Walaupun hujan sudah berhenti tetapi udara dinginnya seakan masih melekat kedalam pori-pori tubuh. Sore itu langit masih sangat mendung, entah kapan ia akan menumpahkan rahmatnya lagi keatas bumi tandus ini.
Suara burung-burung gagak yang berterbangan diatas langit menjadi salah satu backsound sore hari yang terasa begitu dingin menusuk, mereka terbang beriringan menuju peraduannya demi beristirahat malam ini. Tak terkecuali mentari petang yang hari ini tidak terlihat sejak siang tadi, hujan yang mengguyur sejak pukul 11 siang membuatnya urung menampakan sinar hangatnya kali ini.
Taeyong melongok keluar jendela saat merasakan kembali rintik hujan yang mulai turun. Agak mendengus ia kembali berjalan kedalam koridor rumah sakit setelah tadi sempat berhenti di sebuah balkon dekat anak tangga.
Langkahnya menggema karena saat itu koridor sedang dalam keadaan sepi, mungkin hanya ada dia dan beberapa orang keluarga pasien lainnya yang tengah berjalan di sana.
Saat sampai pada kamar tujuannya ia segera membuka pintu dengan cat putih tersebut dan melebarkan senyumannya ketika melihat tiga orang kepala yang tengah memandangnya dengan tatapan berbinar.
"Yeayy~ makanannya sudah sampai!" itu si bungsu yang memekik sambil berjalan menyongsong sang ibu.
Taeyong menyerahkan beberapa buah kantung plastik putih dengan aroma sedap yang begitu menggugah selera. Sepertinya itu adalah pesanan ayam goreng dengan saus sambal pedas manis pesanan Mark.
"Hati-hati disitu ada sup rumput lautnya juga." Taeyong berjalan dan duduk di kursi yang tepat berada di sisi ranjang rawat anaknya. Memperhatikan sebentar kedua puteranya yang tengah membuka bungkusan makanan cepat saji yang ia bawa tadi.
Tatapannya kini beralih pada si tengah yang sedang tersenyum sambil menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang.
"Mau makan juga? Biar bubu suapi." ia mengelus surai hitam itu dengan lembut.
"Terimakasih bu." suaranya masih begitu serak dan pelan sekali, bila tidak duduk berdekatan mungkin Taeyong tidak akan mendengar jelas apa yang dikatakan oleh anaknya tersebut.
"Bubu beli di toko mana ayam goreng ini?" Mark bertanya setelah mengunyah ayam yang ia gigit tadi.
"Bukan bubu yang beli tapi daddy kalian yang pesan kan, bubu cuma mengambilnya saat kurir makanannya sudah sampai di lobi depan." ia berucap sambil membuka satu mangkuk plastik berisi sup rumput laut kesukaan Jeno.
Sungchan yang melihat ibunya mulai mengaduk air sup itu menghentikan kunyahanya perlahan, "memang kak Jeno sudah boleh makan makanan seperti itu ya, bu?"
"Hanya sedikit, bubu akan mencampurkan air sup pada bubur yang sudah di sediakan oleh rumah sakit untuk kakak mu. Lagipula hanya kali ini bubu membiarkannya memakan makanan dari luar rumah sakit."
"Memang sih, makanan rumah sakit itu tidak enak." sahut Sungchan lagi dengan mimik wajah yang ia buat-buat ingin muntah.
"Seperti kau tau saja rasanya makanan rumah sakit." itu Mark yang menyahut setelah menyedot air cola yang ada di atas meja.
Sungchan merengut pelan, "lihat saja dari warnanya, tidak menggugah selera makan!"
"Hush! Jangan begitu, nanti di dengar kakak mu."
Sungchan agak melirik takut-takut pada Jeno yang ada di atas ranjang rawatnya, tapi untungnya kakaknya itu terlihat sedang memejamkan mata dengan damai. Memang sih, dokter bilang Jeno akan kembali tertidur bila ia tidak diajak berbicara, makanya Taeyong akan sangat sering mengajak Jeno berbincang-bincang atau sekedar mengobrol ringan saja agar anaknya itu tidak keseringan tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wake Me Up || Sekuel SAVE
ActionJeno tidak mengerti mengapa setelah pindah dia kerap melihat sosok lelaki yang menculik dan menyiksanya itu? Padahal ayahnya bilang, orang itu sudah di penjara. Dan hal mengerikan itu terus berulang hingga Jeno merasa mulai gila! (Biar lebih paham...