❤ [ Bab 21 ]

175 26 0
                                    

"Dengan senang hati, Pangeran Noah De Avaline." Ucap Viola seraya menunduk dan menyambut hangat uluran tangan Noah.

Mereka berdua tertawa bersama karena menganggap diri mereka kini sedang memainkan sebuah drama. Noah mengubah posisinya yang semula berlutut menjadi berdiri tegap dengan tubuh jangkungnya yang membuat Viola sedikit mendongak untuk melihat wajahnya. Noah lebih jangkung dibanding Gray meski hanya selisih beberapa cm saja.

"Kalau begitu, kita harus segera pergi ke ruanganmu dan meminta Marry, Bianca dan juga Ella untuk merias wajah serta menata rambutmu."

Noah mengantar Viola hingga akhirnya mereka sampai di sebuah ruangan yang cukup luas. Tampak sebuah meja rias serta beberapa aksesoris yang tertata rapi termasuk wig. Tiga orang gadis yang sangat mereka kenal kini menyambut kedatangan seorang Desainer beserta Stylishnya yang berjalan masuk kedalam ruangan.

"Uwahh, Viola cantik sekali memakai gaun itu. Benar-benar terlihat seperti Putri di cerita dongeng." Ella memuji penampilan Viola yang menurutnya tampak begitu cantik.

"Nah, supaya auranya semakin terlihat, kami akan meriasnya secantik mungkin." Ucap Bianca kini meraih pergelangan tangan Viola dan menariknya menuju meja rias.

"Aku akan menata rambutnya dan memilih aksesoris yang cocok dengan gaunnya. Noah bisa menunggu di luar karena ini mungkin akan lama." Ucap Marry seraya mendorong Noah keluar dari ruangan mereka.

"Ah, oke, aku akan kembali kesini setelah mengobrol dengan Samuel." Ucap Noah seraya melangkahkan kakinya tak beraturan karena Marry terus memaksanya keluar.

Noah berjalan menelusuri koridor hendak menuju ruang studio dimana Samuel berada. Ketika lelaki itu tengah berjalan dengan tenang, ia dikejutkan dengan suara dari sosok gadis yang dikenalnya. Namun, Noah hanya berekspresi datar dan enggan menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang tengah berdiri disana.

"Hei, bagaimana jika kau dan Leon bertukar Stylish?" Ucapnya dengan senyum licik dan membuat Noah mengernyitkan dahinya.

"Jangan bicara omong kosong, aku gak punya waktu berbicara dengan wanita ular sepertimu, Jennie Laurent." Ucap Noah yang tampaknya sudah tahu siapa orang yang sedari tadi berdiri di belakangnya tanpa melihat wajahnya.

"Pfftt, kau bahkan gak melihat kearahku. Tapi, tidakkah kau berpikir bahwa tubuh Viola terlalu tinggi untuk mengenakan gaun-gaun yang kau rancang? Menurutku, rancanganmu lebih cocok dipakai olehku karena tubuhku kecil dan ramping." Ucap Jennie penuh percaya diri.

"Wah, kalau kau yang memakainya mungkin malah jadi gak kelihatan indahnya karena tubuhmu gak ada bentuknya." Ucap Noah seraya tersenyum smirk dan berjalan pergi meninggalkan Jennie yang tampaknya merasa kesal setelah mendengar perkataannya.

"D-Dasar br*ngs*k! Bukankah tubuh seperti Viola akan membuatnya terlihat gemuk jika memakai gaun yang mengembang?!" Gumam Jennie seraya menggertakkan giginya saking kesalnya.

Jennie sesekali menunduk dan memperhatikan dadanya yang menurutnya memang kecil. Gadis itu semakin kesal mengingat Viola yang memiliki tubuh yang diimpikan oleh gadis-gadis muda seperti mereka. Saat itu pula tibalah Leon yang menepuk pundak Jennie seraya terkekeh pelan karena mendengar semua obrolan mereka.

"Hei, hei, jangan sedih begitu, santai saja." Ucap Leon yang membuat Jennie semakin naik darah.

"Apa-apaan wajahmu itu?! Aku yakin kau juga berpikir begitu, kan? Huh, semua pria sama saja!" Tutur Jennie yang membuat Leon tertawa kecil.

"Jujur saja memang iya. Hah, aku gak nyangka akan tertarik pada j*lang itu. Ini sungguh ironis, bukan?" Ucap Leon sembari mendongak keatas dan tersenyum tipis bagai orang yang sedang kasmaran.

Kelabu (Seri 1) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang