Kemarin Dita sudah berbagi cerita tentang masalah kecilnya pada Juwi tak tertinggal dengan Sheren. Walau sebenarnya Dita gak mau Sheren tau, soalnya ia rasa ini masalah kecil jadi lebih baik dia tak perlu tau. Tapi tetap saja, Juwita ya Juwita yang selalu membicarakan apapun meski Dita minta untuk tak bicarakan itu lagi.
"Udah dit, jangan mikirin itu. Dia biar gue yang urus. Tenang aja, dia udah jinak kok sama gue," cetus Juwita yang tengah makan mie ayam dengan salah satu kakinya di angkat ke kursi panjang di kantin.
"Jinak? Lu kata dia hewan liar," sahut Sheren terkekeh dengan bibirnya yang masih terpaut sedotan.
Dita yang sedang makan nasi goreng spesial buatan bu kantin langganannya itu hanya diam namun, tiba-tiba saja percakapan kedua temannya itu menarik indera pendengarannya hingga akhirnya, ia mulai menyimak pembicaraan mereka.
"Iya, dulu dia hewan liar bahkan lebih buas tapi sekarang sudah terkendalikan," ucap Juwita.
Sheren kembali terkekeh setelah menyimak ucapan Juwita, "kok gue gak percaya ya? Soalnya lu aja kadang suka gigit orang."
"Lu kata gue anjing liar suka gigit orang," tukas Juwita melirik malas.
Sheren terkekeh lalu, mengalihkan pandangannya ke Dita yang diam memilih tak hiraukan keberadaan temannya itu.
Juwita yang tak mendapat balasan memilih menyantap kembali mie ayamnya yang tersisa lima suapan.
"Dit." Panggil Sheren kepada karibnya yang sedari tadi pagi tak banyak bicara.
Dita mendengung menjawab panggilan itu membuat Sheren berdecak kesal.
"Sumpah. Lu sehari lagi diem begini gue bawa ke dukun, beneran gue," ucap Sheren menatap Dita serius.
Dita mendongak menatap Sheren malas dan membuang nafasnya lalu tersenyum kecil, "gue gak kenapa-napa ren.. kenapa bawa-bawa hal mistis sih..?"
"Abisannya! Jangan diem aja dong! Masalah lu 'kan mau di bantu sama Juwi terus apa lagi yang ganggu pikiran lu, sampe dari tadi diem aja? Cerita kenapa cerita." Omel Sheren yang sudah tak tahan melihat Dita hanya diam saja sedari masuk sekolah.
Dita menggeleng menatap kedua temannya bergantian.
"Yang bener aja, dari tadi diem, gak ada masalah."
"Iya Dit, selama lu diem gitu gue ngerasa kaya main sama hantu."
Sheren melihat Juwita heran.
Mendengar penuturan tersebut langsung saja Dita layangkan gumpalan tisu ke Juwita. Yang benar saja, Dita bahkan masih menulis dan melakukan sesi tanya jawab pada guru hari ini namun dirinya di anggap hantu?
Juwita terkekeh, "ya abisannya lu diem aja, kaya bukan lu tau gak."
"Apanya yang kaya bukan gue? Jelas-jelas gue biasa aja."
Juwita merotasikan bola matanya, "itu lu doang yang ngerasa, kita-kita yang liat lu beda gak akan bilang gitu."
"Woi ita!" Panggil seseorang membuat Juwita yang sedang asik duduk santai itu langsung membetulkan posisi duduknya.
"Li-lion? Ngagetin aja lo!" Sahut Juwita gugup yang ternyata yang memanggilnya itu Lion dan dia datang seorang diri.
Setibanya Lion di meja para gadis, tanpa mikir panjang langsung saja ia dudukkan bokongnya di kursi samping Dita.
Lion tertawa kecil melihat Juwita yang gugup, "kaget? Lo anggap gua setan?"
Juwita menggeleng, "gue kira Johnny. Taunya bukan. Emang dasar setan lo. Tiba-tiba aja dateng, mentang-mentang abis di omongin."
KAMU SEDANG MEMBACA
WindLife
RandomMereka tidak menerimamu, mungkin aku juga akan begitu kalau saja tidak menaruh hatiku padamu. Sayangnya, hati ini sudah terlalu jatuh dan perlu perjuangan untuk keluar dari sana. • • • Kalau aku tidak bertemu dan jatuh kepadamu, mungkin semua ini t...