Janji

384 46 1
                                    

Sungchan memandang Jeno sambil menggaruk pelipisnya dengan telunjuk, ia nyengir lalu tertawa pelan walau terkesan agak terpaksa.

"Memangnya semalam kakak dengar sesuatu, ya?"

Jeno hanya mengedikan sebelah bahu acuh tetapi masih dengan tatapan mata yang tertuju pada Sungchan membuat sang adik kembali tertawa hambar, tetapi buru-buru ia mengalihkan pandangan saat Taeyong muncul tepat ditengah-tengah mereka berdua.

Membuat sesuatu didalam dada Sungchan yang sudah berdegup dengan kencang kembali berangsur normal.

Jeno memandang ibunya dari bawah yang sedang menaruh sebuah piring kecil berwarna putih yang berisikan beberapa butir obat-obatan miliknya. Saat Taeyong menoleh pada sang anak, lelaki cantik itu mengulum senyum kecil seraya mengusap tengkuk Jeno dengan lembut.

Taeyong lantas berbalik dan berlalu dari sana, ia berjalan kearah pantry dimana ada sebuah panci besar yang sedang bergejolak berisi air sup iga sapi dengan aroma kaldu yang begitu lezat.

"Sungchan!"

"Ya?" bocah itu langsung menoleh dan menyahut dengan cepat saat mendengar suara Mark yang memanggilnya dari belakang. Merasa tertolong karena ia sudah tidak harus lagi mengobrol berdua dengan kakak keduanya.

Menurutnya sekarang kakaknya itu menjadi sedikit aneh.

"Kau lupa mantel mu." ucap Mark seraya menyerahkan sebuah mantel cokelat dengan aksen sedikit bulu halus di bagian kupluknya.

Mark menoleh pada Jeno yang juga kebetulan saat itu sedang memandang kearahnya, mereka lantas saling melemparkan senyuman kecil bahkan Mark sampai mengelus ujung kepalanya dan berkata,

"Sudah lebih baik, eum?"

"Yeah..." Jeno hanya mengangguk sekilas seraya terus memperhatikan kakaknya yang sedang mengambil duduk di seberang meja.

Beralih pada Jaehyun yang masih berkutat dengan kemeja berwarna putih didalam kamar, dia terkejut saat tiba-tiba saja Taeyong muncul dari balik pintu. Lelaki submisive itu melemparkan senyuman sambil menggulung lengan kaus bergambar beruang cokelat itu, Jaehyun pun berbalik dan membiarkan Taeyong untuk memasangkan sisa kancing kemejanya yang masih belum terpasang.

"Anak-anak sudah berkumpul di meja makan, mereka sedang menunggu mu." ujar Taeyong masih dengan kegiatannya memasangkan kancing.

Jaehyun sedikit mengangkat dagunya saat tangan lentik Taeyong mengarahkan selembar dasi berwarna merah bergaris putih tipis itu pada lehernya.

"Aku tidak bisa tidur semalam." desis Jaehyun.

"Maafkan aku." Taeyong melirih pelan sesaat setelah Jaehyun berucap.

Jaehyun terkesiap ketika maniknya menatap mata Taeyong yang berubah nanar. Sepertinya dia salah bicara karena sesungguhnya Jaehyun sama sekali tidak berniat untuk menyinggung masalah semalam pada Taeyong. Mereka sudah berjanji, bukan.

Di cakupnya wajah cantik itu sembari mengangkatnya keatas hingga netra mereka saling mengunci.

Si sipit dan si doe yang bertemu tatap.

Jaehyun merasa seperti melihat Taeyong saat kali pertama mereka bertemu dulu di sekolah. Mata dan wajah itu seakan tidak pernah berubah sedikit pun, walau kini ia akui ada sedikit raut lelah yang dia tangkap disana.

"Jangan minta maaf, kau tidak salah. Kita sudah berjanji akan melewati semua ini sama-sama kan?" katanya lalu mengecup dahi itu dengan begitu lembut.

Taeyong mengulas senyum lagi, ia lega setidaknya dia masih memiliki suami dan anak-anak yang saling menguatkan satu sama lain.

Wake Me Up || Sekuel SAVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang