"Kata orang-orang di sosmed croissant di sini paling enak ya? Cold brew nya juga? Jadi nggak salah pesan dong saya."
Gema masih menatap nyalang pria piyama di depannya. Dan hanya membalasnya dengan 'hm' singkat saja.
"Jangan di ambil hati. Tadi saya bercanda, tapi ucapan saya yang tadi memang fakta. Menurut Pak Dim dan Jo, kucing kamu sudah tergeletak di samping pot bonsai. Kenapa kucing kamu bisa ada di mulut Ezzio ya karena dia mau nolong kucing kamu. Just simple like that," tutur Lingkar.
"Just simple like that apanya? Jelas-jelas kalau sweetie di makan sama harimau kamu sampai tewas!"
"Terus kamu mau saya ganti rugi pakai apa? Kucing Persia lagi?" Lingkar menyecap lidah nya sisa cold brew yang racikannya sangat pas di lidah.
Masak Gema tega menduakan sweetie dengan memelihara kucing lagi? Sweetie pergi saja belum ada tujuh hari.
"Nanti saya pikirkan. Yang jelas kamu harus ganti rugi," putus Gema.
Lingkar mengangkat kedua tangannya membuat gesture 'terserah'.
"Ngomong-ngomong soal harimau peliharaan saya. Dia itu sudah saya legalkan untuk di pelihara di rumah. Saya juga punya surat-suratnya lengkap. Namanya Ezzio, saya ambil dari penangkaran. Selama ini dia juga di latih untuk hidup berdampingan dengan manusia. Meski sifat naluriah nya sebagai predator di alam bebas masih ada, dia bisa mengontrolnya."
Meski rasanya tidak perlu menjelaskan tentang Ezzio kepada Gema karena perempuan itu sama sekali tidak perduli, nyatanya mulut Lingkar malah nyerocos sendiri.
"Terus maksud kamu sweetie bunuh diri?"
Pertanyaan konyol dari Gema memantik tawa renyah dari Lingkar. Kenapa harus pertanyaan itu yang muncul setelah dia menjelaskan panjang lebar mengenai kemungkinan kecil Ezzio-nya memangsa kucing Gema.
"Saya nggak bilang begitu. Tapi kenapa kita nggak cek CCTV aja? Biar hasilnya jelas dan nggak ada saling tuduh-menuduh lagi," saran Lingkar.
"CCTV rumah kamu? Sori nggak tertarik. Bisa aja udah di sabotase sama kamu."
"Gem, kita tinggal di kompleks. Monitor CCTV yang pegang satpam, mana mungkin saya sabotase. Kalau saya berniat sabotase CCTV, ngapain saya nyuruh kamu buat cek?"
"Bisa aja---
Lingkar mengangkat tangannya. Ponselnya berdering."Sori saya potong. Ada panggilan."
Gema mendesah. Meski sudah melakoni percakapan selama hampir sepuluh menit lamanya, Lingkar masih belum mengakui kesalahannya.
"Well Gema. Karena saya sudah di berondong panggilan dan pesan sama orang kantor. Alangkah baiknya kalau kita akhiri negoisasi hari ini dengan kepala dingin, besok hari Minggu, saya antar kamu buat cek CCTV-nya. Kita selesaikan kesalahpahaman ini dengan baik."
"Tunggu!" sergah Gema ketika Lingkar akan beranjak.
"Ada yang perlu di bicarakan lagi?"
"Saya sudah memikirkan ganti rugi yang tepat buat kamu." Gema menjeda ucapan nya yang membuat Lingkar akhirnya duduk kembali.
"As we know, kamu perlu ganti rugi dua kali untuk masalah sweetie dan mobil. Am I right?"
"Belum tentu. Masalah kucing masih abu-abu, jangan lupa kita belum cek CCTV." Lingkar melakukan pembelaan.
"Oke-oke, to the point aja, saya mau kamu jadi sopir saya sebagai ganti ruginya. Hitung-hitung saya bisa berhemat selagi mobil saya ada di bengkel. Gimana? Anda di pihak yang keberatan?"
Jika kalian pikir, Lingkar akan berpikir seribu kali untuk itu maka pikiran kalian harus segera di patahkan. Dan pernahkan kalian mendengar bahwa seringkali otak dan mulut itu tidak sinkron? Nah, sekarang Lingkar mengalaminya karena jawaban untuk pertanyaan Gema adalah:
"Sama sekali tidak keberatan. Saya setuju untuk itu."
Meski otak Lingkar memikirkan bagaimana nanti pekerjaannya di kantor kalau dia menyanggupi permintaan Gema. Ketika dia di haruskan lembur tapi di sisi lain juga harus menjemput Gema.
Dan ajaibnya si mulut malah mengkhianati otak Lingkar, meski diam-diam hatinya juga kongkalikong dengan si mulut karena bersorak gembira.
"Oh satu lagi, Gem. Croissant ini yang buat kamu?"
"Dough nya iya tapi yang baking bukan saya," jawab Gema.
"Pantesan." Lingkar berdecak.
"Maksud kamu?!" Alis hitam Gema sudah menukik gerung. Tangannya sudah memberi aba-aba untuk menggebrak meja. Gema tidak terima jika kemampuan nya mengolah pastry di remehkan.
"Soalnya cantik!" Lingkar sedikit terpaku. Tangannya refleks menutup mulut. Bukankah syaraf pusat harusnya mentransmisikan kosa kata 'enak' ke mulutnya? Loh kenapa kata yang keluar jadi 'cantik'?
"Dasar buaya darat!" semprot Gema. Beberapa pasang mata menatap ke arahnya. Sudah dua kali Gema di jebak dengan kata-kata kardus dari Lingkar.
🐅🐅🐅
From: +6281××××
Ini Gema. Kamu mulai antar-jemput saya hari senin. Jadi sore ini nggak perlu.
Lingkar menyembunyikan tawanya. Karyawan yang sedang presentasi di depan sana menjadi kalah menarik dari sebuah pesan yang di kirimkan oleh Gema. Lagaknya Gema sudah seperti majikan dan pembantunya.
Dengan ponsel yang Lingkar sembunyikan di balik meja, dia mengetikkan pesan balasan setelah menekan tombol save.
To: Mrs Cat Noisy.
Pesan sudah di terima oleh Lingkar. Oke, see you tomorrow.
Melihat wajah jutek dan ambisus nya seorang Gema, Lingkar jadi berfikir, bagaimana kalau dia sedikit mengerjainya. Ah, mungkin terlihat asyik.
To: Mrs Cat Noisy.
Hei, saya juga permintaan khusus. Kalau besok Ezzio nggak terbukti memangsa kucing kamu, saya juga mau meminta ganti rugi atas kasus penuduhan.
Gema sudah membalas berupa satu tanda jempol. Mungkin sedang sibuk membuat croissant cantiknya atau sedang sibuk memarahi karyawannya.
Sedangkan Lingkar sendiri sedang susah payah untuk tidak mengeluarkan suara saat meeting sedang berlangsung. Padahal ingin sekali dia tertawa.
From:Mrs Cat Noisy.
Masalah ganti ruginya bisa kita bahas besok.
"Pak Lingkar?"
"Ah iya-iya, bagaimana?" Lingkar menyembunyikan ponselnya di saku jas. Tapi naasnya, tangannya salah perhitungan. Bukannya masuk ke saku jas, ponsel jutaan rupiah nya justru meluncur bebas ke lantai menimbulkan suara benturan yang cukup keras.
"Maaf Pak Usman. Saya bukan bermaksud tidak profesional tapi tadi ada pesan penting yang harus segera di balas!" ucap Lingkar dengan cepat.
Dia tidak mau di cap tidak kompeten karena ketahuan bermain ponsel di tengah-tengah meeting.
"Dari kekasih ya, Pak?"
Sebagai jawaban, Lingkar tidak mengangguk melainkan tersenyum tipis. Bukan berarti dia mengiyakan.
"Saya mengerti, Pak. Saya juga pernah muda soalnya."
"Bukan-bukan, Pak. Dari rekan kerja kok. Ayo-ayo kita lanjutkan meeting nya."
Meeting kembali di lanjutkan. Pembahasan kontrak kerja sama menjadi poin utamanya.
Saku Lingkar bergetar. Tangannya sudah gatal untuk membukanya, tapi dia jelas tidak mau ketahuan berbalas pesan selama meeting lagi. Tengsin juga rasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Roar Of Love
RomanceReading List @WattpadRomanceID edisi November "Harimau!" "Harimau!" Di pagi hari seperti ini, penghuni Hunian Indah sudah di ributkan dengan kemunculan seekor Harimau di kompleks mereka. Usut punya usut, mamalia yang berasal dari genus panthera itu...