09. Salah Paham

1.6K 161 24
                                    

Keyra menutup bukunya ketika telah selesai mengerjakan tugas. Ia kemudian memasukkan buku-buku pelajaran yang akan dibawanya besok. Gadis itu memang menyiapkan buku-bukunya ketika malam hari. Agar besok ketika berangkat Keyra tinggal mandi dan makan.

Keyra membuka resleting tasnya yang paling kecil. Sejumlah uang telah ia kumpulkan untuk berjaga-jaga jika obat Nirma habis. Karena uang yang dihasilkan Nirma dari membuat kue hanya mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari Nirma dan Keyra, karena tidak setiap harinya ada pesanan.

Keyra yang notabenya lahir di keluarga berada dengan kasih sayang yang melimpah dan dalam sekejap semuanya lenyap, tidak membuat Keyra menyalahkan keadaan.

"Nggak papa nggak bisa jajan, yang penting obat bibik bisa kebeli," monolog Keyra.

Nirma tidak mungkin bisa membiayai sekolah Keyra jika gadis itu tidak mendapat bea siswa. Apalagi sekolah di SMA Alexandria merupakan sekolah elit bagi anak-anak kalangan atas.

Keyra menutup resleting tasnya kembali. Sejenak ia memandang langit malam dibalik jendela kamarnya.

"Ayah, bunda, kak Alex ... kalian di sana lagi ngapain?"

"Key kangen kumpul sama kalian. Andai Key nggak minta liburan, mungkin kalian masih di sisi Key." Tatapan Keyra berubah sendu.

"Key cuma punya bibik, kalo misal bibik juga ikut pergi, Key nggak punya siapa-siapa lagi. Key takut sendirian. Key takut orang-orang jahat itu nyakiti Key." Kini mata Keyra sudah berkaca-kaca.

Setiap waktu Keyra selalu diliputi rasa takut, Keyra takut jika Nirma ikut pergi. Dalam artian meninggalkannya untuk selama-lamanya.

"Key harus kuat, orang lain nggak boleh liat Key sedih, apa lagi bik Nirma. Key harus yakin kalo bik Nirma pasti bisa sembuh," monolognya untuk menyemangati dirinya sendiri.

Keyra mengusap air matanya yang sempat terjatuh.

"Oh iya, tadi kan kak Jun kasih nomornya kak Ian, chat ah." Keyra mulai mengirim pasan pada Brian.

Keyra beralasan jika tujuan mengechat Brian untuk menghibur cowok itu yang tengah sedih, padahal sebenarnya ia sendiri yang butuh dihibur. Namun mengatasnamakan Brian.

Dengan mengganggu Brian menjadi hiburan tersendiri bagi Keyra. Minimal ia melupakan sejenak rasa takutnya akan hidup sendirian.

Terlintas ide jahil dibenak Keyra, gadis itu mengirimkan foto dirinya yang sedang menggunakan masker wajah. Keyra tertawa membayangkan reaksi kaget Brian.

"Lah, malah centang satu."

Keyra merebahkan tubuhnya di kasur, ia mulai menutup matanya untuk tidur. Keyra yang belum sepenuhnya terlelap tidur, membuka matanya kala telinganya menangkap suara orang batuk yang tak henti-henti. Suara tersebut berasal dari kamar Nirma.

Keyra melangkahkan kakinya menuju kamar Nirma.

"Bibik!" Keyra panik ketika Nirma mengeluarkan batuk darah.

Gadis itu mengambil tisu di nakas dan membersihkan sisa darah di mulut Nirma.

"Maafkan bibik, Key pasti terganggu gara-gara bibik batuk terus, uhuk! uhuk!"

"Bibik jangan bicara seperti itu, Key justru khawatir sama kesehatan Bibik."

"Bibik nggak papa Key, uhuk! uhuk!"

Key membuka laci nakas, ia tidak menemukan obat Nirma. "Kenapa Bibik nggak bilang kalo obatnya udah habis?"

"Jangan pikirin bibik Key, bibik nggak mau nambah beban kamu."

Keyra menghela napas. "Lain kali bilang ya Bik kalo obatnya udah habis, kan dokter udah bilang Bibik harus rutin minum obat. Key mau Bibik sembuh."

Nirma menatap Keyra dengan pandangan nanar, sebenarnya paru-parunya sudah rusak. Obat hanya meredakan gejala yang timbul, tapi tidak dengan penyembuhannya.

BRIANDRA ALDRIC [REPUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang