Bab 13

222 21 0
                                    


"Gemes dari mana sih. Kan aku cuma ngangguk - ngangguk."

"Pokoknya gemes lucu imut." Ujar Heeseung.

"Jangan buat salting malem - malem deh. Udah yuk kita tidur aja, kasian Areum ditinggal."

"Iya ayo."

Akhirnya gue dan Heeseung segera pergi ke kamar dan tidur. 

***

Keesokan harinya..

"Pagi cantik." Sapa Heeseung. Gue telat bangun lagi dong. Malu banget sama suami gue. 

"Maaf aku bangun telat lagi. Areum mana Seung?" 

"Aku titip ke mama." Jawabnya. 

"Loh kenapa? Baru mau aku mandiin." Heeseung cuma tersenyum. Gue heran, dari kemarin tingkah Heeseung gak jelas banget. "Kenapa senyum - senyum?" 

Heeseung menyelipkan rambut gue ke belakang telinga, "Cantik." 

Seketika pipi gue merah merona. Gue cubit sedikit lengan Heeseung, "Sakit!" 

"Tumben banget suami aku lebay. Katanya kuat, mana kuatnya?" Ledek gue. Heeseung gak terima, dia langsung nindih badan gue. Gue tersenyum, "Jangan macem - macem ya mas. Masih pagi dan aku mau siap - siap ke rumah Rose." 

"Tapi-"

Ucapan Heeseung terpotong, "Gak ada tapi - tapi, kamu udah janji sama aku. Inget kan janji itu harus ditepatin?" 

Heeseung cuma menghela napas. "Fine." 

"Yaudah kalau gitu aku siap - siap dulu." Gue beranjak dari kasur dan ke arah kamar mandi. Gue mendengar teriakan Heeseung, senyum kecil. 

Mau tau gak? 



















Secret! 

***

Setelah selesai siap - siap, gue dan Heeseung segera ke rumah Rose untuk menjenguknya. Hening, itu yang gue rasakan. Hawa - hawa di mobil ini pun juga terasa dingin. 

Yang dingin hawanya atau sifat doi kalian nih? Haha

"Ini serius mau ke rumah Rose, Ra? " Tanya Heeseung. Gue menggenggam jemari Heeseung saat lampu merah. "Aku serius mas Heeseung." Helaan napas lagi - lagi terdengar di telinga Ara. 

"Aku janji gak bakal terjadi apa - apa Seung." Gue senyum, tapi gak di bales sama Heeseung. Kayaknya kesel deh sama gue. Karena gue gak mau Heeseung makin kesel sama gue, gue putuskan untuk diam saja. 

Hari ini cuaca lumayan bagus dan cerah. Dan untung saja jalanan hari ini tidak begitu macet sehingga gue dan Heeseung sampai di rumah Rose lebih cepat 20 menit dari biasanya. 

Gue dan Heeseung keluar dari mobil. Saat ingin menggandeng Heeseung untuk masuk ke dalam, terlihat tampak wajah kekhawatiran yang gak bisa disembunyiin dari dirinya. "Kalau kamu ragu, aku aja yang masuk. Gak apa - apa kok." Ujar gue dengan serius. 

"Aku ikut." 

Ting Tong! Ting Tong!

Gue mencet bel berkali - kali sampai akhirnya..

/Cklek/

Pintu terbuka dengan sangat pelan. Menampilkan wajah Rose yang pucat, tangan dan kaki yang berlumuran darah, dan sebuah pisau di telapak tangan kanan nya. Dengan segera gue mengambil pisau tersebut dan melempar ke sembarang tempat. 

"Rose! Lo kenapa bisa begini hah?!" Tanya gue sembari khawatir melihat kondisinya. Disaat tau badan Rose lemas dan hampir tidak berdaya, Ara meminta bantuan Heeseung namun tidak digubris sama Heeseung. 

"Seung! Bantuin aku kali ini aja, aku mohon!" Heeseung pun akhirnya nurut, membopong tubuh Rose ke kamarnya. Gue coba ngecek isi kulkas + lemari - lemari dapur. 

Kosong, gak ada apa - apa.

Gue menghampiri Heeseung, "Seung, beliin makanan, buah sama minum ya. Di sini kosong gak ada apa - apa." Ucap gue sambil membenarkan posisi selimut Rose. 

Tiba - tiba tangan gue ditarik sama Heeseung keluar kamar Rose. "Aku gak mau, nanti kamu diapa - apain sama Rose. Bisa kan pake aplikasi online? Jangan makin diperibet, Ra." 

"Di deket situ banyak kok Seung. Kan sekalian mau beli buah sama minum juga." 

"Oke." 

"Makasih." Gue senyum lebar dan segera masuk ke kamar Rose lagi. 



My Family | Lee HeeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang