"Pagi ma!"
"Pagi sayang. Oh iya, La tolong bangunin Dirga dulu itu. Tadi malem belum makan."
"Ohh iya. Habis pulang dari Taman Angsa kemaren mukanya juga bete tuh."
"Yaudah, aku bangunin dulu deh."
"Iya."
'Tok-tok'
"Dirga! Ga! Aku masuk ya?"
"Hmm."
"Ayo bangun dulu, terus makan. Tadi malem kamu belum makan, kan?" Ucap Lala sembari mengguncang tubuh adiknya.
"Ga nafsu."
"Nanti sakit, Dirgaaa." Lala menyentuh kening adiknya, untuk memastikan.
"Masih ngantuk."
"Eh? Badan kamu kok panas?"
"Gatau."
"ck. Ayo Dirgaaa. Harus pake cara apa sih biar kamu mau makan?"
"La! Tas kecil warna pink punya gue kemarin liat ga?" Sahut Tina dari depan pintu.
"Ehh, Na! Pegang deh." Tina pun manghampiri dan menyentuh kening Dirga.
"Badan lo panas banget, Ga."
"Emm... kak Tina?"
"Lo jagain Dirga dulu, Na. Supaya ga tidur lagi. Gue mau ngambil makan sama obatnya. "
"Oke."
Lala mengancir pergi meninggalkan kamar Dirga.
"Jangan tidur lagi, Ga!" Ucap Tina lembut, sembari memijit pelan tangan kekar laki - laki itu.
"Ga tidur, cuma pusing kalau buka mata."
"Lagian, kenapa tadi malem ga makan dulu? jangan bikin gue khawatir, bisa ga?"
Mata Dirga seketika membelalak, padahal untuk mengintip saja tadi rasanya berat sekali.
"Kakak khawatirin aku?"
"Iyalah. Gue kan sayang sama lo, masa kalo lo sakit gue ga khawatir?"
Tak mampu digambarkan lagi bagaimana penampakan wajah Dirga yang begitu sumringah saat ini.
Ia merasakan ada banyak kupu-kupu yang beterbangan diperutnya.
"Kenapa senyum-senyum gitu, sih?" Dirga hanya menggeleng.
Rela sakit terus deh, kalau kak Tina perhatian kayak gini. Batinnya.
"Nih makan dulu! Habis itu minum obat." Lala datang membawa nampan makanan beserta obat dan langsung meletakkannya di atas meja.
Pandangan Tina pada Dirga memberikan semangat 45, untuk menghabiskan semangkuk bubur itu.
Lala menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Perasaan, dulu kalau sakit makannya lemes banget. Sekarang kok bisa cepet banget, dek?"
"Hem? biar-- biar bisa cepet tidur lagi aja."
"Ouuh."
"Nih diminum dulu obatnya." Lala menyodorkan obat itu utuh-utuh.
"Kakak lupa? aku kan ga bisa minum obat kalo ga di gerus dulu."
"Astagaa, Dirga... kamu tuh udah gede masa harus pake digerus segala?"
Dirga semakin menjauh kan diri ke pojokkan kasur.
"Sini, La obatnya. Biar gue aja." Lala pun menyerahkan obat itu ke Tina.
Tina mulai bergerak naik ke atas tempat tidur Dirga.
"Langsung telen aja pake air minum, Dirgaaa." Ucap Tina sembari membuka perlahan mulut cowok itu.
Dirga meneguk salivahnya. Matanya masih memandang Tina dengan wajah tegang.
"Gue ke bawah dulu ya, Na. Kabarin kalau dia mau minum obatnya." Tina pun mengangguk pasrah.
Tina memandang Dirga dengan wajah melas. "Ayo buka mulutnya... Kan biar cepet sembuh."
"Bilang sayang dulu baru aku minum obatnya."
"Sayang, diminum ya obatnya?!" Ucap Tina cepat. Ia sedang malas berbasa-basi.
"Anjirr?" Mata Dirga membulat terkejut. Padahal Ia hanya bercanda.
"Eh-iya, sini obatnya aku minum." Dirga masih tak percaya, namun Ia segera menelan obat itu susah payah bersamaan dengan air minum.
"Ga pahit kan? Lain kali kalo sakit, minum obatnya udah bisa langsung ditelen, ya?"
"Bisa. Kalau kakak bilang sayang lagi."
"Dih?! Dasar modus."
"Kak..."
"I-iya terserah lo, deh."
"Bisa ga, sih? jangan pake gue-lo ngomongnya?"
"Banyak ye permintaannya."
"Pleaseee..."
Untung lo ade Lala ye, kalo bukan juga ogah banget gue.
"Yaudah, iya."
Dirga tersenyum sipu.
"Tidur gih! Istirahat yang banyak."
"Gu-- maksudnya, aku keluar dulu ya?!"
"Bye, sayang."
"Heh!"
"Hehe, maap."
KAMU SEDANG MEMBACA
Still Love My Ex
Romancepangeran diantara siswa di sekolah Bhintara Jaya, plus anak dari pemilik sekolah. Siapa lagi kalau bukan Derren Raesan Wijaya yang juga mantan Keyla Putri Pramesti. Pantang menyerah untuk mengambil hati Lala lagi. Namun barisan cowok sudah mengantr...