Bab 3 - Terancam Tidak Naik Kelas -

21 7 16
                                    

Suara bel istirahat pun terdengar cukup kencang. Guru yang tengah mengajar kelas Evan pun pamit untuk keluar, sehingga semua siswa dan siswi yang berada di dalam kelas ikut keluar menuju ke tempat yang berbeda-beda. Ada yang langsung ke kantin, ada juga yang pergi ke toilet dulu tetapi Evan malah pergi ke ruang OSIS.

Di dalam ruang tersebut ada beberapa anggota OSIS yang tengah sibuk berbincang, Evan pun berjalan mendekat ke arah mereka. Duduk tepat di dekat mereka dan perlahan mencerna apa yang tengah mereka bahas.

Evan kemudian hanyut dalam diskusi ringan bersama teman-teman OSISnya. Dia pun sampai lupa pada niat awalnya untuk datang ke ruang itu. Semakin lama pembicaraan mereka semakin seru, padahal pembicaraan mereka awalnya membahas tentang kegiatan OSIS. Namun tiba-tiba saja, pembahasan mereka berubah. Mereka sekarang malah membahas tentang Omy, siswi populer di sekolah mereka.

Di tengah pembicaraan tersebut, Evan pun menyadari bahwa dia pergi ke ruang OSIS karena ingin bertanya mengenai Hana.

"Gue boleh nanya nggak?" tanya Evan dengan wajah serius.

Keempat pria yang berbincang dengannya pun menghentikan pembicaraan mereka, tatapan mereka seketika terpusat pada Evan.

"Nanya apaan?" tanya Raka, ketua OSIS dengan penuh penasaran. Wajahnya pun ikut-ikutan serius saat bertanya.

Evan mengeluarkan dompet Hana dari sakunya, kemudian dia perlihatkan pada keempat pria tersebut, "Gue nemu dompet nih, yang punya namanya Hana. Tapi, gue nggak tau siapa Hana."

"Hana? Nama panjangnya siapa?"

"Hana Yuvika," jawab Evan singkat.

Tiba-tiba saja raut wajah Raka berubah. Evan yang melihat perubahan itu pun menjadi sedikit bingung.

"Dia siswi kelas 11F," ucap Raka singkat kemudian mengalihkan pembicaraan. Mereka kemudian kembali berbincang, kecuali Evan. Pria itu langsung berdiri setelah tau dimana kelas Hana berada.

"Ya udah, gue pergi dulu ya. Makasih, Ka."

Evan berjalan dengan tergesa menuju kelas Hana, pemilik dompet yang tengah dia bawa. Selama perjalanan, pria itu mendapatkan banyak sapaan dari siswa dan siswi yang dia tak kenal. Karena merasa tidak enak, Evan pun menyapa balik beberapa dari mereka bahkan pria itu juga tersenyum pada mereka.

Ini ya kelasnya, ucap Evan di dalam hati, pria itu tanpa sadar mengerutkan dahinya. Dia cukup bingung karena pintu kelas Hana masih tertutup. Biasanya pada jam istirahat semua pintu kelas akan terbuka.

Apa dia masih di dalam?.

Evan pun mengintip ke dalam kelas Hana melalui kaca yang berada tepat di samping pintu kelas itu. Walau kaca tersebut cukup tinggi. Namun, Evan dapat menggapainya karena pria itu memiliki tinggi 170cm.

Pria itu menatap heran pada kelas Hana yang belum juga keluar padahal bel istirahat sudah berbunyi sejak 20 menit yang lalu. Semua siswa dan siswi di dalam kelas Hana terlihat serius menyalin tulisan yang tengah di tulis oleh guru di depan kelas mereka dan tak lama kemudian guru tersebut menutup bukunya dan keluar dari kelas.

Guru yang Evan kenal bernama Ibu Lala itu pun terkejut saat mendapati Evan tengah berada di luar kelas 11 F.

"Loh, Evan, ngapain di sini? Ini kelas 11F dan kamu di kelas 11A kan?"

Evan tersenyum canggung ke arah Ibu Lala, "Iya, Bu. Saya ada urusan hehe."

"Sama siapa?"

"Sama Hana, Bu. Ibu kenal?" tanya Evan yang langsung membuat raut wajah Ibu Lala berubah.

Double Benefit (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang