15. Merasa Bersalah

1.4K 122 13
                                    

Part ini lumayan panjang, so ... jangan bosen bacanya ya, karena aku ngetiknya pake perasaan lho :)

Minta koreksinya guys kalo ada typo

❄️❄️❄️

Brian merenung dalam kamarnya yang bernuansa gelap. Semenjak pulang dari rumah Monic, tidak ada niatan baginya untuk membuka ponsel. Ia bingung dengan keputusan yang diambilnya apakah sudah tepat atau justru awal dari masalah baginya.

Dalam desakan sumpah serapah yang diucapkan Rama, Brian mengiyakan pertanyaan Rama. Brian bukan mengakui perbuatannya, namun memang ia tidak melakukan hal yang dituduhkan Rama.

Rama meminta hal terbesar dihidup Brian, yaitu bertanggung jawab terhadap kehamilan Monic dengan menikahinya. Brian tidak ingin kejadian yang menimpa Karin terulang kembali. Ia akan siap menanggung risiko dari keputusan yang ia ambil demi seorang bayi yang belum lahir bisa mendapat figur seorang ayah. Brian akan menikahi Monic, namun ia meminta waktu sampai bayi tersebut lahir.

Lalu bagaimana dengan Keyra? memikirkan gadis tersebut membuat Brian merasa menjadi orang jahat, ralat___ ia memang sudah jahat kepada Keyra.

Brian menoleh ketika terdengar suara pintu dibuka dari luar.

"Ian ..." Suara khas anak kecil memenuhi kamar Brian.

"Kenapa Sa?" tanya Brian kepada Sasa.

"Mama minta Sasa panggil Ian buat makan malam."

"Iya, nanti Ian nyusul."

"Sekarang Ian ..."

"Ian belum laper Sa."

"Nggak mau tau, Ian harus ikut turun sekarang!" Gadis kecil tersebut menarik tangan Brian. Sasa tidak ingin Brian sakit karena telat makan.

"Nanti jatuh Sa."

"Ian berat banget!"

Sasa akhirnya berhenti menarik tangan Brian ketika cowok itu tidak melakukan pergerakan. Sasa menghentakkan kakinya.

"Ian ihhhh, kalo Ian nggak makan Sasa juga nggak mau makan!" ucap Sasa dengan mengerucutkan bibirnya.

"Iya deh Ian makan." Brian akhirnya beranjak dari tempat tidurnya.

"Yuk!" Sasa menarik lagi tangan Brian, sementara Brian mengikuti langkah kecil Sasa.

Di meja makan sudah ada Satria dan Sarah yang menunggu kehadiran Brian. Brian yang biasanya suka menjahili Sasa dengan mengambil makanan gadis itu di piring, kini cowok itu hanya diam dengan makanannya. Brian bahkan tidak menghabiskan makanannya.

Satria yang menyadari gelagat aneh Brian menaruh curiga jika sang keponakan memiliki masalah cukup serius. Jika hanya masalah sepele, tidak berpengaruh pada pola makan Brian. Ia merawat Brian sejak masih bayi, jadi Satria sangat mengenal Brian.

"Brian, apa kamu buat masalah lagi di sekolah?" Brian menoleh pada Satria.

"Nggak Om."

Satria bertanya seperti itu lantaran dirinya sering mendapat surat panggilan dari sekolah dengan kasus Brian memukuli siswa.

Apakah Satria marah? tentu tidak. Karena ia tahu Brian tidak akan bertindak ketika tidak diusik. Justru sedari Brian masih kecil Satria menanamkan pola pikir untuk tidak diam saja ketika ditindas. Yap! Brian pernah menjadi korban bullying serta kekerasan, dan mirisnya lagi salah satu pelakunya dari keluarga Satria sendiri.

"Kalo kamu ada masalah, jangan sungkan cerita ke om atau tante, jangan dipendam sendiri," ucap Satria dengan aura wibawanya.

"Brian mungkin butuh waktu untuk bercerita Mas," saut Sarah.

BRIANDRA ALDRIC [REPUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang