Bab 11

242 19 0
                                    


"Gak ada sih. Udah gak usah dikhawatirin, Ara. Rose udah gede bisa jaga diri." Ujar Heeseung.

"Eum, Seung."

"Kenapa?" Kok gue deg - deg an ya.

"Aku mau jenguk Rose, boleh?" Duh gue nyari mati. Salah lo Araa! Nyari mati.

"Terserah." Heeseung pergi meninggalkan gue. 

Tuhkan lo nyari mati! 

Gue mengikuti Heeseung sambil genggam tangannya, "Jangan marah Seung. Aku ngerti kamu gak terlalu suka Rose karena dia udah bikin hubungan kita hancur. Tapi gini - gini dia juga temen kita, masa kamu tega biarin dia sakit tanpa ada yang ngurusin dia?" Ujar gue. Semoga Heeseung ngerti.  

"Yaudah oke. Tapi besok aja, hari ini capek habis beres rumah tadi. Tolong nurut." 

Kali ini gue harus nurut, karena bagaimana pun caranya kalau gue tetep maksa hari ini juga gak bakal di kasih sama dia. "Iya okey, makasih yaa." Gue tersenyum, dibales sama Heeseung. 

"Kamu mau ke kamar?" Tanya gue. Kasian suami gue tercinta kecapekan gara - gara ulah Rose. 

"Iya aku mau istirahat. Ayo ikut ke kamar juga, kita tidur. Gak apa -apa kan kalau tidur lebih awal?" Tau aja lagi dia kalau gue suka begadang. 

"Aku mau di ruang tamu sebentar. Boleh kan?" 

Cup..

"Jangan lama - lama nanti aku kangen terus gak bisa peluk kamu. Nanti aku sedih." 

"Iya - iya. Udah jadi bapak masih aja clingy gak ketolong." 

"Bodo. Yang penting cuma ke kamu + kamu suka." Heeseung smirk. 

Gue cuma kekeh pelan dan duduk disofa. Gue merogoh saku samping baju gue, kok kertas yang ditulis Rose gak ada ya? Apa jangan - jangan jatoh?!

Wah gawat! Gue gak mau kalau Heeseung tau, bisa - bisa gak bisa jenguk Rose. 

Kan dari tadi gue cuma bolak - balik ruang tamu sama kamar. Kalau di kamar mandi gak mungkin. Berarti antara di ruang tamu sama kamar. 

Perlahan tapi pasti gue mencoba cari di ruang tamu tapi gak ketemu - ketemu juga. Okeh fiks ini ada di kamar. Semoga Heeseung gak tau dan gak baca kalau ketemu kertasnya. 

Dengan terburu - buru gue ke kamar, gue cari di kolong - kolong sampe Heeseung manggil gue. 

"Cari apa?" Gak mungkin gue kasih tau ke Heeseung masalah kertas itu. Tapi kok gue liat - liat Heeseung agak marah gitu mukanya? 

"Enggak, gak nyari apa - apa kok." Gue bilang gak nyari apa - apa tapi gue kayak lagi nyari sesuatu. Gak jelas banget Ara, serius. 

"Nyari ini?" Gue langsung nengok ke Heeseung. Heeseung megang kertasnya!

Gue mencoba mengambil kertasnya dari Heeseung, tapi karena permasalahan tinggi badan jadi gue gak bisa ambil. "Seung balikin please." Gue mohon - mohon ke Heeseung tapi dia tetep diem. 

"Jadi yang bikin rumah kita kayak tadi dan Areum yang berlumur cairan darah itu ulah Rose? Iya!?!" Heeseung udah tegas banget lagi, Tuhan tolongin. 

Gue tetep diem, menunduk. "Kenapa gak bilang ke aku? KENAPA GAK BILANG RA!?" 

Masih sama kayak awal gue tetep diem, gak respon apa - apa. "Besok gak usah jenguk Rose. Nurut." Heeseung buang kertasnya ke tempat sampah habis itu dia tiduran di kasur, di sebelah Areum. 

Salah gue! Salah gue! 


My Family | Lee HeeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang