Sungchan terdiam di balik mejanya dengan segala spekulasi-spekulasi rumit dalam kepalanya.
Pasalnya pagi-pagi tadi kakaknya kembali harus di larikan kerumah sakit, bahkan kali ini harus dengan ambulans.
Sungchan tidak mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi dengan kakaknya itu. Padahal malam tadi dia baik-baik saja, masih bercanda dan menonton televisi bersama di ruang keluarga tetapi saat pagi-pagi dia malah di temukan dalam lemari pakaian dengan kondisi tidak bernafas. Untunglah tadi dia mendapat kabar dari ayahnya kalau keadaan kakaknya sudah jauh lebih baik setelah ditangani oleh pihak medis di rumah sakit.
Saat dalam perjalanan kesekolah Sungchan sempat di wanti-wanti oleh kakak sulungnya untuk tidak memberitahu hal itu pada siapapun kecuali orang tuanya sendiri yang menyampaikannya pada orang lain.
"Ingat Sungchan! Jangan katakan apapun pada orang lain soal Jeno, biar daddy atau bubu saja yang mengurusnya. Mengerti?"
Itulah sederet kalimat yang sempat Mark sampaikan padanya saat mereka sedang duduk di dalam bus menuju sekolah.
Dan Sungchan mematuhi perintah dari kakak sulungnya tersebut dengan baik.
"Sungchan, kenapa belum ganti baju olahraga? Pak guru Boo sudah menunggu di lapangan, loh."
Bocah itu menoleh saat melihat beberapa teman satu kelasnya baru selesai berganti pakaian. Dia lupa kalau hari ini kelasnya ada jadwal mapel kebugaran jasmani, dengan sedikit ogah-ogahan bocah itu pun tersenyum dan mengambil satu set pakaian olahraga miliknya lalu berjalan masuk kekamar mandi untuk berganti pakaian.
Cuaca dingin membuatnya enggan untuk keluar dari dalam kelas.
Di lapangan sudah cukup banyak anak yang berkumpul saat Sungchan datang bergabung. Cuaca akhir musim gugur membuat udaranya semakin dingin walaupun matahari menyinari dengan cukup terik, sekelompok anak itu berbaris rapi sesuai dengan ukuran tubuhnya.
Karena Sungchan terbilang anak yang lumayan tinggi jadi dia kebagian di belakang, berbeda dengan Shotaro yang berdiri di barisan paling depan karena memiliki tubuh yang cukup mungil.
"Hari ini kita akan belajar bagaimana caranya mendribble bola basket dan tata cara dari permainan olahraga itu." seorang guru dengan mata sipit menyahut lantang didepan barisan.
Itu guru olahraga baru mereka yang sudah mulai mengajar sejak satu minggu yang lalu. Namanya Boo Seungkwan.
Sejauh ini cara mengajar lelaki itu terbilang menyenangkan dan mudah untuk dipahami oleh seluruh siswa-siswi, karena masih terbilang cukup muda Boo Seungkwan jadi lebih muda berbaur dengan anak-anak muridnya.
"Jung Sungchan, silahkan maju kedepan." Seungkwan berujar sambil tersenyum melihat Sungchan yang sedikit terkejut karena dipanggil kedepan.
"Jangan jadikan udara dingin sebagai alasan untuk tidak berolahraga, malu sama badan mu yang tinggi itu." lanjutnya sambil melemparkan bola basket kearah Sungchan yang sedang berjalan kedepan.
Sementara Sungchan hanya mendengus pelan namun tak urung dia tetap melemparkan senyumannya juga sebagai balasan dari ledekan yang di lontarkan oleh gurunya tadi.
Sungchan kemudian berdiri di samping guru olahraganya tersebut sambil memegangi bola basket dengan satu tangan kanannya.
"Nah, karena sekarang Sungchan sudah maju kedepan jadi bapak ingin kau mempraktekkan caranya mendribble dan melakukan shoot bola itu kedalam ring yang ada di sana." tangannya menunjuk ring basket yang berada tidak jauh dari tempat mereka berdiri.
Sorak sorai dari teman-teman sekelasnya membuat Sungchan agak malu, terlebih saat dilihatnya Shotaro juga bertepuk tangan sambil tertawa hingga bola matanya tenggelam lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wake Me Up || Sekuel SAVE
ActionJeno tidak mengerti mengapa setelah pindah dia kerap melihat sosok lelaki yang menculik dan menyiksanya itu? Padahal ayahnya bilang, orang itu sudah di penjara. Dan hal mengerikan itu terus berulang hingga Jeno merasa mulai gila! (Biar lebih paham...