Bab 14

222 15 0
                                    


Tiba - tiba tangan gue ditarik sama Heeseung keluar kamar Rose. "Aku gak mau, nanti kamu diapa - apain sama Rose. Bisa kan pake aplikasi online? Jangan makin diperibet, Ra."

"Di deket situ banyak kok Seung. Kan sekalian mau beli buah sama minum juga."

"Oke."

"Makasih." Gue senyum lebar dan segera masuk ke kamar Rose lagi. 

Melihat Rose terbaring di kasur ini rasanya pengen nangis. Emang sih dia banyak bikin salah sama gue. Tapi sebagai temen gue cukup prihatin dengan keadaannya yang seperti ini. 

"Ra, gue mau ke kamar mandi dulu sebentar." Dengan cepat gue membantu Rose untuk berdiri. 

"Mau gue temenin?" Tanya gue. Kalau sendirian gue takutnya terjadi apa - apa sama Rose. "Gue sendiri aja gak apa - apa Ra." Mau tidak mau gue harus nungguin dia di kamar. 

_______________

Rose's POV

Gue keluar kamar dengan membawa kunci. Gue senyum licik, mengunci semua pintu dan telfon bodyguard untuk berjaga di semua lingkungan rumah. Karena di dalam rumah ini cuma ada gue dan Ara. 

Kesempatan yang bagus untuk membunuh Ara. Gue mengambil sebuah pistol yang berisi dua peluru.

"Selamat tinggal, Ara."

_______________

Ara's POV 

Rose lama banget. Gue samperin aja deh kalau gitu. "Rose?" Panggil gue. Setelah sampe di depan kamar mandi semuanya gelap. "Loh kok gak ada orang. Rose?" 

Bruk!

Gelap. 

***

Gue mencoba mengerjapkan mata. Akhirnya perlahan gue sadar, gue kena bius. Ini kenapa gue di iket? Gue sedikit bergerak untuk melepaskan ikatannya tapi susah, terlalu kuat. 

"Hai." Rose? Bukannya dia sakit? 

"Rose? Bukannya lo sakit? Ini kenapa gue juga di iket? Lepasin." 

"Gak semudah itu Ara." Rose jalan mendekat ke gue, mengangkat dagu gue menggunakan ujung pistol. Keringat bercucuran di dahi gue, "M-mau lo apa Rose? G-gue mohon jangan kayak gini." 

"Lo mau tau gue mau apa?" Gue menggangguk. 

"G-gue juga akan kasih apa yang lo mau. Tapi tolong lepasin gue dulu. Kita bicara baik - baik ya?" 

Rose sedikit mencondongkan kepalanya ke arah telinga gue, "Gue cuma minta satu hal. Apa bisa lo turutin kemauan gue yang satu ini?" Dengan cepat gue menggangguk. 

Rose tersenyum, "Gue mau suami lo!" 

"K-kalau itu gue gak bisa Rose. Gue minta maaf." 

"Kenapa lo gak bisa? KENAPA?!?" Gue menunduk, "Karena gue cinta sama dia. Gue sayang sama dia dan kita saling mencintai Rose. Lo harus terima kenyataan itu semua!" Gue udah gak kuat, gue nangis. 

Rose perlahan menjauh dan siap - siap membidik pistol ke arah gue. "Rose... Gue mohon jangan kayak gini." 

Pas banget Rose mau menembak Ara, suara dobrakan pintu pun terdengar hingga terlihat seseorang terjatuh akibat dobrak pintu. 

"HEESEUNG! JANGAN MENDEKAT!" Teriak gue. 

Dan kalian tau apa?





















"Aku minta izin buat berantem sama Rose." Ucap Heeseung. 

Mereka berantem dan gue baru tau kalau Rose bisa bela diri. Pistol itu jatuh dekat gue, berharap semoga Heeseung yang mengambil pistol tersebut. Ternyata tetep Rose yang ngambil pistolnya. 

Gue gak bisa bergantung sama Heeseung. Gue harus cari cara buat buka tali yang ngiket tubuh gue ini. Gue raba - raba belakang gue dan menemukan serpihan kaca. Gue gesek - gesekkin kacanya ke tali, talinya bisa lepas. 

Yang gue liat sekarang, Rose yang lagi menodongkan pistolnya ke arah Heeseung. Gue lari sekenceng - kencengnya dan peluk Heeseung. 

Dor!!!

My Family | Lee HeeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang