ROL | Hospital, Escape And A Cup of Coffee

617 85 5
                                    

Rumah sakit.

Lingkar paling tidak suka dengan suasananya. Bau obat, AC yang dingin dan orang-orang yang cemas, membuatnya enggan sekali menginjakkan kaki disini.

Alasan itulah yang membuatnya memilih kabur ke warung kopi meski bekas infus dan perban masih terpasang. Sambil menyuruh Jo menjemput nya, Lingkar menyeruput secangkir kopi.

"Kayaknya cuma lo aja deh yang kepalanya masih di perban tapi udah nongkrong di kafe."

Lingkar meletakkan cangkir nya kembali, dia mengurungkan niatnya untuk menyeruput kopi dan menoleh ke belakang. Dia menemukan Gema berdiri tidak jauh darinya sambil menyilang kan kedua tangannya di depan dada, gesture nya bak polisi yang sedang menawan penjahat.

"Gue lebih butuh kopi daripada cairan infus," kelakar Lingkar.

"Dih, sombong. Oh ya selain kepala, ada luka apalagi?" Gema memperhatikan perban yang melingkar di kepala Lingkar dengan seksama.

"Yang parah sih cuma kepala kalau yang lain palingan baret aja. Kenapa? Khawatir ya?"

Gema mencebik.

"Tapi serius deh, lo nggak ngerasa lemes atau sakit gitu? Pihak rumah sakit udah kasih peringatan loh kalau seandainya lo kenapa-kenapa, mereka nggak tanggung jawab karena lo melarikan diri seenak jidat. Dan gue heran, kenapa keluarga lo nggak maksa lo buat masuk ke rumah sakit lagi?"

Gema berceloteh panjang lebar.

"Kabur dari rumah sakit dalam keadaan chaos kayak gini bukan pengalaman pertama bagi gue. Dulu pas kecil gue juga pernah kabur padahal tangannya baru dijahit gara-gara main sabit. Makanya keluarga gue nggak kaget lagi denger gue kabur."

"Dasar manusia aneh!"

"Banyak banget julukan buat gue. Kemarin manusia harimau terus si Ling-Ling, sekarang manusia aneh. Kalau besok apa?" Lingkar terkekeh.

Gema memutar bola matanya malas. Dia ingin membalas ucapan Lingkar, namun Jo keburu datang untuk menjemput Lingkar.

"Pak bos." Sapaan Jo membuat obrolan mereka harus terputus. Salah satu pawang Ezzio itu juga menyapa Gema dengan senyum ramah yang dibalas Gema dengan serupa.

"Ayo pulang!" Lingkar menyuruh Gema untuk ikut pulang dengannya.

"Nanti, ada janji temu sama temen. Duluan aja."

Meski pernyataan Gema membuat jiwa penasaran dan rasa tak nyaman dalam diri Lingkar muncul menggebu-gebu, pria itu tetap menghargai keputusan Gema. Dia pamit dan beranjak bersama Jo.

Sepanjang perjalanan menuju ke mobil, pikiran Lingkar tidak lepas dari bayang-bayang 'teman' Gema. Kira-kira temennya cewek apa cowok ya?

Kenapa pertanyaan itu benar-benar mengusik Lingkar. Apakah kecelakaan membuat otaknya lumayan bermasalah. Tidak biasanya dia memikirkan perempuan hingga seperti ini. Tapi tunggu! Bukannya Lingkar sudah memikirkan Gema sejak tadi, bahkan bisa dibilang perempuan itu menjadi alasan kenapa Lingkar bisa kecelakaan.

Diam-diam Lingkar tersenyum seperti orang gila.

Di dalam mobil, Jo tiba-tiba menyeletuk.

"Kalau aja tadi ada kru tv lagi lewat pas Mas bos kecelakaan, mungkin kasus mas bos ini bakal masuk tujuh peristiwa paling langka di dunia."

Ucapan Jo membuat Lingkar menoleh."Kenapa?" tanyanya.

"Ya langka, Mas bos. Seumur hidup saya, baru kali ini saya lihat mas bos jatuh dari motor gara-gara melamun. Menurut penelitian saya, ada dua faktor kenapa orang suka melamun. Mau tahu nggak, mas bos?"

"Apaan emangnya? Jangan sok tahu ya!"

"Kok sok tahu, saya itu emang beneran tahu, Mas bos. Nih, dua faktor penyebab orang suka melamun, yang pertama dia lagi kena masalah terus yang kedua...dia lagi jatuh cinta! Nah sekarang kira-kira mas bos lagi dalam fase yang mana, hayo?"

"Tapi kayaknya Mas bos lagi nggak punya masalah, wong  usahanya lagi moncer. Berarti kemungkinan yang kedua. Lagi jatuh cinta ya, Mas bos?" Jo menaikkan kedua alisnya. Guyonannya membuat Lingkar salah paham.

"Apaan sih? Siapa yang lagi jatuh cinta, ngaco kamu!"

"Halah ngaku aja. Saya--"

"Siapa yang melamun karena lagi jatuh cinta, tadi saya melamun karena kepikiran sama Gema  yang hidungnya kena sabet kerikil. Dari tadi saya ngerasa bersalah sama dia!" Lingkar menyerocos tanpa henti dan tentunya dia tidak sadar. Setelah sadar karena Jo tertawa terbahak, muka Lingkar merah padam.

Ups, dia keceplosan!

"Sama aja kali Mas bos namanya jatuh cinta, pake di jelasin segala lagi." Jo dengan muka jenakanya semakin gencar menggoda bosnya yang sedang kasmaran.

Lingkar menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Ah masak iya dia  sedang jatuh cinta? Sama Gema? Kenapa bisa secepat ini?

Pantas saja Gema menjulukinya manusia aneh, karena Lingkar merasa dirinya sendiri memang aneh.

                                           ***

"Mama denger dari Ibu-Ibu arisan, Lingkar baru aja kecelakaan ya, Gem?" Hesti bertanya kepada Gema sambil memindahkan makanan ke meja makan.

"Iya, tadi habis nganterin aku ke kafe," jawab Gema disela-sela kesibukannya menata piring untuk makan malam.

"Papa nasinya cukup?"

Adrian mengangguk."Terimakasih, putri kesayangan Papa."

Gema tersenyum manja kepada Papanya. Sebagai si tunggal, dia memang agak manja kepada Papanya.

"Yang bener kamu?! Terus kamu malah asyik hahahihi  di rumah, Gem? Keterlaluan kamu." Hesti mendramatisir keadaan.

"Emangnya Gema harus ngapain, Ma? Nangis kejer kayak bocah minta permen? Lagian si Ling-Ling udah balik ke rumah kok."

Hesti terlihat menarik nafas lega.

"Memangnya kronologi kecelakaan nya gimana, Gem? Tunggal?" Adrian ikut menimbrung obrolan istri dan anaknya.

"Kesrempet kayaknya terus jatuh. Kata orang-orang sih Lingkar nya ngelamun, jadi nggak nyadar ada motor dari arah berlawanan."

Gema memposisikan dirinya dengan duduk di kursi.

"Awalnya sih Gema kena macet karena demo BBM terus tiba-tiba dia datang,,," Gema menceritakan kronologi dari awal sampai Lingkar kecelakaan.

Hesti sampai terbengong-bengong mendengar cerita Gema.

"Wah, ternyata Nak Lingkar anaknya baik ya, Pa. Terus kasihan banget itu sampai kepalanya di perban segala. Sekarang dia pasti kesakitan. Mana tinggalnya jauh sama orang tuanya. Pasti kalau butuh apa-apa susah itu."

Oh, apa Gema salah denger. Masak sih Mama nya tidak merespon perihal luka di hidungnya? Yah, meski hanya kecil, tapi kan Gema,,,ah! Kalau begini, yang jadi anak kandung Mama nya, Gema apa Lingkar sih?

"Gem, habis makan malam, kita jenguk Lingkar yuk. Mama sama Papa sekalian mau ngucapin terimakasih karena dia udah baik sama kamu. Suka menolong kamu lagi."

Ucapan Mamanya membuat Gema membatin di dalam hatinya, Coba aja Mama nya tahu kalau semuanya buah dari hitam di atas putih alias perjanjian untuk menebus soal mobil yang penyok.

Oh ya! Gema tersadar. Sekarang kan mobilnya sudah beres. Apa perjanjian antar jemput nya juga akan segera berakhir? Kenapa memikirkan hal itu membuat Gema sedikit tidak rela?

Apa jangan-jangan dia mulai nyaman dengan Lingkar?

Ah, membingungkan.






Update malam gaesss!!!!
Cung yang masih hadirr!!!

Roar Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang