"Bidadari!!"
Alin menutup kedua telinganya mendengar teriakkan Adit yang memanggilnya. Ia menatap kesal laki-laki itu yang sedang tersenyum lebar menatap dirinya.
"Berisik!" Kesal Alin.
"I lop yu tu." Ucap Adit.
Alin menarik pengeras suara yang digunakan Adit untuk memanggilnya. Ia melemparkan pengeras suara itu dan berjalan meninggalkan Adit.
"Judes banget sih, Lin." Ucap Adit yang mengejar Alin.
Adit berjalan dibelakang Alin sambil memegang ujung rambut panjang gadis itu. Ia menggoyang-goyangkan ujung rambut yang sedang ia pegang sambil terkikik.
"Rambutnya lembut. Yang punyanya galak pake ampun." Ucap Adit.
"Apa lo bilang?!"
Alin langsung berbalik dan menepis tangan Adit yang memegang rambutnya. Ia menatap nyalang laki-laki itu dan menarik kerah bajunya.
"Jangan tinggi-tinggi angkat kerahnya. Nanti roti sobek gue keliatan cewek-cewek kampus." Ucap Adit kembali.
"Bergelambir!" Sarkas Alin.
"Dih? Emang pernah liat?"
"Gak sudi gue liatnya!"
"Lin, turunin deh. Beneran keliatan ini."
Mendengar itu, Alin mengerutkan keningnya. Ia melihat kearah perut Adit dan langsung melepaskan cengkraman tangannya dikerah baju laki-laki itu.
"Pergi lo!" Kesal Alin.
"Terhina banget gue. Roti sobek gue udah diliat gratis sama lo, abis itu gue malah diusir." Ucap Adit memanyunkan bibirnya.
"Jijik gue!"
"Astaga! Sini, gue kasih liat full sama lo!"
Setelah mengatakan itu, Adit menarik tangan Alin. Ia membawa gadis itu keruangan kosong yang ada diujung kampus.
"Lepasin!" Teriak Alin.
"Cari tempat sepi, Lin. Biar gak ada yang liat selain lo." Jawab Adit.
"Gila! Lepasin!"
"Diem. Nanti ketahuan orang."
Brak!
Pintu ruangan tertutup setelah mereka berdua masuk kedalam ruangan. Alin menarik tangannya dari genggaman tangan Adit dan menatapnya was-was.
"Sini, Lin." Panggil Adit.
"P-pergi l-lo!" Ucap Alin tergagu.
"Lah? Kok jadi gagu dadakan, Lin?"
Tak menghiraukan pertanyaan Adit, Alin berlari kearah pintu. Ia menarik gagang pintu dan berhasil ditahan oleh Adit.
"Mau kemana?" Tanya Adit.
"Tolong!" Teriak Alin.
"Heh! Ngapain lo minta lontong?"
"Gila! Gue mau keluar!"
"Ck, ngapain keluar? Katanya mau liat roti sobek secara penuh."
"Sinting!"
"Gue gak salting."
"Tolong- hmmpp!"
Adit menutup mulut Alin yang terus berteriak. Ia menarik paksa tubuh gadis itu ketengah ruangan. Lalu, ia mendudukkannya dan dengan cepat Adit menjadikan paha Alin sebagai bantal saat ia membaringkan tubuhnya.
"Lo!" Kesal Alin.
"Bentar doang, Lin. Gue ngantuk banget." Jawab Adit.
"Berat!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pocong In Lop (The Story of Ale's Parents)
Teen FictionKisah Seorang Adit Elezar yang gencar ingin mendapatkan hati Alin Leheria, teman satu kelasnya dikampus yang mencuri perhatiannya sejak diawal masuk kelas. Adit selalu berusaha mencari cara untuk bisa dekat dan menarik perhatian Alin agar selalu ter...