Chapter 3

82.7K 4.8K 62
                                    

     Selamat membaca semuanya

¥¥¥¥¥

     Tak seperti yang ada di bayangan Alice, dengan dirinya di bawa penculik ke sebuah mansion mewah lalu di kurung di sana sebagai pelayan nafsunya. Tak lama saling Jatuh cinta dengan sang penculik dan pada akhirnya mendapatkan banyak uang. Klise, seperti cerita yang ia baca kemarin.

Tapi sepertinya imajinasi Alice terlampau jauh, dirinya sekarang malah di bawa ke sebuah rumah tua sederhana yang letaknya berada di tengah hutan. Tempat asing yang bahkan tak pernah ia pikirkan selama di perjalanan.

"Om, ini rumah siapa?" Alice bertanya, memindai benda-benda di sekitarnya yang masih terawat rapih dan juga bersih.

Pria itu tak menjawab, memilih membawa kakinya ke arah kamar yang ada di pojok sisi kanan.

Alice mengedihkan bahunya, kepalanya menoleh pada salah satu bawahan pria itu yang tengah menghubungi seseorang dengan chip kecil yang terpasang di telinganya.

"Hei." Panggil Alice.

Pria dengan wajah campuran itu menoleh ke arahnya. Mengangkat sebelah alisnya seolah bertanya.

"Kalian itu penjahat yah?" Tanya Alice polos.

Pria itu tersenyum miring, dan menjawab santai, "mungkin." Setelah itu ia pergi begitu saja ke luar dari rumah. Meninggalkan Alice dengan wajah tertegun.

"Hahaha, tenanglah nona. Kita bukan penjahat seperti apa yang kau pikirkan." Seorang laki-laki lain menyahut, membawa sebotol minum dan memberikannya pada Alice.

"Lalu-kalian sebenarnya itu apa?" Alice menerima botol minum itu.

"Nanti kau juga akan tahu." Jawab Pria itu menyandarkan tubuhnya ke tembok. Menatap Alice dengan wajah bersahabat tak seperti yang lain.

"Apa kau benar-benar mata-mata Tuan Richard?" Tanya pria itu.

Bibir Alice mencebik kesal. "Bukan. Aku saja tak kenal siapa Richard Richard itu!"

"Calm down, nona. Aku hanya sekedar bertanya."

Mata Alice berputar malas, ia berniat meneguk air minum yang diberikan pria itu. Tapi gerakannya terhenti. "Apakah kalian benar-benar akan membunuhku hanya dengan air ini?"

"Astaga. Minum saja, tidak ada racun satupun yang menempel di sana. Paling hanya bakteri kecil." Pria itu terkekeh di akhir kalimatnya.

"Baguslah. Karena aku belum selesai melunasi hutang ayah kampret ku itu." Alice dengan tenang meneguk air itu hingga tandas.

"Emh, ngomong-ngomong siapa nama tuan kalian itu?" Tanya Alice sedikit berbisik lirih.

"Tuan Dante." Jawab pria itu santai.

Kepala Alice manggut-manggut. "Dan namamu?"

"Panggil saja aku, Adam." Pria dengan sedikit kumis tipis di bawah hidungnya itu tersenyum tipis.

"Senang bertemu denganmu, Adam." Alice mengangkat tangannya mengajak berjabat tangan.

Adam membalasnya. "Senang bertemu denganmu juga?"

"Alice, panggil aku Alice!" Timpalnya.

"Alice." Adam melepaskan tangannya dari Alice.

"Kamar itu kosong, kau bisa berisitirahat di sana dengan tenang." Tunjuk Adam pada pintu kamar bercat putih di belakangnya.

Alice mengangguk. "Oke, terimakasih sudah mau baik padaku."

"Tentu saja. Tidurlah, ini sudah sangat larut." Ujar Adam.

Trapped with the devil (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang