Siang berganti malam kini rumah itu tak sesunyi saat Dita pulang dari sekolahnya. Suara audio televisi yang menggema sukses mengisi setiap sisi ruangan rumah ini. Bahkan, suara asli penghuni rumah tersebut hampir tertelan karena, kencangnya suara dari televisi yang sedang mereka nikmati.
"Dit, lu gak ada tugas sekolah?" Tanya Thion setelah mengecilkan volume tv agar sang lawan bicara bisa mendengarnya.
Dita mengalihkan pandangannya dari tv dan gelengan kepala Dita adalah jawaban dari pertanyaan Thion.
"Kalo mapel yang kurang lu ngerti hari ini ada?"
Tayangan di televisi saat ini sedang iklan jadi Thion sepertinya gabut. Tau sendiri iklan di tv itu berapa lama, bisa kali ditinggal naik haji.g
"Gak ada bang, hari ini gak ada tugas rumah," jawab Dita milih buka ponsel.
"Terus, tadi pagi kok lu bisa kelupaan kerjain tugas bahasa Inggris, dit?" Tanya Thion penasaran, mengingat tadi pagi Dita meminta bantuan dalam mengerjakan tugasnya.
"Hehe iya.., soalnya semalem abis maraton sama Sherena."
Thion mengangguk ngerti lalu mengacak surai Dita gemas setelah mendapat jawaban seperti itu. Saat acara televisi belum mulai lagi, Thion memilih membuka buku yang tadi sore dia tunda.
"Hah?!" Teriakkan Dita yang tiba-tiba setelah beberapa menit saling terdiam itu mengundang atensi Thion yang sebelumnya terfokuskan pada buku.
"Kenapa?"
"Bang Enan keluar kota..," ucapan Dita memelan kecewa.
"Ooh, kirain apa."
Thion tak ambil pusing karena posisi Andra sebagai CEO di perusahaan memang penting. Dan kebenaran akan kedatangannya ke rumah besar milik sepupunya ini karena, permintaan Andra lah untuk menemani Dita, yang di mana, rumah itu hanya dihuni oleh mereka saja. Thion pun tidak bisa menolak, kalau sudah menyangkut si kecil.
"Kenapa tiba-tiba sih?! Seenaknya aja deh!"
"Kenapa kesel, dit? Bukannya wajar kalo tiba-tiba Bang Enan pergi gitu?" Celetuk Thion melirik singkat kepada Dita saat mata masih ingin melihat buku.
Dita menoleh, "bukan gimana-gimana bang-"
Tiba-tiba suara ponsel berdering memotong ucapan Dita. Dan itu berasal dari ponsel Thion.
"Halo?"
"Thion,"
"Kenapa bang?" Balasan Thion berhasil menarik atensi Dita.
"Lo udah dirumah gua kan? Tolong jaga Dita sampe gua pulang nanti ya,"
"Iyaa, gua tau, berapa lama gua harus jaga bayi kukang ini bang?" Tanya Thion melirik Dita lalu terkekeh dan Dita langsung memukul pelan lengan Thion saat didengarnya ejekan untuk dirinya.
"Hahaha, tenang aja gua gak bakal lama hanya tiga atau empat hari,"
"Oh baguslah, apa ada lagi?"
"Ya, itu tolong lo-
Belum selesai Thion mendengar semua ucapan Andra sudah terpotong karena Dita mengambil ponselnya dengan tiba-tiba.
"Bang! Kenapa tiba-tiba pergi sih?! Abang 'kan belum kasih aku uang saku!" Serang Dita tanpa mempedulikan dengan siapa dia berbicara.
"Uang saku? Abang 'kan udah kasih kamu uang saku untuk sebulan ini masa abang berikan uang lagi?"
Dita terdiam, "eum, y-ya itu harus! Karena abang 'kan mau pergi keluar kota ninggalin aku sendiri disini!"
"Sendirian? Kamu anggap apa Thion di sana dit? Terus apa hubungannya aku keluar kota sama uang saku? Ohh, jangan bilang uang saku untuk sebulan itu sudah kamu habiskan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
WindLife
RandomMereka tidak menerimamu, mungkin aku juga akan begitu kalau saja tidak menaruh hatiku padamu. Sayangnya, hati ini sudah terlalu jatuh dan perlu perjuangan untuk keluar dari sana. • • • Kalau aku tidak bertemu dan jatuh kepadamu, mungkin semua ini t...