ROL | Love In Boulevard

615 96 0
                                    

Jalan raya.

Padat merayap, sumpek, bau bensin, panas matahari dan dikejar waktu. Ugh, di detik ini juga Gema ingin bermetamorfosis menjadi kupu-kupu cantik dan terbang ke kafenya.

Morning problem kali ini di sebabkan oleh si Ling-Ling yang mendadak tidak bisa mengantarnya karena ada keperluan keluarga. Gema nggak tahu keperluan keluarga seperti apa, maybe si Ling-Ling mau nikah atau lamaran dulu. Gema tidak perduli.

Dan karena Lingkar memberitahunya terlambat, Gema jadi menunggui si kutu kupret itu, berharap kalau Lingkar akan pulang. Itulah sebabnya Gema terdampar di antara mobil-mobil yang bahkan belum berjalan sejak tadi.

Gema membuka kaca mobil nya dan bertanya kepada pengendara motor di samping nya.

"Mas, kenapa jalannya macet banget? Padahal biasanya nggak semacet ini kan?"

"Oh ada demo mbak. Ini semua kendaraan lagi puter balik, jadi antriannya panjang."

"Demo apaan?"

"Biasa BBM naik."

"Yah terus jalan depan ditutup dong."

"Tutup Mbak. Dijaga polisi sama aparat keamanan. Saya juga mau puter balik ini."

Lah gimana ceritanya kalau Gema puter balik. Kafenya kan ada di sebelah jalan depan. Kalau puter balik, makan waktu lagi dong. Oemji !

Tat~tit~tut

Bunyi klakson mobil membuat suasana semakin chaos . Gema mengumpat, bisa nggak sih sabar dikit. Semuanya juga mau berangkat kerja. Sambil menunggu agak longgar, Gema memilih merebahkan tubuhnya. Dia membuka kotak di dashboard untuk mengambil sunglasses , terik matahari di depan sana membuat matanya sakit.

Tok! Tok!

Suara kaca mobil diketuk dari luar membuat Gema menoleh. Dia melepas kacamata hitamnya. Pengetuk kaca mobilnya adalah seorang pria dengan jaket kulit dan helm full face hitam. Penampilan nya sih mirip anggota motor yang badass abis, eh tapi kok motornya imut-imut sih. Warnanya lilac pula.

Di belakangnya ada yang membonceng. Gema jadi parno, dia berpikir apa yang harus dia lakukan kalau seandainya dua orang itu berniat jahat.

Pria itu memberikan kode kepada Gema untuk membuka kaca mobilnya. Awalnya Gema ragu, tapi pria itu semakin gencar mengetuk kaca mobilnya.

"Eh lo siapa? Mau ngapain? Gue pukul pakai heels mau?"

Pria itu melepaskan helmnya. Barulah Gema tahu kalau pria itu adalah Lingkar.

"Buruan naik ke motor. Gue anterin ke kafe!"

"Gimana caranya? Katanya di depan lagi ada demo?"

"Udah naik aja. Mobil lo biar dibawa sama Juned!"

Gema keluar dari mobil dan naik ke motor Lingkar.

"Buruan jalan. Ngapain malah berhenti?"

"Pegangan dulu gue mau ngebut," teriak Lingkar.

Menuruti ucapan Lingkar, Gema memegang jaket kulit nya dan membuat Lingkar berdecak kesal. Dia menarik tangan Gema dan melingkarkan di pinggangnya. Hal itu membuat Gema tersentak ke depan, seolah-olah memeluk tubuh Lingkar.

Setelah sudah siap, Lingkar langsung meliuk-liukkan motornya, dia menyalip kemudian menyela. Tak ayal, Lingkar juga menyelip diantara mobil mobil. Jantung Gema memompa darah begitu cepat, dia memejamkan matanya dan memeluk erat pinggang Lingkar.

Melihat beberapa kendaraan lain menerobos jalur demo, Lingkar mengekor saja. Meski berulang kali Gema memprotes aksinya.

"Turunkan harga BBM!"

"Turunkan atau kami yang bertindak!"

Sorak-sorai pengunjukrasa terdengar nyaring, tidak sedikit yang mulai rusuh. Beberapa dari mereka mulai melemparkan botol minuman plastik ke jalanan.

"Gem, nunduk! Jangan tengok kanan kiri. Gue ngebut nih!"

Gema bersembunyi di punggung Lingkar, namun mata kirinya tiba-tiba kelilipan. Dia refleks  menegakkan kepalanya. Sayangnya Gema tidak waspada dengan sekitarnya, saat menoleh ke kiri, sebuah kerikil menyasar ke hidungnya.

Hidung Gema berdarah.

Lingkar langsung tancap gas, dia begitu khawatir melihat darah yang mengalir dari hidung Gema.

"Tahan sebentar lagi, Gem!"

                                         ***

"Argh!" Gema memekik saat hidungnya terkena dinginnya alkohol.

"Gue jadi ngerasa bersalah sama lo." Lingkar membersihkan luka Gema dengan telaten.  Andai saja dia mengantar Gema lebih pagi, mungkin Gema tidak perlu terjebak demo seperti tadi.

"Apaan sih. Biasa aja kali. Siniin kapasnya, biar gue bersihin sendiri."

"Jangan-jangan. Biar gue aja."

Gema merasa sedikit aneh dengan sikap Lingkar yang mendadak mellow  kayak telenovela begini.

"Lo nggak dendam sama gue, kan?"

Tuh kan, Lingkar aneh banget. Gema jadi merinding.

"Dendam apaan sih! Palingan hidung kebaret aja masak dendam. Aneh tahu nggak." Gema meneteskan antiseptik ke lukanya lantas menutup nya dengan plester.

"Kok aneh sih? Gue itu tulus ngerasa bersalah sama lo. Andai tadi gue nganter lo pagi-pagi ke kafe, pasti--"

"Syuttt,,," Gema memotong ucapan Lingkar,"mendingan lo balik ke kantor deh."

Perasaan hidung gue yang ke baret kerikil deh, masak otak Lingkar yang geser sih.

"Oke, gue balik kantor sekarang. Tapi nanti kalau lo butuh sesuatu, jangan sungkan telepon gue."

"Butuh apaan sih. Orang gue sehat jasmani rohani gini. Buruan deh, kelamaan disini bikin lo tambah aneh!"

Bukannya tidak berterimakasih kepada Lingkar, hanya saja Gema tidak kuat melihat tingkah Lingkar yang aneh bin ajaib itu.

Siang akhirnya datang juga. Efek demo di gedung sebelah membuat kafe agak sepi, jika biasanya pengunjung mulai berdatangan sejak pagi, kini hanya segelintir orang saja, itupun rekan-rekan media yang memilih ngadem sebentar.

"Mbak Gem, itu kenapa kafe kita ramai banget? Jangan-jangan massa mau pindah demo kesini deh," ujar salah seorang pegawai kepada Gema yang sedang menghitung pemasukan minggu ini.

"Mana ada mau demo disini. Kita kan bukan instansi pemerintah."

"Ya terus itu apaan, Mbak?"

Gema akhirnya mengindahkan ucapan pegawainya. Dia melihat ke arah pintu. Di sana ada mobilnya yang baru aja di bawa oleh pegawai di kantor Lingkar dan tiga orang yang entahlah, Gema tidak mau pusing-pusing mencari tahu.

"Oh itu mobil gue," Gema kembali  fokus dengan pekerjaan nya, tapi sesaat dia tersadar kalau itu bukan hanya pegawai Lingkar saja, "kok ada motornya si kutu kupret juga?"

Gema beranjak dan berjalan dengan cepat saat melihat mobilnya di buka dan dua orang keluar membopong seseorang.

"Ada apa nih?"

Gema menutup mulutnya melihat Lingkar pingsan dengan darah mengalir dari pelipisnya. Helmnya sudah terlepas sehingga Gema bisa tahu kalau pria itu terluka.

"Maaf Bu, saya bawa kesini dulu. Niatnya saya mau izin pakai mobilnya, ini Pak Lingkar baru saja mengalami kecelakaan di persimpangan jalan, seperti nya Pak Lingkar melamun saat berkendara."

Dari tadi si Ling-Ling ini memang aneh.

"Ya udah ayo dibawa ke rumah sakit aja. Ra, titip kafe ya?"

"Beres, Bu."

Gema duduk di bangku tengah untuk membantu Lingkar berbaring. Sepanjang perjalanan menuju ke rumah sakit, Gema dibuat cemas karena Lingkar tidak kunjung siuman.

Jalan raya.

Hari ini benar-benar tidak bersahabat dengan mereka.



Yokkk, bisa yok bisa kencengin vote dan komennya. Biar bisa double up tiap hari wkwkw...

Roar Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang