02. Bad Mood

2K 161 7
                                    

Lamunan Brian menerawang jauh memikirkan bagaimana kondisi Bara di sana. Lamunannya buyar ketika pundaknya ditepuk Roki.

"Ngelamunin apa lo?" ucap Roki kemudian duduk di bangku sebelah Brian.

"Ck! ganggu aja lo!" Brian berdecak kesal.

"Pagi-pagi udah bad mood aja Bry."

"Bad mood gara-gara ngelihat lo!!"

Brian menatap Roki dengan tajam, selanjutnya ia mengalihkan pandangannya pada luar kelas. Memang tidak ada yang menarik dari siswa yang lalu lalang, namun itu lebih baik dari pada menatap wajah tidak berdosa Roki yang membuatnya ingin membantainya.

"Padahal cewek-cewek kalo lihat gue kesemsem lho."

Tangan Roki tidak berhenti mengorek harta karun yang bersemayam di hidungnya, diam-diam mendekatkan di hidungnya untuk dicium aromanya yang khas.

"Berarti matanya katarak!"

"Ikhlas gue, lo jelek-jelekin."

Brian kembali menatap Roki, sebelah alisnya terangkat lantaran jari-jari Roki tiba-tiba mengusap-usap pundaknya.

"Eh Bry tadi malem lo tega baget ninggalin cewek baru lo, dia itu baru pindahan di kota ini. Untung sahabat lo ini anak-anak baik, jadi cewek lo aman sampe rumah."

Raut wajah Brian langsung datar, jangankan jadi pacar, baru pertama kali bertemu saja sudah membuatnya ilfeel.

"Gue nggak punya cewek modelan gitu. Lagian dia bukan tipe gue, karena gue nggak suka sama cewek yang hiperaktif, nggak mencerminkan sosok perempuan."

"Lo nyindir gue ya Yan?" saut Feli yang memang mendengar percakapan Roki dan Brian.

Brian mengangkat sebelah alisnya. "Kalo ngerasa tersindir itu masalah lo."

"Nggak heran juga kalo lo jadi saudaranya Bara, sama-sama pedes omongannya. Kasian Ara pas masih hidup dikelilingi neraka."

"Njir!! omongan lo juga pedes Fel," ucap Roki khawatir melihat perubahan Brian. Karena jika menyangkut Ara dan Bara, Brian memang sensitif.

"Sia! ikut gue!" sela Glen yang baru datang.

"Sakit tangan gue lo tarik!" Glen yang tidak ingin Feli semakin memancing kemarahan Brian, akhirnya menarik Feli untuk keluar kelas.

"Udah, nggak usah dengerin omongannya Feli," ucap Juan yang sedari tadi menyaksikan.

"Gue cuma takut kalo Bara ngelakuin percobaan bunuh diri."

Juan menghela napas. "Ketakutan lo cuma bikin perasaan lo nggak tenang. Lo dan Bara punya keluarga yang sayang kalian, jadi kecil kemungkinan mereka biarin Bara bunuh diri."

Cowok itu memberikan energi positif untuk Brian lewat sepenggal kalimat yang sebenarnya adalah mimpi yang ingin Juan rasakan. Mimpi bagaimana di sayang keluarga.

"Lo yang selalu bisa ngertiin gue." Sayangnya tidak ada yang bisa mengerti Juan lebih baik dari Glen.

Brian menepuk pundak Juan sebagai bentuk persahabatan mereka yang seperti keluarga.

"Bry, lo mau kemana?" tanya Roki ketika Brian berdiri.

"Bolos bentar, kalo bu Wiwik tanya, bilang aja gue lagi males pelajarannya dia."

"Lo kalo bolos jangan mata pelajarannya dia dong, nanti gue yang diintrogasi."

Brian mengedihkan bahunya acuh, ia memilih keluar kelas.

Brian menuju lapangan basket. Dari pada ia jenuh di kelas karena malas dengan mata pelajarannya bu Wiwik, Brian lebih memilih bermain basket.

Brian mendribel bola basket, melemparnya menuju ring. Berkali kali ia melempar bola basket, dan semuanya masuk ring. Bermain basket mampu membuat Brian melupakan masalah Bara sejenak.

BRIANDRA ALDRIC [REPUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang