ROL | Insiden Hari Berikutnya

1.1K 154 0
                                    

Mengikhlaskan itu gampang di ucapkan tapi sulit di lakukan. Tapi yang namanya hidup harus terus berjalan dan jangan stuck di tempat saja. Karena banyak angan dan pengharapan yang perlu di capai, termasuk mencari pundi-pundi rupiah meski hati hampir patah.

Gema salah satu dari segelintir orang yang menggaungkan prinsip: hidup tidak melulu berputar pada poros nya saja, terkadang kita harus berotasi dan berevolusi agar hidup bisa lebih seimbang. Dan berangkat kerja rasanya lebih tepat daripada menangisi pusara sweetie yang masih memerah dan di taburi bunga mawar putih yang di dapat dari hasil metik di halaman depan.

Sambil menjepitkan ponsel di antara telinga dan bahu untuk menghubungi salah satu pekerjanya di kafe, Gema berjalan cepat. Tangan kanannya sibuk mencari-cari kunci mobil yang terselip diantara benda-benda seperti; lipstik, bedak, dompet dan struk belanja.

"Iya kamu atur sebisa mungkin. Hari ini kita akan launching menu baru, undang beberapa influencer yang pernah kita ajak kerjasama."

"Kerja bagus, Li. Saya ke sana dalam waktu 30 me--nit." Ucapan Gema belum selesai dan menggantung ketika suara berdentum keras menginterupsinya.

"Ya ampun!" Gema langsung berlari begitu melihat mobilnya di tabrak dari depan oleh sebuah mobil pick up. Wajahnya sudah memerah, perpaduan antara ingin marah atau menangis.

"Waduh nabrak, Jo!" Seseorang dari dalam mobil berseru.

Tak terima mobilnya di buat penyok, Gema mengetuk kaca mobil si penabrak itu. Belum juga mau keluar, Gema kembali menggedor nya dengan keras.

"Keluar atau saya laporin kalian ke Pak RT!" ancam Gema, suaranya sudah bergetar menahan emosi.

Dua orang yang berada di dalam mobil pick up  turun, salah satu dari mereka memberanikan diri untuk berbicara.

"Saya Jo, Mbak. Saya minta maaf atas insiden yang tidak di sengaja ini. Kami mengaku salah tapi mobil Mbak juga menghalangi tempat parkir kami."

Gema mendengus, dia baru sadar kalau salah satu pelaku yang membuat mobilnya penyok adalah si pawang harimau yang membuat sweetie tewas.

"Saya nggak mau tahu. Pokoknya kalian harus ganti rugi perbaikan mobil saya! Sekarang juga!" tuntut Gema.

"Lah kami kan nggak sepenuhnya salah, Mbak. Mobil Mbaknya juga parkir terlalu ke depan, ini juga kalau mobil Mas bos keluar, pasti nabrak juga! Fifty-Fifty aja deh, Mbak." Lelaki berkepala plontos teman dari si Jo-Jo itu menyela.

Gema memalingkan wajahnya. Tangannya membentuk kepalan tapi hanya bisa dia layangkan di udara saja, bunyi beep dari jam tangan nya membuat Gema tersadar kalau dia hampir melupakan acara penting di kafe nya.

Sekarang yang dia butuhkan adalah tumpangan untuk ke kafe.

"Ya sudah kita bahas masalah ganti rugi nanti saja. Sekarang antar saya berangkat kerja. Saya ada acara penting nih!"

"Nggak bisa, Mbak. Saya sama Robi harus ngasih makan Ezzio sekarang juga. Kalau di tunda nanti saya kena omel Mas bos!" Jo menjawab. Sekarang dia malahan fokus menurunkan bongkahan daging-daging segar dari freezer box.

Gema mengerang sebal. Jam semakin bergerak dan menandakan acara launching menu baru di kafenya semakin dekat. Dia tidak bisa meminta orang rumah untuk mengantarnya karena Papa dan Mamanya sedang ada acara dengan relasi, meminta tolong tetangga pun rasanya segan karena Gema tidak begitu akrab.

"Lagi ribut-ribut soal apa nih? Suaranya sampai dalam loh, Jo, Robi!"

Ketiga orang di sana menoleh ke sumber suara. Gema memutar bola matanya, lagi-lagi dia harus terjebak dalam masalah yang melibatkan pria pemilik harimau itu. Yang tidak memiliki tenggang rasa dan merasa bersalah karena harimau peliharaan nya sudah memangsa sweetie.

Roar Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang