Bab 12

237 22 1
                                    


"Jadi yang bikin rumah kita kayak tadi dan Areum yang berlumur cairan darah itu ulah Rose? Iya!?!" Heeseung udah tegas banget lagi, Tuhan tolongin.

Gue tetep diem, menunduk. "Kenapa gak bilang ke aku? KENAPA GAK BILANG RA!?"

Masih sama kayak awal gue tetep diem, gak respon apa - apa. "Besok gak usah jenguk Rose. Nurut." Heeseung buang kertasnya ke tempat sampah habis itu dia tiduran di kasur, di sebelah Areum.

Salah gue! Salah gue!

Gue samperin Heeseung, "Seung, aku mau ngomong. Dengerin aku sebentar boleh?" Tanya gue. Takutnya dia masih marah kan gue gak tau. 

"Ngomong apa lagi sih Ra?" 

"Jangan disini, Areum lagi tidur." Gue tarik Heeseung biar bangun, terus gue tarik ke ruang tamu. 

Gue suruh Heeseung duduk dan mengambil air buat dia. "Minum dulu. Tenangin emosi kamu Seung. Bahaya kamu tadi teriak - teriak gitu, apalagi ada Areum lagi tidur." 

"Maaf." Dingin banget pak jawabnya. 

"Aku mau ngomong-" 

"Ngomong apa Ra? Apa yang perlu diomongin lagi? Kamu tau Rose salah, gak bilang ke aku dan besok mau jenguk Rose? Jangan terlalu baik sama Rose, Ra. Aku gak mau kamu sama Areum kenapa - kenapa karena Rose. Kamu paham kan apa yang aku rasain jadi kepala keluarga?" Tanya Heeseung. 

"Iya aku tau Seung. Tapi apa salahnya kita tetep berbuat baik sama Rose? Aku sebenarnya juga udah kesel, marah sama Rose karena kamu mau direbut dari aku. Yang pasti aku gak mau itu terjadi, tapi aku udah anggep dia dari awal itu temen." 

"Gak ada yang namanya temen kalau dia mau ngerebut suami temennya. Gak ada Ra. Kalau kamu nanya ke mama sama papa pun pasti jawabannya sama kayak aku. Mohon dengerin aku sekali aja. Kalau kamu masih berhubungan sama Rose apalagi bersikap baik sama dia yang ada kamu jadi sasaran Rose terus. Dia tau kelemahan kamu apa, jadi yang disasarin pasti kelemahan kamu itu. Yang terjadi apa? Bikin kamu tersiksa, nangis dan kamu tau kan aku paling benci liat kamu nangis apalagi kesakitan. Tau kan?" 

"Iya aku tau. Aku pun juga tau kalau aku deket - deket sama Rose bakal nimbulin bahaya yang besar buat Areum. Tapi aku bisa apa? Menjauh? Yang ada dia makin ngelakuin hal yang macem - macem Seung! Justru aku mendekat biar tau rencana dia itu apa. Jadi tolong kamu juga pikirin apa yang aku rasain sekarang." Ucap gue panjang lebar. 

"Kamu bisa Ra. Kamu bisa perlahan menjauh demi kebaikan gak papa kan? Demi Areum juga, kalau untuk urusan dia bakal macem - macem atau enggak itu jadi urusan aku. Yang penting sekarang aku minta tolong kalau bisa sekarang juga kamu perlahan jauhin Rose." Kalau Heeseung udah mohon - mohon begini gue mana bisa nolak. 

Tapi apakah gue bisa perlahan jauhin Rose? "Iya okey. Aku perlahan jauhin Rose mulai sekarang. Tapi besok aku pengen tetep jenguk Rose." 

Gue melihat Heeseung yang menghela napas panjang, "Ok besok kita jenguk Rose. Tapi inget pesen aku yang tadi ok?" Gue mengangguk. 

"Haha gemes banget." Heeseung gombal mulu kenapa sih? 

"Gemes dari mana sih. Kan aku cuma ngangguk - ngangguk." 

"Pokoknya gemes lucu imut." Ujar Heeseung. 

"Jangan buat salting malem - malem deh. Udah yuk kita tidur aja, kasian Areum ditinggal." 

"Iya ayo."

Akhirnya gue dan Heeseung segera pergi ke kamar untuk tidur. 











My Family | Lee HeeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang