Alin memejamkan matanya ditempat duduknya. Ia menghela nafas gelisah karena selalu teringat dan terbayang dengan apa yang dilakukannya bersama Adit kemarin.
Flashback On
Adit terus menatap mata Alin yang terlihat sayu. Tangannya terus melanjutkan membuka resleting jaket yang dipakai oleh gadis itu.
"Lin." Panggil Adit dengan suara rendahnya.
Mengatur nafasnya, Adit menunggu jawaban dari Alin. Ia memejamkan matanya berusaha meredam apa yang ada pikirannya saat ini. Namun, sekuat apapun ia meredam itu semua, suasana yang mendukung membuat itu tidak berarti.
"Gue akan pertanggung jawabkan apa yang gue lakuin, Lin."
Setelah mengatakan itu, Adit memutar keadaan. Ia menurunkan sandaran kursi mobilnya. Dengan cepat, ia menarik tubuh Alin dan menidurkannya dikursi. Membelai wajah gadis cantik yang sudah membuatnya tergila-gila, Adit mendekatkan wajahnya.
Dengan perlahan tapi pasti, ia kembali mencium bibir itu yang selalu membuatnya candu dan terus melanjutkan membuka jaket Alin. Adit menurunkan ciumannya ke leher jenjang gadis itu sambil membuka satu persatu kancing kemeja yang digunakannya dan membisikkan sesuatu ditelinga Alin.
"I love you."
Setelah mengatakan itu, Adit juga melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukannya kepada Alin. Ia membuka kaos yang ia gunakan dan kembali memberikan sentuhan-sentuhan yang membuat gadis itu melayang.
Dan pada siang itu, Adit dan Alin melakukan hal yang tak seharusnya mereka lakukan dan diiringi suara hujan yang menjadi saksi atas apa yang mereka lakukan.
Flashback Off
Cup!
Alin tersentak ketika pipinya dicium dari belakang. Ia langsung menoleh dan terdiam begitu melihat siapa orang yang dengan berani mencium pipinya.
"Tegang amat mukanya." Ucap Adit.
Setelah mengatakan itu, Adit duduk dikursi sebelah Alin. Ia tersenyum manis melihat gadis itu yang kini sudah memalingkan wajahnya kesamping.
"Cuek amat. Gue disini!" Ucap Adit kembali.
Tak memperdulikan perkataan laki-laki itu, Alin tetap diam. Ia merasa aneh dan malu setelah apa yang mereka lakukan kemarin.
Huuff!
Alin langsung memegang telinganya yang baru saja ditiup oleh Adit. Ia menatap aneh laki-laki itu dengan tubuh yang meremang karena perlakuannya.
"Ceileee! Pake baju leher kura-kura lo?" Ucap Adit bersemangat.
"Berisik!" Kesal Alin.
"Berisik! Lo tuh yang berisik! Kuat banget ngedes- hhmmpp!"
Alin dengan cepat menutup mulut Adit dengan tangannya. Ia melirik kiri dan kanannya untuk melihat teman-teman sekelasnya. Merasa tidak ada yang mendengar, Alin menarik tangannya dan menatap tajam laki-laki yang duduk disebelahnya itu.
"Masih merah, Lin?" Tanya Adit berbisik.
"Apaan sih lo?!" Ucap Alin dengan wajah memerah.
"Liat, Lin."
"Gue tampol juga lo!"
"Galak amat."
"Pergi lo!"
Adit tertawa mendengar perkataan Alin. Ia meletakkan tangan kanannya keatas meja dan memangku kepalanya sambil melihat gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pocong In Lop (The Story of Ale's Parents)
Teen FictionKisah Seorang Adit Elezar yang gencar ingin mendapatkan hati Alin Leheria, teman satu kelasnya dikampus yang mencuri perhatiannya sejak diawal masuk kelas. Adit selalu berusaha mencari cara untuk bisa dekat dan menarik perhatian Alin agar selalu ter...