Di tengah perjalanan Dita milih diam setelah berusaha untuk memberontak minta turun. Tidak ada percakapan lagi diantara keduanya. Keduanya seperti penumpang dan ojek yang sudah mengetahui arah perjalanan mereka. Dengan satunya fokus menyetir dan satu lagi diam, membiarkan sang pengemudi membawanya ke tempat tujuan dengan selamat.
Dita duduk dengan posisi tegap, seraya melihat pengemudi lain berlalu lalang baik itu motor ataupun mobil. Sedang sang pengemudi, fokus melihat jalanan dan sesekali mencuri pandang sang penumpang lewat pantulan kaca spion.
"Dita." Panggil Lion setelah mengabaikan pertanyaan yang Dita berikan ketika diajak naik secara paksa dengan melihat ke kaca spion, guna memastikan apa Dita mendengarnya.
Dita samar-samar mendengar panggilan tersebut namun, ia hanya melihat sekilas ke spion dan menyahut berdengung dengan mata terarah pada jalanan.
"Kita mau pergi kemana, percaya kan aja sama gua," ucap Lion tersenyum simpul.
"Lu macem-macem, polisi siap siaga nyeret lu ke kamar elit para kriminal," sahut Dita tenang tak pedulikan ekspresi apa yang Lion buat atas sahutan ini.
"Pintar. Gak salah lo jadi wanita favorit dari beberapa anak di sekolah," celetuknya sukses membuat Dita mengalihkan atensinya.
"Pak Kin. Tolong berhenti bicara dan fokus saja pada jalanan." Perintah Dita menatap kaca spion mengintimidasi.
Lion mengangguk dengan menarik senyumnya yang tertutup helm.
"Bahaya juga nih cewe. Bisa-bisa gua bawa ke jurang kayaknya dia juga gak protes," gumam Lion melirik Dita heran.
Setelah lamanya perjalanan mereka yang dihitung-hitung sekitar dua puluh menit itu pun sampai. Lion parkir kan motornya dan membiarkan Dita turun lebih dulu.
Dita yang sudah dibukakan helmnya, langsung saja ia edarkan pandangan guna menelusuri setiap inci rumah tersebut. Mencari sisa jejak dari penghuni rumah yang mereka datangi ini. Pasalnya rumah yang mereka datangi ini terlihat besar dan terawat namun, kenapa rasanya saat ini sangat sepi seperti tidak berpenghuni?
Lion sudah selesai memarkir dan menyusul Dita yang diam menatap sisi luar rumah tersebut.
"Masuk," ujar Lion jalan mendahului Dita yang masih bergeming.
Melihat punggung Pria yang sudah membawanya ke rumah tersebut berjalan mendahului, Dita pun tergerak untuk mengikuti dan sebisa mungkin tidak terlalu jauh dari Pria itu bisa-bisa nanti ia tertinggal.
Klek,
"Bu..." Panggil Lion setelah ia buka pintu rumah tersebut melihat ke sekitar mencari keberadaan orang yang dipanggilnya.
Dita ikut memiringkan kepalanya, entah siapa yang dicari Lion saat ini ia hanya berpikir untuk mengikuti apa yang Pria itu lakukan.
"Bu Dian..." Panggilnya lagi seraya melangkahkan kaki ke tempat yang kemungkinan ada manusia bernama 'Dian' di sana.
Dita masih mengekori Lion dan saat Lion memanggil orang yang dia maksudkan dengan nama, ia pun kembali mengikuti.
"Bu Dian.. ibu ada dimana bu?"
Lion menolehkan kepala melihat ke Dita, "nih anak kenal sama ibu?" Gumamnya heran.
"Bu... Ibu ada dimana? Keluar dong... Udah selesai nih kita main petak umpetnya..." Lanjut Dita masih berjalan ke beberapa ruang.
Sedang Lion? Dia diam mendudukkan bokongnya di salah satu kursi ruang makan dan membiarkan Dita melakukannya sendiri yang kini sedang mencari ke halaman belakang.
"Ibu... Bu-" tiba-tiba saja Dita berhenti memanggil.
Lion yang tengah menyeruput segelas air putih itu tersedak kala tak mendengar seruan Dita lagi. Dia pun bangkit dan berjalan menyusul Dita.
KAMU SEDANG MEMBACA
WindLife
De TodoMereka tidak menerimamu, mungkin aku juga akan begitu kalau saja tidak menaruh hatiku padamu. Sayangnya, hati ini sudah terlalu jatuh dan perlu perjuangan untuk keluar dari sana. • • • Kalau aku tidak bertemu dan jatuh kepadamu, mungkin semua ini t...