ROL | The Case, Conclusion And Us

853 108 1
                                    

"Hari dan tempat kejadian di mana, Mas?" Seorang satpam dengan tanda nama Subroto itu bertanya.

"Hari Jumat, Pak. Tempat nya di depan rumah nomor 24," serobot Gema memberitahu.

Pak Subroto menggeser kursor komputer nya. Mencari kejadian perkara yang di minta oleh Lingkar dan Gema. Matanya berlarian kesana-kemari memindai jajaran video yang di ambil dari kamera pengawas.

"Nah ini Mbak rekaman CCTV pada hari Jumat pukul tujuh lewat lima belas menit di depan rumah nomor 24 dan 25!"

Rekaman itu mulai di putar. Di mulai dari suasana jalan di depan rumah Lingkar dan Gema yang lenggang, kemudian satu dua orang mulai nampak berjalan hingga satu pemandangan berhasil menyita perhatian Gema. Dari sela-sela gerbang rumahnya nampak seekor kucing putih keluar dari sana, lalu berjalan di pinggiran jalan sambil sesekali berhenti.

"Itu sweetie," cicit Gema lirih.

Setelah sampai di depan rumah dengan bunga Bougenville yang Gema ketahui merupakan rumah Lingkar, sweetie berlari melintasi jalanan. Bertepatan saat sweetie berlari, sebuah mobil bak tertutup melintas dan menabrak sweetie. Gema menutup matanya saat mobil itu berhenti dan si pengemudi mobil tertangkap kamera sedang mengamati situasi.

Gema baru membuka matanya saat Lingkar menepuk-nepuk punggung nya. Gema tidak ingin menangis, tapi rasa kesal sudah bergumul di dadanya. Pengemudi tidak bertanggungjawab itu malah menyelipkan sweetie yang tergolek lemas ke sela-sela gerbang rumah Lingkar lalu kabur menghapus jejak. Sungguh biadab!

"Sudah jelas bahwa Ezzio tidak melukai kucing kamu barang sedikitpun. Dia memang kadang-kadang masih menunjukkan eksistensinya sebagai predator di alam bebas, tapi waktu itu dia tidak bertanggungjawab atas kematian kucing kamu, Gem," tutur Lingkar panjang lebar.

Hidung Gema mendengus. Setelah keluar dari pos satpam, mereka berdua duduk sebentar di bangku-bangku yang terbuat dari kayu.

"Sori!"

Suara Gema yang lirih membuat Lingkar harus menanyakan ulang."Kamu ngomong apa?"

"Maaf sudah menuduh harimau kamu but saya tidak berniat untuk itu. It's only misunderstand case, right?"

Lingkar mengangguk.

"Yuk pulang."

"Kamu nggak jadi minta ganti rugi sama saya karena udah nuduh harimau kamu?" Gema mendongak ketika akan bicara dengan Lingkar yang sedang berdiri.

"Jadi kok. Nanti malam ikut saya  ke rumah ya. Karena ganti ruginya adalah membantu saya merawat Ezzio selama satu bulan. Gimana?"

Mulut Gema ingin jatuh rasanya mendengar  ucapan Lingkar. Merawat harimau? Bercanda saja sukanya. Dari seluruh pekerjaan sulit yang ada di dunia, kenapa Gema harus merasakan menjadi perawat seekor harimau benggala.

"Nggak ada ganti rugi yang lebih sulit lagi? Are you crazy, Ling?"

"Sayangnya nggak ada. Dan sorry not sorry, kita sudah sepakat untuk itu."

"Terserah deh. Saya pusing berurusan sama kamu!" Gema menghentakkan kakinya, berjalan kaki untuk pulang.

"Naik lagi!"

Gema tidak memperdulikan suara Lingkar di belakangnya. Dia sudah terlanjur kesal dengan keharusan nya untuk merawat harimau sebagai ganti rugi.

"Gem, yakin jalan sampai rumah? Masih jauh loh," ucap Lingkar. Motornya sengaja tidak di nyalakan agar jalannya bisa berbarengan dengan Gema.

"Lagi latihan menempa diri supaya kuat merawat harimau!"

Sindiran itu di tangkap Lingkar sebagai gurauan yang lucu. Lihat saja, bibir Gema si pecinta kucing itu sudah maju beberapa senti. Jaket olahraganya sudah di lepas dan justru di putar-putar seperti sedang mengeluarkan jurus serangan mematikan.

Roar Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang