Hari masih belum terlalu siang ketika pasangan Annesley tiba di mansion sang Earl. Letaknya masih di sekitar London. Ketika kereta kuda mereka memasuki gerbang, mereka bisa melihat deretan rapat pohon maple yang daunnya kini kemerahan menyambut musim gugur. Tukang kebunnya ada lebih dari dua yang kini tengah menyapu tanah berbatu dengan ekspresi datar. Mereka terlalu banyak mengumpulkan dan membakar daun jatuh sampai mereka melakukannya seolah tanpa berpikir.
Tanahnya cukup luas, Walaupun tidak jauh berbeda dengan Mansion Annesley. Tapi tamannya lebih tertata, mengesankan kalau ada ahli taman yang terlibat. Tukang kebun biasa tidak cukup handal untuk menyemai rumpun bunga lily yang kini tumbuh berdampingan dengan semak yang memagari salah satu sisi rumah sang Earl.
Berbeda dengan rumor, walaupun mansion sang Earl nyaris tidak pernah masuk berita, apalagi mengadakan pesta— yang jelas suasananya sama sekali berbeda dengan rumornya sebagai penyembah iblis. Kalau mansion Annesley memiliki nuansa putih, mansion milik Earl of Rutland dicat dengan warna berani. Atapnya biru, pilarnya putih serta ada unsur kayu yang tidak terlalu mendominasi.
Sang Viscount memandu Istrinya turun dari kereta kuda. Amanda pun dengan sembunyi-sembunyi meregangkan ototnya karena perjalanan tadi tidak terlalu nyaman. Lalu, dia menengadah ke atas, menyesap udara segar untuk memenuhi paru-parunya. Amanda pun membenahi topi lebarnya yang berwarna ungu muda yang dihiasi bunga Krisan imitasi.
Dia memakai gaun terusan yang tidak terlalu lebar berwarna putih gading, serta mantel ungu muda yang senada dengan topi lebarnya. Konon, sang Earl ingin mengajak mereka berburu. Amanda memilih pakaian yang nyaman untuk digunakan bergerak. Mungkin mereka akan berkuda, jadi Amanda juga memakai celana panjang di balik gaunnya.
Mansion sang Earl, terletak menempel dengan perbukitan. Amanda bisa melihat kabut tipis menyelimuti sebagian bukit yang ditumbuhi hutan Pinus lebat. Musim gugur dengan kelembaban tinggi membuat jamur-jamur Pinus yang lezat bertumbuhan di sana. Tapi tidak ada yang memanennya karena sebagian besar bukit di sana dikuasai oleh dukedom Rutland. Amanda menduga mereka nanti akan berburu di sana, mengincar rusa dan mamalia lain yang sedang menggemukkan diri bersiap hibernasi di musim dingin.
"Selamat datang Lord Annesley, Lady Annesley," Cedric Manners sendiri yang menyambut mereka. Dia membungkuk sedikit, menunjukan persahabatan. Kemudian dia menjabat tangan sang Viscount, mempersempit jarak di antara mereka. Neville Annesley tersenyum, dia tidak pernah merasa gugup walaupun berhadapan dengan seorang Duke atau pangeran sekalipun.
"Terima kasih atas undangan anda, my lord," sahut Neville.
"My lord," Amanda membungkuk dan menekuk kakinya sepintas, dia masih ingat ketidaknyamanan yang terjadi di teater tempo hari, jadi dia sedikit gugup. Tapi berbeda dengan terakhir kali, Cedric hanya mengangguk dan melihat matanya sekilas.
"Lady Annesley, apakah cedera kemarin sudah pulih?"
"Saya sekarang baik-baik saja," Amanda tersenyum.
"Saya belum sempat berterima kasih secara langsung, saya berutang Budi pada anda, my lord, karena telah menyelamatkan saya," Amanda mengangguk, mengutarakan rasa tulusnya.
"Itu kewajibanku, my lady. Saya hanya kebetulan berada di waktu dan tempat yang tepat,"
"Berkat anda, istri saya tidak mengalami cedera berat. Saya yang merawatnya sendiri," Neville bergabung dalam pembicaraan.
"Ah iya, saya dengar anda dokter militer. Mengesankan. mari kita bicara sambil berjalan. Saya akan menunjukkan rumah kaca saya yang sederhana. Kita akan minum teh dulu di sana sebelum berangkat berburu. Apakah anda cukup handal menggunakan senapan?"
"Lord Manners, saya adalah prajurit, tentu saya tahu cara menggunakannya," Neville tertawa sambil berjalan beriringan dengannya.
Amanda masih mengamati rumah Sang Earl. Dia melihat beberapa pelayan berbaris di lorong dengan rapi seolah menyambut mereka. Interiornya tidak terlalu ramai, cenderung sepi dan kurang warna. Amanda menduga karena gelar Earl of Rutland baru ada selama tiga generasi dan dua dari mereka dilantik menjadi Duke sebelum mereka sempat menikah. Tidak banyak sentuhan wanita di sana, tidak ada nyonya rumah yang mendandani mansion besar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Viscount Vampire Wife (TAMAT)
Ficção Histórica18+ (TAMAT) Before the Dawn: Sebelum Fajar "The Viscount Beloved Wife" Sebuah skandal, membuat Amanda Bennet- putri seorang count- berakhir menikahi seorang Viscount yang juga berprofesi sebagai dokter militer. Dia atraktif dan menawan serta memikat...