"Maksud lu tadi itu apa? Narik tangan gue tanpa izin?! Lu marah karena gue belum bayar utang? Calm bro, gue gak bakal lupa sama yang namanya utang," omel Dita saat sampai di parkiran.
Lion diam sibuk merapihkan rambutnya yang berantakan karena pakai helm.
"Lo dengerin gue gak si?! Terserah lo deh ya mau anggap gue patung juga gak papa. Besok gue bayar utang lo. Dan kalo bisa besok-besok jangan ke rumah gue lagi, cukup hari ini aja."
Sangat menjengkelkan mengingat waktu itu jika di kaitkan dengan ini. Bisa-bisa lepas kendali kalau tetap diam tanpa ada sahutan, Dita pun memilih pergi.
Lion yang tau langsung raih pergelangan tangan Dita.
"Apa lagi sih?! Lo mau gue bayar bensin karena udah numpang motor lo? Denger ya, walaupun sebenarnya lo yang udah narik gue tapi, sebagai wanita yang tau diri gue bayar---
"Lion! Dari mana aja lo? Udah ditungguin sama yang lain dibelakang. Cepetan!" Teriak temannya dari arah belakang sekolah yang terlihat buru-buru. Lion menganggukkan kepala dan memberikan telapak tangannya ke orang tersebut.
"--sekarang juga. Berapa? Sepuluh ribu? Lima belas ribu? Gue bayar nih..." Dita yang sibuk mencari selembaran uang dikejutkan dengan usakkan di pucuk kepalanya, sontak dia membeku.
"Mobil tadi terlalu kotor buat gadis lucu kaya lo," kata Lion dengan wajah tepat dihadapan orang yang dimaksud dan tangan masih bertengger di kepala sang empunya.
"Gua duluan. Oh ya---
sama-sama!"
Dita mengerjabkan kedua matanya terkejut karena, Pria yang baru saja membawanya dan menahannya hilang setelah mengusak juga bercakap seperti itu.
Dita bergidik ngeri, "gue harap tadi beneran manusia bukan setan atau iblis. Kelakuannya bikin merinding." Dia pergi meninggalkan tempat tersebut dengan perasaan campur aduk.
.
."Kenapa?" Tanya Sheren saat dilihatnya wajah Dita tampak serius.
Dita menggeleng pelan lalu, menaruh tas ke atas meja dengan kencang dan terduduk kemudian menopang kepalanya dengan satu tangan, menatap lurus intens.
Teman sebangkunya yang sudah mengecek Dita terkesiap dan menepuk lengan atas Dita takut, "kenapa sih?? Baru dateng muka udah serius banget. Hari ini gak ada pr loh Dit."
Lagi-lagi Dita menggeleng saat lamunannya dibuyarkan, "enggak.. gue bingung aja sama manusia yang bernama Kin," kata Dita berhasil membuat Sheren terkejut sekaligus penasaran.
Dita mengangguk, "tadi pagi. Dia sembarangan narik tangan gue buat berangkat bareng, terus pergi tanpa gue pamit dulu sama abang gue."
Mata Sheren spontan melebar saat mendengarnya, "terus-terus-terus??"
"Udah sampe, gue yang kesel langsung ngomel. Eh, tapi dia malah rusakin rambut gue dan ngomong sok manis gitu."
Sangking kagetnya tubuh Sheren sampai mundur dan menutup mulutnya yang udah kebuka sepuluh senti.g
"So cute..."
"Cat-cut-cat-cut. Kentut!"
"Bau dong," Sheren terkekeh.
Dita berdecak sebal, "lagian. Mana ada kata lucu buat cerita gue tadi!"
Sheren tertawa kecil, "oh iya. Kin siapa dit?" Tanya nya dengan wajah polos.
Dita mendelik, "Kin ren. Cowok kemarin!"
Sheren ber-oh ria dan mengangguk-anggukan kepalanya, tak lama kemudian dia menoleh kaget menatap Dita tajam, "kalian udah jadian?! Makanya dia jemput terus ngomong manis dan ngusak kepala lu, iya?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
WindLife
De TodoMereka tidak menerimamu, mungkin aku juga akan begitu kalau saja tidak menaruh hatiku padamu. Sayangnya, hati ini sudah terlalu jatuh dan perlu perjuangan untuk keluar dari sana. • • • Kalau aku tidak bertemu dan jatuh kepadamu, mungkin semua ini t...