Dengan secepat mungkin sopir Hana datang ke rumah sakit. Pria tua itu bahkan kini tengah berusaha memperbaiki alunan nafasnya karena dia telah lelah berlari dari parkiran ke ruang rawat anak bosnya itu.
"Gimana keadaan, Neng Hana?" tanya sopir itu pada Evan dengan wajah khawatir.
Evan yang sebelumnya duduk kemudian berdiri. Dia menjaga Hana sedari tadi, menunggu wanita itu untuk sadar kembali. Namun, ternyata Hana masih begitu nyaman dengan mimpinya.
"Hana, udah baikan kok, Pak. Cuman kita lagi nunggu rontgennya keluar, mungkin sekitar setengah jam lagi."
Pak Jaka mengangguk paham sembari memperhatikan anak bosnya itu yang sedang tidur. Rasa khawatirnya kini sudah memudar setelah mengdengar penjelasan Evan.
"Mari, Pak. Silakan duduk," tawar Evan sembari menarik kursi yang dia duduki tadi.
"Makasih."
Keduanya kemudian terdiam pada pikirannya masing-masing. Namun tiba-tiba, Evan membuka pembicaraan. "Maaf sebelumnya, Pak. Ibunya Hana sudah dihubungi?"
Pertanyaan tersebut berhasil membuat Pak Jaka menatap ke arah Evan. Tatapannya sedikit aneh. Namun, Evan tidak tau anehnya dimana karena pria itu baru beberapa kali bertemu dengan Pak Jaka.
Pak Jaka mengangguk pelan, "Sudah kok."
Entah kenapa, Evan sekarang malah bernafas lega setelah mendengar jawaban Sopir Hana itu. Setidaknya, ibunya Hana sudah mengetahui keadaan anaknya sekarang walaupun tidak bisa datang.
"Tapi, Mas. Bos saya enggak bisa langsung balik. Jadi, dia nitip pesan buat kamu. Kamu bisa nggak jagain Hana untuk sementara waktu?"
Evan mengerutkan dahinya karena bingung. Dia tentu jelas mendengar pertanyaan Pak Jaka. Tetapi, dia masih enggan mempercayainya.
"Maksudnya, Pak?" tanya Evan memastikan.
Pak Jaka merogoh sebuah kartu dari sakunya, kemudian memberi kartu tersebut kepada Evan. Pria itu memperhatikan dengan saksama kartu yang sudah berpindah tangan kepadanya. Sebuah kartu atm yang entah punya siapa.
"Ini kartu atm dari bos saya, dia minta kamu buat jaga Hana dan uang di dalam kartu itu adalah imbalannya."
Evan kembali mengerutkan dahinya, masih ada rasa tak percaya di benaknya sekarang. Melihat Evan yang tengah melamun, Pak Jaka pun menepuk bahu Evan dengan pelan. Hal itu berhasil membuat Evan sadar.
"Hah, iya, Pak. Kenapa?"
Pak Jaka tersenyum kecil, "Kamu mau kan?."
Evan menggaruk kepalanya yang kini terasa gatal, "Gimana ya, Pak... ."
Belum sempat Evan selesai berbicara seorang suster pun masuk ke dalam ruang rawat Hana. Suster itu adalah salah satu suster yang merawat Hana tadi. Evan pun berdiri dari duduknya begitu pula dengan Pak Jaka, mereka berdua menunggu suster tersebut untuk berbicara.
"Bapak orang tuanya, Mbak Hana?" tanya suster itu setelah melihat Pak Jaka.
Pak Jaka menggeleng pelan sembari tersenyum ke arah Suster yang berpapan nama Poppy.
"Bukan, Sus. Saya sopirnya Mbak Hana," jelas Pak Jaka.
"Oh gitu. Terus, orang tuanya Hana mana ya?" tanya Suster Poppy sembari menatap sekeliling kamar Hana. Namun, tak dia temui orang lain di dalam ruangan itu.
"Orang tua Hana lagi ada urusan di luar negeri, Sus. Jadi, nanti semua urusan Mbak Hana bisa kasih tau ke saya atau Mas Evan."
Pak Jaka menepuk bahu Evan dengan pelan, hal itu membuat Evan menatap ke arahnya. Pak Jaka kemudian tersenyum ke arah pria itu seakan memberitahu bahwa dia percaya pada Evan untuk mengurus Hana.
![](https://img.wattpad.com/cover/320126122-288-k914150.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Double Benefit (END)
Teen FictionKehidupan yang amat berbeda antara Evan dan Hana tentu membuat keduanya seperti langit dan bumi. Pertemuan singkat mereka di depan gerbang berhasil membuat keduanya terlibat perjanjian yang saling menguntungkan. Namun, karena sikap yang berbeda di a...