🌻 Her Friends 🌟

474 58 7
                                    

Yup, dengan perasaan kesal yang tiba-tiba itu tentu membuat perubahan pada mood nya hari ini, tapi tidak dengan wajahnya. Karena perasaan itu adalah hal yang sangat pribadi dan tidak harus ia bawa ke sekolah.

Harusnya si begitu - Adityasmina Haligar.

"Dita... Selamat pagi..." Sapa siswi dari kelas lain tersenyum hangat pada Dita saat berpapasan.

Dita tersenyum manis menanggapi.

"Kenapa senyum doang? Biasanya bales sapaan gue tuh anak." Gumamnya bingung karena Dita tidak meninggalkan kata apapun selain tersenyum padanya.

Menjawab dengan senyuman tidak terlalu menyakiti hati bukan? Setidaknya ia sudah memberi respon baik pada orang tersebut. Dia ini sedang berusaha untuk mengontrol rasa kesalnya agar tak membludak ke orang yang tak bersalah.

Apakah ini terlihat aneh untuknya? Coba kalian tanyakan saja pada rumput bergoyang, yang tengah menyambut kedatangan Dita dengan begitu cerianya.

.
.

Setibanya Dita dikelas, langsung saja ia dudukkan bokongnya dan mengeluarkan ponsel lalu dimainkan tanpa mempedulikan sekitar.

Teman duduknya dibuat bingung akan tingkah laku teman sebangkunya itu, yang datang begitu dinginnya.

"Dita," ucapnya seraya menyenggol lengan Dita dengan lengannya.

Yang disenggol tentu saja menoleh. Dan melontarkan pertanyaan lewat matanya.

"Anda gagu? Apa sariawan?"

Tak langsung mendapatkan jawaban karena yang ditanya kembali memainkan ponselnya, setelah melihat ke arahnya sekilas.

"Kenapa? Pagi-pagi muka udah ditekuk aja,"

Dita pun menoleh dengan wajah lelah, "biasa Sher, abang gue pagi-pagi udah nyebelin banget."

Tentu saja, saat sudah bertemu dengan teman yang sudah kita anggap seperti saudara, terkadang sulit untuk menyembunyikan wajah asli kita lagi bukan? Dan memang, teman duduknya ini adalah teman sedari kecil. Bagaimana bisa ia menyembunyikan hal ini, tanpa ketahuan olehnya, yang dimana dia sudah mengetahui seluk beluk kebiasaan Dita tiap harinya?

Terkecuali ke manusia yang memang mengharuskan kita untuk memakai topeng..

Sheren menoleh, terkekeh, "lagi? Kayanya abang lu hobi banget ya bikin naik darah orang pagi-pagi."

Dita berdecak kesal, "au ah, gak ngerti lagi gue. Kalo bisa tukar tambah orang, gue tukar dia sama Ariana Grande."

Sheren terkejut mendengarnya, "dih. Emang dia mau sama lu. Bang Enan aja kayaknya capek ngadepin lu yang cengeng dan manja gini. Ini lagi mau minta Ariana buat jadi kakak."

Sheren tertawa geli dan dia dapati lirikan sinis dari teman sebangkunya itu.

"Gak usah bahas deh, malesin banget, mau open bo aja ah."

"Buset. Bukan main, lampiasan nya sungguh brilian. Ikut lah, ahahaha."

Sheren dan Dita pun tertawa lepas.

"Eh btw, lu udah kerjain tugas pajak belom? Ada yang gue gak ngerti nih, pusing tau gak!" Tanya Sheren yang sedari tadi hanya membolak-balikkan kertas buku lumayan tebal di depannya itu.

Dita terdiam dan langsung menatap lurus pandangannya, memutar ingatannya.

"Pajak?" Tanya Dita yang dibalas anggukan Sheren.

"Anjir! Ada yang belom gue kerjain, lagi. Sialan lu Sher! Bukannya ingetin gue!"

Setelah diingatkan Sheren dan pastinya Dita langsung membuka buku yang berhubungan dengan itu, lalu mengerjakannya secepat mungkin.

WindLifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang