❤ [ Bab 2 ]

541 60 2
                                    

Gray dan Viola tengah asyik mengobrol di dalam bar yang ramai akan pengunjung. Mereka telah berada disana selama lebih dari 2 jam. Namun tampaknya Viola tak mempermasalahkan hal tersebut lantaran dirinya juga membutuhkan waktu untuk sedikit menenangkan pikirannya setelah bekerja seharian. Kedua insan itu kini mulai merasakan adanya kecocokan satu sama lain.

21:15 PM

Satu-persatu pelanggan mulai melangkah pergi dari dalam bar untuk segera pulang ke rumah masing-masing. Kini suasana disana tampak sepi karena hanya menyisakan beberapa pelanggan saja. Viola memeriksa jam tangan berwarna silver yang melingkar pada pergelangan tangan kirinya dan mulai menenteng tas selempang berwarna merah muda miliknya.

"Maaf, sepertinya aku harus kembali ke apartemen sekarang. Semoga kita dapat bertemu lagi di lain waktu."

"Oh, tentu saja. Hati-hati dijalan, Viola." Ucap Gray seraya menampakkan senyum hangatnya dihadapan Viola.

Gadis tersebut buru-buru menghampiri Kenny untuk membayar pesanannya sebelum akhirnya pergi meninggalkan bar. Sementara Gray masih terus memandangi kepergian Viola sampai akhirnya gadis itu menghilang dari sana setelah membuka pintu keluar. Gray kembali melamun sendirian dan terpikirkan oleh gadis anggun yang ditabraknya waktu berada di kerumunan sore ini.

"Gadis itu... ah, sapu tangan!" Gumam Gray seraya merogoh saku celananya dan meraih sebuah sapu tangan yang ditemukannya di jalanan.

"VIOLA INGALLS!" Ucap Gray yang sedikit meninggikan suaranya karena teringat pada Viola yang ternyata adalah gadis yang tanpa sengaja bertemu dengannya di kerumunan tersebut.

Gray segera beranjak dari bangkunya dan membayar seluruh pesanannya pada Kenny. Setelahnya ia buru-buru pergi meninggalkan bar dan berniat untuk mencari Viola yang telah menghilang di kawasan itu. Gray memutar bola matanya melihat sekeliling, namun tampaknya Viola telah pergi jauh dari sana sehingga sulit bagi Gray untuk menemukannya di tengah banyaknya orang yang berlalu-lalang.

"Cih, harusnya aku menyadarinya lebih awal. Aku terlalu banyak memikirkan Lucy." Gumam Gray seraya menepuk pelan dahinya.

00:12 AM

Gray telah sampai didepan rumahnya dan berniat akan membuka pintu untuk masuk kedalam. Namun ia sedikit ragu mengingat dirinya yang jarang sekali pulang malam terlebih jika telah lewat jam 12. Lelaki itu terhenyak dalam pikirannya dan membayangkan sang Ayah yang pasti akan memarahinya karena pulang terlalu malam. Ditambah dengan adanya Ibu tirinya yang pasti akan menceramahinya dan memberi hukuman padanya. Hal itu tentu terasa sangat menyebalkan bagi Gray mengingat sosok Ghea yang bukan Ibu kandungnya.

CEKLEK

Gray memberanikan dirinya untuk membuka pintu rumahnya yang ternyata tak dikunci. Lelaki itu perlahan melepas sepatunya dan melangkah masuk kedalam sampai akhirnya bertemu dengan sang Ayah yang tiba-tiba datang menghampirinya. Tampak reaksi sang Ayah yang tidak senang melihat kepulangan Gray. Sementara Gray hanya menatap dingin padanya seolah tak merasa takut sedikitpun dengan Ayahnya yang tampak menahan murka.

PLAKK!

"ANAK KURANG AJAR! SUDAH MULAI BERANI SEKARANG?! KEMANA SAJA KAU SAMPAI PULANG LARUT BEGINI?!" Bentak sang Ayah yang tanpa sadar telah menampar putranya cukup keras sehingga meninggalkan bekas kemerahan di pipi kirinya.

Gray hanya terdiam dan menunduk seraya mengepalkan kedua lengannya. Ia tak menyangka bahwa Ayahnya akan semurka ini padanya bahkan hingga berani menampar wajahnya. Kini Gray juga merasa kesal pada Ayahnya dan merasakan adanya sedikit perbedaan pada kepribadian Ayahnya semenjak menikah dengan Ghea.

"Ayah gak tahu apapun tentang perasaanku." Jawab singkat Gray yang kini telah berjalan membelakangi Ayahnya.

"Kenapa Rose harus melahirkan anak gak tahu aturan sepertimu?! Seharusnya aku gak membiarkan Rose mengurus anak. Wanita itu benar-benar gak tahu cara mendidik anak dengan benar."

Kelabu (Seri 1) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang