Mark menekan beberapa tombol password di depan pintu apartemen orang tuanya, saat ini sudah hampir pukul sembilan malam. Biasanya dia akan pulang sekitar jam delapan tetapi karena ada satu dua hal Mark jadi harus pulang diatas jam delapan.
Ketika dia masuk kedalam suasana rumahnya begitu sepi dan hening namun semua lampu nampak menyala, dahinya mengernyit setelah menaruh sepatunya kedalam rak khusus. Di sana ada sepasang sepatu milik Sungchan tapi tidak dengan sepatu kedua orang tuanya yang biasa ditaruh berjejer dibagian rak atas.
"Kak Mark!"
Bocah itu menoleh saat mendengar suara adiknya.
"Sungchan, rumah kok sepi sekali. Mana daddy dan bubu, bukannya hari ini jadwal Jeno keluar rumah sakit?" iya, Mark masih ingat tadi pagi sebelum berangkat sekolah Taeyong sempat memberi tahukan perihal adiknya yang akan pulang setelah sekian bulan dirawat.
Sungchan menyendukan wajahnya saat Mark sudah berada di depannya membuat kakaknya itu menaikan satu alisnya karena bingung.
"Heh, kenapa?"
"Daddy dan bubu ke rumah sakit lagi, kak."
"Loh, Jeno drop lagi?"
Sungchan mengedikan bahunya pelan, sejujurnya dia bingung mau bercerita dari mana dulu mengenai kondisi kakak keduanya itu. Tapi tak urung dia tetap menjawab pertanyaan Mark tadi.
"Kak Jeno jadi aneh, kak." cicit Sungchan dengan tatapan takut.
Mark yang awalnya akan berjalan melewati Sungchan mendadak terdiam dengan wajah bingung yang sangat jelas. Di tatapnya wajah Sungchan yang terlihat sedang menghindari tatapannya tersebut.
"Aneh bagaimana maksudnya?"
"Ya, aneh. Kakak tau tidak definisi 'aneh'?"
"Iya tau, tapi maksudnya aneh itu kan bisa berbagai arti dan makna Sungchan. Kak Mark mana tau yang kau maksud itu yang mana." Mark sedikit berdecak meladeni ucapan adiknya itu.
"Ya, aneh! Tiba-tiba saja saat bangun tidur, kak Jeno berteriak kalau dia akan di bunuh bahkan dia bilang kita semua sedang di awasi saat itu."
Sebelah alis Mark terangkat keatas, dia ingin menyela kalimat Sungchan tapi bocah itu sudah keburu berbicara lagi,
"Dan yang paling aneh lagi, ada bekas kemerahan di lehernya, kak." Sungchan melirik kesudut-sudut rumahnya takut, "...seperti bekas cekikan." katanya dengan suara pelan layaknya orang yang sedang berbisik.
"Aneh kan?" lanjut bocah itu.
"Ck, jangan bercanda Jung Sungchan!"
Sungchan melotot lebar, lalu di sambarnya lengan sang kakak seraya kembali mendekatkan wajahnya, "apa jangan-jangan apartemen ini berhantu ya, kak?"
Tuk!
"Aww~" Sungchan memekik pelan saat ujung kepalanya dapat jitakan sayang dari Mark yang tengah menatapnya dengan wajah jengah.
"Jangan bicara yang tidak-tidak! Kakak mu itu baru sembuh dan dia juga baru saja keluar dari rumah sakit tadi siang, jadi kalau bicara jangan ngawur!" Mark menarik napas dalam, agaknya dia malas meladeni ucapan adik bungsunya itu namun detik berikutnya ia malah menyeringai jahil, "kalaupun apartemen ini berhantu, hantu-hantunya pasti sudah mengganggu mu karena hantu itu suka anak yang nakal!"
"Aku tidak nakal, kak!" sahut Sungchan sambil berjalan mengikuti langkah Mark masuk kedalam.
Wajahnya cemberut dengan bibir yang maju seperti bebek.
Mereka kemudian duduk di meja makan yang tergabung dengan dapur, Mark menaruh tas ranselnya di salah satu kursi yang ada di sana. Ia pun membuka lemari es yang terletak di dekat pantry dapur, matanya melirik isi kulkas yang di penuhi dengan kontainer kecil berisi lauk pauk sisa makan malam tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wake Me Up || Sekuel SAVE
ActieJeno tidak mengerti mengapa setelah pindah dia kerap melihat sosok lelaki yang menculik dan menyiksanya itu? Padahal ayahnya bilang, orang itu sudah di penjara. Dan hal mengerikan itu terus berulang hingga Jeno merasa mulai gila! (Biar lebih paham...