"Aku minta izin buat berantem sama Rose." Ucap Heeseung.
Mereka berantem dan gue baru tau kalau Rose bisa bela diri. Pistol itu jatuh dekat gue, berharap semoga Heeseung yang mengambil pistol tersebut. Ternyata tetep Rose yang ngambil pistolnya.
Gue gak bisa bergantung sama Heeseung. Gue harus cari cara buat buka tali yang ngiket tubuh gue ini. Gue raba - raba belakang gue dan menemukan serpihan kaca. Gue gesek - gesekkin kacanya ke tali, talinya bisa lepas.
Yang gue liat sekarang, Rose yang lagi menodongkan pistolnya ke arah Heeseung. Gue lari sekenceng - kencengnya dan peluk Heeseung.
Dor!!!
Gue memegangi perut yang terkena peluru. Perlahan tubuh gue merosot ke bawah, banyak darah yang mengucur dari perut. Pakaian gue dan Heeseung hampir sepenuhnya darah.
_______________
Heeseung's POV
"ARA!!!"
Heeseung melihat Rose yang ingin kabur namun terlambat sudah banyak polisi yang mengelilingi Rose. Heeseung secepatnya membawa Ara ke mobil dan melajukan mobil dengan kecepatan paling tinggi. Yang ada dipikiran Heeseung saat ini adalah..
Keselamatan Ara, Ara dan Ara.
Tangan kiri Heeseung pun berusaha untuk menutupi kucuran darah yang dari tadi terus keluar. Dibantu dengan tangan Ara yang sudah lemah tak berdaya disampingnya. Sampai rumah sakit, Heeseung bopong tubuh Ara, lari sekuat tenaga mungkin. Terdapat banyak suster yang panik melihat keadaan Heeseung dan Ara yang sangat memprihatinkan.
Heeseung pelan - pelan menaruh tubuh Ara di brankar, membantu para suster dorong brankar ke ruang ICU. Heeseung berhenti di depan ruang ICU karena tidak diperbolehkan untuk masuk. Heeseung segera menelfon orang tuanya dan orang tua Ara.
Setelah menelfon semua keluarga, Heeseung terduduk di kursi menghela napas. Yang gue rasain saat ini adalah takut. Gue gak mau kehilangan Ara. Gue juga gak mau kalau Areum ditinggal sama Ara, ibunya.
Terdengar langkah yang berbeda dari arah pintu masuk rumah sakit. Gue nengok dan itu keluarga gue dan Ara. Terlihat wajah mereka keadaannya sama kayak gue, sedih. Tiba - tiba pintunya terbuka, muncul dokter yang menangani Ara dan satu suster yang mendampingi dokter tersebut.
Dengan cepat gue berdiri, "Dok, gimana keadaan istri saya? Baik - baik saja kan?"
Dokter itu tersenyum, "Iya pak. Istri bapak baik - baik saja. Untung saja cepat dibawa ke rumah sakit."
Lega, itu yang gue rasakan.
"Apa saya boleh jenguk dok?" Tanya gue.
"Boleh, tapi harus satu - satu ya tidak boleh berbarengan karena pasien masih butuh istirahat agar cepat pulih." Gue menatap ke arah keluarga gue berdiri, semuanya menggangguk dan memperbolehkan gue untuk masuk duluan.
"Saya mau masuk dok."
"Baik, silahkan."
Gue memasuki ruang tempat dimana istri gue tergeletak dengan lemah, bau obat - obatan menusuk hidung gue. Menghampiri Ara dengan keadaan seperti ini gue gak kuat. Terserah lo pada mau bilang gue lemah, iya gue emang lemah kalau udah menyangkut soal Ara.
Gue mengusap kepalanya pelan, gak mau usik istirahatnya, "Hei, harus cepet sembuh ya. Aku sama Areum bakal nunggu kamu sampe sembuh. Kamu harus janji sama aku." Gue tersenyum.
Menggenggam tangan Ara tapi gak digenggam balik rasanya gak biasa. Soalnya kalau gue udah genggam tangan Ara, pasti bakal digenggam balik. Sedih banget hidup gue wkwkwk.
Semoga lekas sembuh sayang -Heeseung
KAMU SEDANG MEMBACA
My Family | Lee Heeseung
AléatoireSequel dari Dijodohin | Lee Heeseung dan Perfect daddy | Lee Heeseung [ COMPLETED ] "Sayang, anak kita lucu banget sih." Ucap Ara "Iya lah mamanya lucu begini gimana anaknya gak lucu coba." Ujar Heeseung "Ih gombal!" My Family cerita tentang seputa...