Chapter 11

801 49 30
                                    

.

.

.

.

.

.

Di hari yang cerah, secerah suasana hati mommy Windy , keadaan mansion Cyclone sedang tenang dan damai membuat mommy Windy tak berhenti tersenyum ketika memasak. Namun senyum nya luntur ketika mendengar suara gaduh dari lantai atas.

Gubrakkk

Ting Ting Ting

Bruk bruk bruk

Byurrrr

Huaaaaaaa

Mommyyyy

Sayanggg

Meowwww

Mommy Windy hanya menatap datar kegaduhan yang terjadi di lantai atas, dan hanya bisa menggeleng - gelengkan kepalanya. Dia lalu melanjutkan kegiatan memasak nya yang tertunda. Memang di mansion tersebut terdapat banyak maid dan  buttler yang membersihkan mansion, namun mommy Windy lebih suka memasak sendiri makanan untuk suami dan anak - anak nya. Katanya sebagai bentuk kasih sayangnya untuk mereka.

Kemudian terdengar langkah kaki yang terburu-buru dari tangga. Dan terlihat lah suami dan ketiga anak nya yang turun dengan penampilan acak acakan, sepatu tas dan kaos kaki dijinjing, dasi yang disampirkan, rambut yang ditata acak, benar - benar tak mencerminkan seorang pelajar, mahasiswa maupun CEO perusahaan.

"Kenapa penampilan kalian masih acak-acakan seperti gembel?" - tanya mommy Windy yang sedang menyajikan sarapan sambil menghela nafas panjang dan memijit keningnya.

"Mommy, kenapa ga bangunin sihh, upan kan jadi telat!!" - ucap si bungsu dengan penampilan yang paling berantakan. Almamater yang diikat di pinggang, rompi, tas dan dasi disampirkan di pundak, kaos kaki dan sepatu dijinjing, dan rambut yang di Cepol acak, sangat tidak mencerminkan siswi teladan.

"Benar sayang, kenapa tidak membangun kan kami, kamu ingat kan aku ada meeting pagi jam tujuh tepat" - tambah sang suami, Tornado. Sama acak acakan nya, rambut belum disisir dan masih basah, dasi digantung, jas disampirkan dan kaos kaki beserta sepatunya masih dijinjing.

"Ya mom, kenapa tidak membangun kami juga, mommy ingat kan, pekerjaan ku menumpuk di meja begitupun dengan Beliung yang ada jadwal kuliah pagi" - Timpal si sulung, Angin. Yang diangguki oleh Beliung, kakak kedua Taufan. Begitupun penampilan keduanya tak jauh beda dari Sang ayah dan adiknya. Sama berantakan.

"Kalian tidak lihat sekarang masih pukul berapa?" - Bukannya menjawab Windy malah balik bertanya seraya menunjuk jam dinding yang terpasang apik di dinding ruangan.

Suami dan anak- anaknya pun hampir menjatuhkan rahangnya melihat jam yang masih menunjukkan pukul 05:25.

"T.. tapi kenapa alarm di kamar ku menunjukkan pukul 09:12?!!" - tanya Angin cengo.

"Alarm papa pun menunjukkan pukul 08:15 " - timpal Tornado dengan tampang bodohnya.

"Dikamar ku pun menunjukkan pukul 08:35 " - tambah Beliung.

"Lalu kenapa di kamar upan malah menunjukkan pukul 08:46!!!!!" - tambah Taufan nada tak santainya. Seperti nya dia sadar bahwa sedang dijaili ibu nya sendiri.

"Aku sengaja melakukannya, agar kalian bisa bangun pagi, sudahlah segera benahi penampilan kalian, mommy tunggu 10 menit, jika belum rapi juga, kalian akan tau akibatnya nanti" - ucap Windy dengan senyum lebarnya yang malah tampak menakutkan bagi mereka berempat.

You Are Ours, Little Wind. [All x Taufan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang