tanpa mau ikut campur kalau sudah begini.

"Fri, udah." Lerai Kinar.

"Enggak, Nar! Nih cewek songong harus dilawan!" Bantah Frida.

"Heh! Gak kebalik tuh?!" Berang Widya.

Alin yang baru masuk kedalam kantin langsung berdecak mendengar keributan itu. Ia berjalan mendekati Widya dan menepuk pundaknya.

"Ngapain lo ngeladenin dia. Buang-buang tenaga." Ucap Alin.

"Lin! Gue gak terima dia ngatain lo!" Jawab Widya ngegas.

"Biarin aja. Lagi caper palingan."

Mengerti maksud perkataan Alin, Adit melebarkan matanya. Ia berjalan mendekati gadis itu dan memegang tangannya sambil menarik-nariknya.

"Lin! Sayangku! Gue gak selingkuh! Dia aja yang nempelin gue!" Ucap Adit kepedean.

"Apaan sih lo?!" Kesal Alin.

"Beneran, Lin! Gue setia sama lo!"

"Sakit ya, lo!"

"Leherku! Gadis sepatuku! Calon Mami anakku! Serius!"

Alin menggelengkan kepalanya melihat tingkah Adit. Ia berjalan mundur untuk menjauhi laki-laki itu.

"Oi! Dasar prik lo! Itu si Alin takut!" Teriak Azka.

Pocong In Lop (The Story of Ale's Parents)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang