Drrt..
Drrrtt..
"Ya?"
"Udah pulang?"
"Belum, ini lagi dijalan kenapa?"
"Abang mau ngomong sesuatu. Tapi, tunggu kamu sampe rumah aja. Hati-hati di jalan, okey?"
"Okeyy..."
Sambungan pun di akhiri dari orang seberang.
Dita terus melangkahkan kaki menuju arah rumah, yang letaknya tidak terlalu jauh dari tempat warung sebelumnya. Dia berjalan sembari memainkan ponselnya dengan sesekali melihat ke sekeliling untuk menjaga jalannya.
Tak sengaja Dita lewati taman bermain yang ramai di datangi anak-anak bersama orang tuanya. Suasana di sore hari sepertinya tidak terlalu buruk, cuaca juga terasa cukup sejuk untuk kota Jakarta padat akan kendaraan roda dua. Hal itu pun menarik kedua sudut bibirnya hingga gigi rapihnya terlihat begitu sopannya.
Tertawa sendiri karena melihat tingkah anak kecil yang lucu dari kejauhan itu, seperti melihat mereka dari jarak dekat. Dan itu buat Dita tak sadar karena sudah berdiam diri di seberang taman beberapa menit. Hingga disadarkan oleh seorang anak kecil yang mendekat karena tingkah Dita sangat mengerikan, tertawa sendiri dengan melihat anak kecil dari kejauhan, seperti penculik saja.
"Tante.. apa kau baik-baik saja?" Tiba-tiba saja ada seorang anak bertanya dengan hati-hati sembari menggoyangkan tangan Dita pelan.
"I-iya? Kenapa dek?" Sahut Dita menarik pelan antensinya kepada sang sumber suara.
"A-apa k-kau.. baik..?"
Dita tersenyum manis melihat anak kecil yang sudah memanggilnya terlihat ketakutan. Dia berjongkok dihadapan anak kecil itu guna menyamakan tingginya lalu, mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan sang anak kecil.
Anak tersebut hanya melirik Dita sebentar lalu kembali menunduk dan memilih memainkan ice cream yang ada di salah satu tangannya.
Dita menghela nafas sebentar, "hey.. kenapa kamu jalan sendirian? Ibu kamu kemana, heum?" Tanyanya lembut lalu tersenyum tulus pada sang anak.
Anak kecil itu perlahan menaikkan kembali kepalanya hingga melihat wajah Dita yang ramah mengundang senyumnya dan memasang tatapan kebingungan.
"Tadi.. aku lagi cari ibu. Tapi, aku gak sengaja lihat tante tertawa sendiri. Jadi aku samperin tante, buat mastiin. Kalau tante, gak kenapa-kenapa," jelasnya seperti tidak ada rasa takut lagi kepada Dita.
Dita terkekeh, "aku baik-baik aja cantik... Terima kasih ya, sudah khawatir," balas Dita seraya membelai surai sang anak dengan lembut.
Anak tersebut mengangguk lucu.
"Kalo gitu. Lain kali kamu ja---
"Maira!! Kau dimana sayang!!" Teriak seseorang dari kejauhan mengalihkan antensi anak kecil tersebut.
"Ibu??" Guamnya yang langsung menoleh ke asal suara.
"Maira!!"
"Ibu!!"
"Baiklah tante, ibu sudah ketemu! Aku pergi.. jangan tertawa seorang diri lagi ya tante cantik," ucapnya dengan memberikan kedipan satu mata lalu berlari menghampiri asal suara.
Setelah anak tersebut hilang dari pandangan, Dita bangun. Ia menggeleng pelan akan tingkah yang dia lakukan sebelumnya sampai-sampai seorang anak kecil menghampirinya. Ia menoyor pelan kepalanya mengingat kejadian tersebut.
"Eh barusan dia manggil gue tante??" Dita mengerjabkan matanya.
"Astagah.. apa gue kelihatan tua??" Protes Dita menyentuh seluruh sisi wajahnya frustrasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
WindLife
AcakMereka tidak menerimamu, mungkin aku juga akan begitu kalau saja tidak menaruh hatiku padamu. Sayangnya, hati ini sudah terlalu jatuh dan perlu perjuangan untuk keluar dari sana. • • • Kalau aku tidak bertemu dan jatuh kepadamu, mungkin semua ini t...