Seperti sebelumnya, Hana menyembunyikan sebagian badannya dan mengaitkan tangannya ke lengan Evan saat keluar dari ruang OSIS menuju gerbang sekolah. Mata cantik Hana kemudian memperhatikan sekilas sekolah yang sangat sepi itu.
Sesampai di depan gerbang, Hana melepaskan kaitan tangannya dengan Evan dan berusaha memperbaiki alunan nafasnya yang tadi tak beraturan.
Di sisi lain, Evan hanya tersenyum sembari mengeleng pelan karena kelakuan Hana yang sangat menggemaskan. Wanita itu takut. Namun, dia tidak ingin Evan tau. Sepertinya, rasa gensi yang dia miliki begitu tinggi.
Tak lama kemudian sebuah mobil berhenti di hadapan mereka berdua, supir mobil tersebut keluar dan membukakan pintu belakang untuk Hana juga Evan.
Hana melirik ke arah Evan yang sepertinya takjub pada mobil milik wanita itu. Hana kemudian menarik tangan Evan untuk ikut masuk ke dalam mobil bersamanya.
Di dalam mobil, mereka tidak berbicara apapun selain Evan yang tadi mengatakan mau diantar kemana.
Rumah Sakit Harapan Kita adalah tempat tujuan mereka saat ini, tempat dimana Roa tengah dirawat.
Sesampai di parkiran rumah sakit tersebut, Evan menatap ke arah Hana seraya berkata, "Nggak mau masuk dulu? Ibu gue mau ketemu lo."
Hana terdiam saat mendengar ajakan Evan, dia lupa bahwa ibunya Evan mau bertemu dengannya.
Mampus gue, runtuknya di dalam hati.
Evan memberikan tatapan penuh arti pada wanita itu karena dia mau menepati janjinya untuk membawa Hana bertemu ibunya.
Beberapa menit kemudian, Evan masih setia menunggu jawaban Hana. Wanita itu sepertinya tengah berpikir keras untuk menjawab ajakan Evan.
"Kalau lo nggak mau, nggak papa kok. Lain kali harus mau ya," ucap Evan pelan sembari tersenyum ke arah Hana.
Wanita itu sedikit merasa bersalah saat melihat wajah Evan. Tatapan penuh harap dari Evan kini berganti dengan senyuman paksa yang tentu Hana tau artinya.
"Ya udah, gue mau."
Evan memiringkan kepalanya dan terdiam sejenak. "Lo mau?" tanya pria itu memastikan.
Hana tersenyum kecil sembari menganggukkan kepala, sekarang atau nanti dia tetap harus bertemu ibunya Evan bukan? Alangkah baiknya, Hana dapat bertemu ibu pria itu secepat mungkin.
Setelah keluar dari mobil, Evan segera menunggu Hana keluar juga bahkan pria itu membantu Hana keluar dari mobilnya dengan memberikan tangannya pada wanita itu sebagai pegangan.
Evan memperhatikan wajah Hana yang kini gugup, "Lo nggak papa kan?"
Hana tidak langsung menjawab, wanita itu malah sekarang tengah sibuk memperhatikan sekeliling tempat parkir rumah sakit itu.
Evan mengerutkan dahinya dan memajukan wajahnya agar lebih dekat dengan wajah Hana.
"Han," panggil Evan yang langsung membuat Hana sadar.
"Hah, kenapa?"
Ternyata, sedari tadi wanita itu tidak fokus sehingga tidak mendengar pertanyaan Evan. Hana kemudian merapikan baju sekolahnya seraya berkata, "Baju gue udah rapi belum?"
Evan menatap heran pada Hana, "Kalau nggak rapi kenapa? Ibu gue nggak bakal komentarin baju lo kok."
Ucapan Evan tersebut berhasil membuatnya mendapat tatapan tajam dari Hana, wanita itu hanya bertanya. Namun, malah dijawab seperti itu. Alhasil, Hana pun kesal dan langsung berjalan mendahului Evan padahal wanita itu tidak tau dimana tempat adik pria itu dirawat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Double Benefit (END)
Novela JuvenilKehidupan yang amat berbeda antara Evan dan Hana tentu membuat keduanya seperti langit dan bumi. Pertemuan singkat mereka di depan gerbang berhasil membuat keduanya terlibat perjanjian yang saling menguntungkan. Namun, karena sikap yang berbeda di a...