Pulih

262 27 1
                                    

Di suatu tempat entah di mana Jeno sendiri tidak tau mengapa tiba-tiba saja dia bisa berada di tempat kecil, sepi dan minim penerangan tersebut, yang jelas ketika dia membuka mata lengan kirinya sudah di rantai seperti itu.

Dan rantai itu cukup berat serta kuat untuk dia lepaskan dari pergelangan tangannya.

Jeno bangkit dan menjumpai pilar yang terbuat dari air yang mengalir dari langit-langit tempat itu dan mengurungnya, entah mengapa walaupun hanya air tapi Jeno benar-benar tidak bisa menembusnya. Seperti ada lapisan tak kasat mata yang membentengi lapisan air itu.

"Ini di mana... Kenapa gelap sekali?"

"Oi...!"

Jeno berjingkat dari posisinya ketika mendengar suara berat dari seorang lelaki. Suaranya tepat terdengar dari arah depan, tapi Jeno sama sekali tidak bisa melihatnya.

Sambil sedikit memicingkan mata akhirnya Jeno dapat melihat siluet seorang lelaki yang tengah berdiri di seberang sana di susul oleh suara gemerincing rantai yang sangat jelas, sepertinya lelaki di depan sana juga di rantai seperti dirinya saat ini.

"M-maaf, ini dimana ya?" takut-takut Jeno bertanya dengan suara pelan namun dirasakan lelaki tadi sama sekali tidak berniat untuk menjawabnya.

"Begini, kalau anda bisa memberitahu ku ini di mana, mungkin kita bisa pergi dari sini sama-sama..." ucap Jeno lagi, suaranya agak ragu kali ini.

Lelaki itu tampak mendenguskan suaranya.

"Mungkin, kata mu?"

Jeno terdiam, jujur saja dia takut karena tiba-tiba saja berada ditempat yang tidak dia ketahui ditambah sekarang dia malah di hadapkan oleh seseorang yang juga tidak dia kenal. Bahkan melihat raut wajahnya saja Jeno tidak bisa.

"Sudah berapa lama aku menunggu disini dan kau dengan entengnya mengatakan 'bisa pergi sama-sama'?" kalimatnya terjeda ketika tubuhnya bangkit berdiri, tinggi dan terlihat sangat besar dimata Jeno saat itu.

"Huh, dasar lemah!"

"A-apa?!" Jeno tertegun, dia bingung sekaligus kaget mengapa sosok lelaki itu malah mengatainya sekarang.

"Ya, kau anak yang lemah! Kau bilang kau anak yang kuat, tapi kau bahkan tidak bisa melawan orang yang tidak bisa kau sentuh!"

Lelaki itu lantas berdiri, memperlihatkan tubuhnya yang tinggi besar bahkan Jeno bisa melihat sekilas kilauan mata sehitam batu obsidian itu dari balik pilar air. Sontak saja hal itu membuatnya langsung mundur dan jatuh terduduk hingga membentur tembok yang ada di belakangnya.

Ya, dia takut.

Lagi lelaki itu mendengus lalu kembali mengambil duduk dengan posisi yang sama persis dengan sebelumnya.

Membuka kedua kakinya, menekuk lututnya dan menaruh lengannya diatas kedua lulut tersebut.

"Lihatlah, bahkan kau takut pada bayangan ku..." kalimatnya terjeda sesaat "...pada dirimu sendiri." ujarnya pelan di tengah gemericik suara air yang jatuh dari pilar. Suaranya bahkan terdengar begitu putus asa, berbeda dengan suara yang ia keluarkan sebelumnya yang penuh dengan kekesalan.

"Kenapa?"

"...huh-"

PUK!

Jeno agak berjingkat dari duduknya ketika tangan sang ibu menepuk pelan bahu kirinya, ia mengerjap dan menoleh menjumpai Taeyong tengah mengambil duduk di sofa samping dirinya.

Wake Me Up || Sekuel SAVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang