ROL | Like A Saccharine

577 90 2
                                    

Misi hari berikutnya dimulai.

Yang semula hanya one day saja, ternyata berubah rencana jadi Unknown day.
Kali ini Lingkar meminta Gema untuk membuntuti Opa nya yang konon katanya hari ini akan bertemu dengan perempuan yang akan dinikahinya. Dan ajaibnya, Lingkar sendiri belum tahu bagaimana rupa si perempuan yang berhasil mencuri hati Opa.

"Terus kalau ternyata Opa batalin janji temunya gimana? Kita bakal disini sampai warung nya tutup?" Gema sudah tidak nyaman berada di warung kenangan. Pasalnya warung yang menjunjung tema era 70-an itu penuh oleh pengunjung.

"Ck! Sabar dikit bisa nggak? Pengang nih kuping. Lagian, Opa pasti kesini. Gue udah tek tokan sama Pak Alfi kalau Opa ngotewe kesini."

Gema meletakkan kepalanya di meja. Sumpah demi Dewi Fortuna, dia sudah merindukan kursi malas di kafenya. Dia juga sudah merindukan segelas summer drink .

"Permisi, Kak..."

"Iya," Lingkar menendang betis Gema agar perempuan itu menegakkan tubuhnya,"ada apa, Mas?"

"Begini Kak, karena kalian berdua adalah pengunjung pertama dari warung kami. Maka kalian berhak mendapatkan voucher room tour gratis dan makan gratis."

Mendengar nama gratis, Gema langsung terpompa semangat nya. Dia mental-mental gratisan.

"Oh gitu ya? Terus kita harus apa setelah ini?"

"Kalian berdua bisa mulai room tour , kebetulan tempat kami sangat luas dan pastinya medsosable . Silahkan Kak."

Gema sudah berdiri. Dia memakai kacamata hitamnya dan berniat mengajak Lingkar, namun pria itu enggan untuk berdiri.

"Ayo!"

"Urusan Opa gimana? Lo jangan lupa tujuan kita kesini untuk apa ya!" Lingkar berbisik.

"Ah, bentaran doang kok. Palingan nggak ada sejam. Buruan, lumayan kan gratis."

Mau tidak mau Lingkar akhirnya mengikuti Gema untuk menjelajah seisi warung kenangan ini.

Suasana yang tenang di bandingkan di luar sana membuat Gema terbuai. Di tambah perkakas-perkakas zaman 70-an yang masih eksis di pajang membuat Lingkar juga ingin terus menjelajah. Sayangnya hal itu membuat mereka lupa akan tujuan semula.

Begitu salah satu dari mereka ingat, berantem menjadi agenda penutup.

"Tuh kan semuanya gara-gara lo, coba aja tadi gue tetep duduk disana, pasti bisa lihat perempuan yang bakal Opa nikahi!" Lingkar terus menyerocos di sela-sela memakan bakmi.

"Tapi kan bukan sepenuhnya salah gue. Lo sendiri juga menikmati kan?" balas Gema tak mau kalah.

"Ya idenya kan dari lo!"

"Nggak bisa dong. Kita berdua itu sama-sama salah. Udah diem jangan bawel kayak emak-emak." Gema menusuk daging bakmi dengan kuat membuat suaranya begitu nyaring.

Drrt...drrtt...

Lingkar merogoh saku saat ponselnya berbunyi. Dia membaca pesan singkat dari Pak Alfi dengan sedikit bersuara dan membuat Gema sedikit mendengarnya.

Pak bos dimana? Tadi saya lihat mobilnya tapi kok pas di dalam nggak ada. Oh ya, ternyata perempuan yang bakal Pak Barata nikahi itu masih muda. Malah kayaknya masih seumuran sama Pak Bos.

"Hah? Seumuran sama lo? Lah, nanti kalau beneran nikah lo manggil doi nenek dong." Gema tertawa.

Lingkar menatap Gema tidak suka.

"Nah ini jadi tugas buat lo kalau lo mau liburan ke Bali gratis. Pokoknya kalau bisa dalam waktu satu Minggu ini, Opa nggak jadi nikah sama tuh perempuan."

"Well lets see, gue nggak bisa janjiin apa-apa. Dan semisal Opa lo jadi nikah enggak apa-apa kali, lumayan punya nenek baru, mana masih muda lagi!"

"Gema!" Lingkar menghardik tetangganya itu yang malah di balas dengan cekikikan.

***

Setelah kepergian sweetie , Gema jadi pemalas kalau sehabis pulang bekerja. Jika biasanya dia akan memandikan sweetie , membuang kotoran nya atau memberinya makan dan sekarang dia hanya duduk sambil memainkan selang air yang niatnya akan dia gunakan untuk menyiram tanaman janda bolong milik Mama nya.

Hah...Gema menarik nafas dengan malas lantas mulai serius menyiram si janda bolong.

Baru saja keseriusan nya pulih, Gema sudah di ganggu dengan ketukan pintu dari rumah sebelah. Masalahnya ketukan pintu itu terdengar sangat keras dan dilakukan hingga berulang kali.

Gema meletakkan selang dan beranjak ke halaman rumah Lingkar.

"Mbaknya cari siapa ya?" tanya Gema kepada seorang perempuan bergaun merah jambu.

"Cari Mas Bumi. Mbak lihat Mas Bumi nggak? Soalnya saya ketokin pintu dari tadi enggak nyaut-nyaut."

Wah pakai embel-embel mas segala dan cara memanggil namanya kayak Opanya Lingkar lagi. Melihat penampilan perempuan itu yang cukup mewah, Gema jadi bertanya-tanya. Apakah perempuan ini kekasih Lingkar ya? Dan kayaknya sih emang fiks.

Tapi kalau itu kekasih Lingkar, kenapa manusia harimau itu malah meminta bantuannya untuk jadi kekasih pura-pura nya? Mengherankan.

"Oh, kalau dilihat dari mobilnya kayaknya nggak ada di dalam, Mbak. Mungkin lagi keluar."

Perempuan itu melirik garasi."Oh iya ya. Kalau begitu saya pamit saja. Nanti kalau lihat Mas Bumi, tolong bilang saya baru datang kesini."

Gema mengangguk.

Dan berselang beberapa menit, Gema melihat mobil Lingkar mulai memasuki halaman rumahnya. Sebelum pria itu turun, Gema sudah mencegatnya di depan pintu.

"Ngapain disitu? Maaf nggak ada sumbangan, Mbak."

"Ck! Siapa yang mau minta sumbangan. Orang gue mau ngasih tahu kalau tadi ada perempuan yang nyariin lo!"

"Siapa?" Lingkar mengernyitkan dahi.

"Mana gue tahu. Yang penting orangnya cantik, tinggi, putih terus kelihatan anggun. Pacar lo kali!"

"Pacar?"

"Besok lagi kalau lo udah punya pacar nggak usah ngajak cewek lain buat jadi pacar pura-pura nya. Gue nggak mau dituduh jadi perebut pacar orang kali!" Gema bersungut-sungut.

"Wah, roman-romannya ada yang jealous nih."

"Siapa yang cemburu? Gue? Dih, ogah banget!"

Lingkar terbahak.

"Kalau nggak cemburu, kenapa marah-marah?" Lingkar semakin memancing emosi Gema. Bahkan pria itu malah betah meladeninya padahal dia pulang ke rumah untuk berganti baju dan pulang ke rumah orangtuanya untuk menyambut sang adik yang baru pulang dari Aussie .

"Awas aja ya kalau si Mbak yang tadi itu ngira gue perusak hubungan lo sama dia, lo yang gue umpanin pertama buat di mamah biak sama dia!"

"Gema-gema, mana ada sih dia pacar gue. Ngaco deh lo."

Lingkar membuka lagi pintu mobilnya dan mengambil sesuatu dari dalam. Sebuah paper bag berwarna pink.

"Nih!" Lingkar memberikannya kepada Gema.

"Apaan tuh? Bon bensin?"

"Bukanlah! Itu dari Mama. Kayaknya sih kue kering. Mama juga titip salam, katanya kapan mau kenalan sama Mama."

"Mama lo tahu?"

Lingkar menaikkan bahunya."Mungkin dikasih tau Opa."

"Bilangin Mama lo, makasih kuenya." Gema hendak beranjak dari rumah Lingkar. Dia juga lupa kalau sedari tadi meninggalkan selang yang masih mengalir airnya.

Baru beberapa langkah berjalan, Lingkar menghentikan nya. Gema berbalik. Mereka berdua melakukan kontak mata untuk sepersekian menit.

"Gimana cewek itu jadi pacar gue, orang pacar gue itu lo!"

Roar Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang