Chapter 9

58.8K 4.9K 96
                                    

Selamat membaca teman-teman

¥¥¥¥¥

Dengan letih Alice langsung merebahkan tubuhnya di sofa panjang dekat televisi besar milik Dante. Gadis itu lelah setelah selesai membereskan barang belanjaan tadi. Sekarang ia berniat untuk tidur.

Tapi sepertinya niatannya harus pupus karena seorang perempuan setengah baya yang masih cantik dan berkelas tiba-tiba masuk ke mansion Dante. Berteriak-teriak memanggil nama pria itu.

"DANTE!"

"Di mana anak itu?" Gumam perempuan itu. Melangkahkan kakinya ke ruang keluarga, menemukan seorang gadis asing tengah terlelap di sofa dengan mulut sedikit terbuka.

"Astaga, gadis siapa ini?" Pekiknya.

"Hei!" Perempuan itu menyenggol-yenggol lengan Alice agar terbangun.

Alice mengerjapkan matanya perlahan. Terkesiap kaget karena wajah perempuan itu tepat di hadapannya. "Eh, monyet-monyet!"

"Apa kamu bilang?!" Perempuan dengan rambut tersanggul itu berkacak pinggang, tak terima di katai monyet.

Panggil saja Karen, dia adalah ibu kandung dari Richard dan Dante. Sosoknya memang lumayan tegas dan sedikit galak. Karena profesi nya dulu yang memang merupakan agen mata-mata negara.

Alice menampar mulut frontal nya, berdiri dari sofa, menunduk sopan. "Maaf kanjeng nyonya, mulut saya kepeleset."

"Kanjeng nyonya?" Mata Karen bertambah melotot mendengar perkataan Alice. "Kamu pasti pelayan kurang ajar di sini, iyakan?"

Kesempatan!

"Iya nyonya!" Alice menganggukkan kepalanya mantap. Ekspresi wajahnya berubah menjadi sedih. "Lebih tepatnya pelayan nafsu Tuan Dante."

"Saya di culik oleh Tuan Dante. hikss ..." Tangisnya tiba-tiba.

"Tolong bantu saya untuk bebas nyonya. Hidup saya sudah hancur oleh pria itu hikss ...." Alice menangis, menutupi wajahnya, sesekali mencoba mengintip ekspresi lewat celah jemarinya.

Ayolah usir aku! Buang aku ke selokan!

Karen memindai tubuh Alice dari ujung kaki hingga ujung kepala lekat. "Masa sih anak saya mau sama perempuan gepeng kaya kamu." Ujarnya.

Mata Alice mendelik di katai gepeng. Tapi kesempatan seperti ini tak mungkin datang dua kali. Ia akan membuat drama lebih jauh.

"Gepeng-gepeng begini saya sudah di sentuh anak anda nyonya. Tolong bawa saya keluar. Saya juga perempuan nakal, fyi!" Alice menangis lagi, mendramatisir keadaan.

Karen bersedekap dada. "Bagus kalau begitu. Berati anak saya normal."

Astaga, orang tua ini! Tinggal usir aku saja!

"Iya nyonya, bagaimana kalau sekarang seret saya keluar dulu?!" Alice berkata tegas tidak sabaran.

"Kenapa kau malah bangga sekali ingin di usir olehku?" Tanya Karen heran.

"Ah itu-emhh. Saya sudah tak kuat saja bersama Tuan Dante, nyonya." Alice menggigit bibirnya, berdoa ia akan di usir keluar.

"Baiklah, kau pergi saja dari sini. Saya juga tak mau anak saya berurusan dengan perempuan asing seperti kamu." Ujar Karen santai. Alice sontak tersenyum lebar dan mengangguk-angguk riang.

"Baik, nona. Terimakasih telah mengusir saya!"

Prok Prok Prok

Suara tepukan tangan keras terdengar dari lantai dua. Karen dan Alice reflek mendongakkan kepalanya ke atas. Menemukan Dante yang tengah menyesap rokoknya, memandang datar ke arah dua perempuan di lantai bawah.

"Drama yang bagus. Akting yang keren." Puji Dante, berjalan menuruni tangga.

Sialan.

Alice menggigit bibirnya kuat-kuat. Perjuangannya untuk di depak sepertinya sia-sia sekarang. Bahkan Dante sepertinya sudah mendengar semua percakapannya dengan Karen.

Sungguh Alice ingin di telan gajah saja kalau begini.

"Dante, apakah kau benar-benar menculik dan berhubungan dengan gadis ini?" Tanya Karen mendekat ke arah putranya.

"Hm." Jawab Dante singkat, matanya menghunus dingin ke arah gadis yang tengah meringis tanpa dosa di depannya.

"Aku menculiknya dan menyentuhnya setiap malam." Ucap Dante santai meniru apa yang diucapkan Alice. Gadis itu seketika memejamkan mata. Ia kena batunya sekarang.

Sialan!

"Kenapa tak kau usir saja. Bukankah dia jalang. Kau bisa mencari gadis lain, sayang." Celetuk Karen.

"Iyap, ibu anda benar tuan Dante. Cari gadis lain saja. Dan biarkan saya pergi!" Sahut Alice, mengangguk mantap. Tidak apalah untuk saat ini ia di katai jalang, yang penting dirinya harus segera bebas dari mansion mewah milik pria itu.

"Pergi saja kalau bisa." Dante menyeringai, nadannya terdengar penuh ancaman.

Bahu Alice seketika meluruh, ia menyerah. "Hm, tidak jadi. Aku tunda dulu kaburnya."

Karen yang tengah kebingungan, lantas bertanya tegas. "Apa yang sebenarnya kalian bicarakan?"

"Maaf nyonya, saya berbohong. Saya sebenarnya hanya gadis polos yang banyak hutang."

"Lalu?"

"Lalu ... Emh, Tuan Dante yang akan membayar semua hutang saya." Alice terkekeh polos menautkan jari-jarinya.

"Gadis sialan. Kau membohongi ku?!" Karen berkacak pinggang.

Alice sontak menggeleng. "Tidak, saya memang di sekap juga oleh putra anda nyonya."

"Benarkah, sayang?" Karen menatap putranya penuh selidik.

"Hm." Jawab Dante singkat.

"Untuk apa kau menyekap gadis miskin seperti ini, Dante?" Tanya Karen menggeleng tidak percaya.

"Apa lagi jika bukan ku jual organ dalamnya." Sahut Dante santai, membawa kakinnya ke arah sofa, duduk di sana santai.

Mata Alice terbelalak lebar. "Huh, Benarkah? Akhh tolong bantu saya keluar dari sini, nyonya!" Gadis itu memeluk kaki Karen ketakutan.

Karen memijit pelipisnya, terkekeh jahat. "Jangan lupa berikan mommy hasilnya."

"HEI! HUAAA!"

___________

Terimakasih sudah berkunjung ke cerita ini 🦋

Trapped with the devil (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang