hai hai hai
"Bodo amat. Keringet kamu enak wanginya, aku suka." Ujar Heeseung.
"Lepas dulu sayang, mas Heeseung."
Gak ada jawaban dari Heeseung,
"HEESEUNG!"
Tiba - tiba Heeseung menggendong gue ke depan untuk mengambil pesenan yang dipesen sama suami gue.
Bapak gojeknya senyum - senyum liat gue sama Heeseung begini, gue segera ngambil pesenannya. "Udah dibayar belum Seung?" Tanya gue.
"Udah."
Gue senyum ke bapaknya, "Makasih ya pak. Maaf melihat pemandangan yang.. seperti ini."
Gue bisik - bisik ke Heeseung, "Seung, ayo masuk. Aku gak enak sama bapaknya. Kita diliatin mulu loh Seung."
"Pak istri saya malu diliatin bapak. Boleh agak cepet dikit? Masih banyak orderan yang bagus buat bapak." Heeseung tersenyum.
Bapaknya langsung buru - buru pergi dari rumah gue.
Plak!
"Sayang, kenapa dipukul lagi sih?" Tanya Heeseung.
"Kamu nyebelin banget tau gak dari kemaren. Pengen banget aku taro di panti asuhan ya?!" Kesel banget serius.
"Nanti kangen kalau aku di panti asuhan."
"Enggak kangen kok. Udah ayo masuk keburu mencair ini es nya."
Heeseung dan gue akhirnya masuk ke dalem rumah. Gue membuka minumannya, "Keliatannya enak nih." Ujar gue. Kayak es nya menggoda banget.
slurpp
"Wihh seger banget Seung!" Ucap gue dengan girang.
"Habisin kalau seger, Ra."
Gue menuruti perintah Heeseung dan segera menghabiskan minumnya. "Punya kamu gak diminum? Sayang banget loh." Ujar gue. Tapi jujur aja nih ya, dari awal gue minum sampe minuman gue habis pun dia cuma liatin gue.
"Kenapa liatin aku dari tadi? Aku jelek ya?" Nah kan mulai deh gue overthinking nya.
"Cantik. Aku liat kamu minum aku juga berasa kayak minum. Jadi yang satu lagi buat kamu aja. Itu juga ada kue buat Areum, masukin kulkas dulu."
"Iya - iya makasih ya suami aku. Sana mandi gih terus gantian jaga Areum."
"Bareng aja lah." Ucap Heeseung.
"Apa nya yang bareng?" Tanya gue.
"Mandi nya dong cantik."
"GAK! Kalau berdua tuh lama Seung. Kamu pake macem - macem dulu. Aku gak mau ya Seung, mau tidur diluar?" Ancem gue.
Ternyata dia udah gak takut anceman gue lagi, dia malah narik tangan gue ke kamar mandi. Akhirnya gue mandi bareng.
Setelah selesai mandi..
"Seger banget ya Ra." Ngapain coba pake nyengir segala.
"Kemesuman kamu sama aku itu udah gak ketolong ya. Udah itu terakhir aku gak mau lagi." Gue jadi agak trauma tau.
"Gak bisa, kan kita udah suami istri dan istri harus taat sama suami. Jadi harus N-U-R-U-T." Dia menekankan kata nurut. Iya deh si paling suami.
"Iya - iya aku nurut."
Heeseung cuma ngangguk. Terjadi keheningan sampe beberapa saat kemudian..
"Seung."
"Ra."
Nahloh manggilnya barengan, "Kamu duluan aja Seung."
"Kamu aja."
"Kamu aja Seung. Lagian aku gak penting - penting banget pertanyaan nya. Kenapa Seung?" Tanya gue.
"Yang bikin kekacauan ini siapa? Gak ada petunjuk sama sekali."
Deg
"E-eum itu, aku juga gak tau. Oh iya Rose ada ngasih kabar ke kamu?" Semoga dia gak nyadar kalau gue lagi ngalihin topik.
"Gak ada sih. Udah gak usah dikhawatirin, Ara. Rose udah gede bisa jaga diri." Ujar Heeseung.
"Eum, Seung."
"Kenapa?" Kok gue deg - deg an ya.
"Aku mau jenguk Rose, boleh?" Duh gue nyari mati. Salah lo Araa! Nyari mati.
"Terserah."
Ara cari mati ges
KAMU SEDANG MEMBACA
My Family | Lee Heeseung
AcakSequel dari Dijodohin | Lee Heeseung dan Perfect daddy | Lee Heeseung [ COMPLETED ] "Sayang, anak kita lucu banget sih." Ucap Ara "Iya lah mamanya lucu begini gimana anaknya gak lucu coba." Ujar Heeseung "Ih gombal!" My Family cerita tentang seputa...