Selamat membaca teman-teman
¥¥¥¥¥
Beberapa kontainer berukuran besar di turunkan bergantian dari atas kapal. Singgah ke daratan dengan penjagaan super ketat dari pria-pria bersenjata lengkap yang berdiri di setiap sisi pelabuhan tengah malam ini.
Tak beberapa lama satu mobil SUV hitam datang dengan di ikuti lima mobil semi jeep di belakangnya yang berisi dua hingga tiga pria dengan baju anti peluru dan senapan panjang yang melekat gagah di depan tubuhnya.
Saat mobil SUV hitam itu berhenti, kelima mobil jeep itu ikut mengerem. Berjajar rapih mencari posisi masing-masing. Orang-orang yang ada di dalamnya langsung berloncatan turun mengamankan wilayah sekitar.
Pria tinggi tegap, berjas rapih dan rambut yang di sisir ke belakang ikut keluar dari mobilnya. Membawa langkahnya tegas ke arah kaki tangannya yang sudah berdiri menunggunya.
"Senang bertemu denganmu lagi, tuan Dante!"
Dante menepuk bahu pria berusia tiga puluh lima tahun itu dengan keras. "Kerja yang bagus, Jak!"
Jak ikut mengukir senyum tipis, melepas topi kain yang ada di kepalanya. Walau penampilannya seperti pengemis, pria ini tak bisa di ragukan keahlianya dalam penyelundupan barang ilegal. "Seperti biasa."
"Sebutkan bayaran apa yang kau mau? Aku akan mengabulkannya asal tidak keterlaluan." Dante mengakhiri kalimatnya dengan kekehan kecil.
Jak menggeleng. "Tidak untuk saat ini. Aku akan memintanya di waktu yang tepat."
"Baiklah. Datanglah padaku jika kau membutuhkan sesuatu." Ujar Dante.
"Tentu saja, tuan." Jawab Jak.
Kepala Dante mengangguk. Pandangannya lantas beralih ke arah kontainer terakhir yang tengah di turunkan dengan hati-hati.
Jak bersedekap dada lalu berseru keras. "Semua emasmu sudah tiba, tuan!"
"Itu tidak penting Jak. Bagaimana dengan bazoka itu?" Tanya Dante tanpa memalingkan wajahnya pada kontainer di depan.
"Ada di salah satu lima kontainer. Mereka mengatakan jika senjata itu khusus di buat untukmu." Tutur Jak.
Kepala Dante mengangguk. Baginya sebuah senjata lebih berharga daripada satu gudang emas. Hobinya memang bukan mengkoleksi harta karun, melainkan senjata api yang di incar oleh orang-orang penting.
Sedangkan di sisi lain, Alice dan Richard tengah bersembunyi, tiarap di atas salah satu kontainer tak jauh dari posisi Dante berada. Mengawasi pria itu dan anak buahnya menggunakan sebuah teropong yang di bawa Richard.
"Apa isi dalam kontainer-kontainer itu sebenarnya? Kenapa penjagaan ketat sekali." Tanya Alice pada Richard yang tengah mengusir nyamuk.
"Emas." Sahut Richard sembari menabok pipinya yang di gigit nyamuk.
Kepala Alice menggeleng-geleng takjub. Kembali meneropong jauh pada Dante yang tengah berbicara serius dengan para bawahannya.
"Kalau aku meminta satu apakah Dante akan marah nanti?" Alice terkekeh, merubah posisinya menjadi duduk. Memandang Richard yang tengah sibuk sendiri.
"Curi saja. Dia tak membutuhkan emas-emas itu." Seloroh Richard santai. "Dia hanya mengincar senjata-senjata ilegal di salah satu kontainer itu." imbunya.
"Ilegal? Bagaimana bisa? Apakah Dante tak di tangkap polisi?" Alice kembali bertanya.
Richard tertawa terbahak-bahak. Alice mengerutkan hidungnya bingung.
"Seribu polisi di negara ini pun tak akan mampu mengusiknya. Karena mereka ada di dalam kendali Dante." Tandas Richard memandang adiknya dari kejauhan dengan ekspresi bangga.
"Berati jika aku kabur dan lapor polisi kalau di culik Dante, polisi tak akan melakukan apapun?" Serobot Alice.
Richard menggigit bibirnya berpikir. Tak lama kepalanya manggut-manggut patah-patah. "Apa kau ada niat kabur lagi?"
Alice mengangkat bahunya. "Aku hanya sekedar bertanya."
"Aku harap kau tidak kabur lagi. Dan terus di samping adikku." Tutur Richard pelan.
Alice menghela napas. Duduk di pinggiran kontainer, menggoyangkan kedua kakinya seirama. Merasakan sensasi angin laut yang mengibarkan surai panjangnya. "Untuk apa? Tak ada tujuannya juga aku terus ikut dengannya."
Richard ikut duduk di samping Alice. Memandang wajah gadis itu dari samping lekat. "Ayolah, honey. Kau sangat cocok dengan adikku. Tak ada salahnya mencoba untuk menjadi kekasihnya."
Alice terkekeh geli akan ucapan kakak Dante itu. "Kenapa terdengar seperti kau memaksaku?"
"Hanya menjodohkan. Tak ada salahnya. Aku juga ingin menggendong seorang ponakan seperti para teman-temanku." Richard tertawa membayangkan.
Alice melipat tangannya ke depan dada. Kepalanya menggeleng-geleng tidak percaya. "Seharusnya kau lah yang segera mencari pasangan, Richard. Menggendong bayimu sendiri lebih-"
"Aku impoten." Potong Richard. Alice sontak diam seribu bahasa. Gadis itu memilih mengatupkan bibirnya, merasa bersalah.
Richard tertawa hambar, kepalanya mendongak menatap lurus ke arah langit malam yang di hiasi bulan purnama. "Mungkin ini takdir yang harus ku terima setelah melakukan banyak dosa selama ini."
Alice mengelus pundak Richard lembut. "Asal kau tahu semua orang di bumi memang hidup dengan segala dosanya, kecuali bayi yang baru lahir."
"Dan aku tak sengaja membunuh bayi itu." Gumam Richard pelan, hampir tak terdengar.
Alice mengerutkan keningnya, memandang Richard intens. "Apa kau mengatakan sesuatu tadi?"
Kepala Richard sontak menggeleng, tertawa kecil. "Tidak. Lupakan saja urusan dosaku itu."
"Lebih baik kau awasi lagi adikku." Imbunnya seraya membenarkan topi cowboy yang masih melekat di atas kepalanya.
Alice mendengus, tak urung dia juga mengangkat teropongnya, mengamati Dante kembali. Memandang wajah rupawan dan tubuh gagah pria itu dengan diam-diam.
Saat ini terlihat Dante yang tengah mengangkat telfon miliknya. Ekspresi pria itu tampak marah, rahangnya mengeras, kepalanya tiba-tiba saja mendongak, menatap nyalang ke arah Alice yang tengah meneropong.
Pupil mata Alice sontak melebar. Teropong di tangannya spontan terjatuh ke atas kontainer. Di sampingnya, Richard ikut terkejut. "Hei, ada apa?!"
Kepala Alice langsung menoleh pada Richard. "Gawat. Dante sepertinya tahu kita di sini!" Serunya.
Alih-alih terkejut, Richard justru berdecak senang. "Baguslah."
"Apanya yang bagus?!" Sembur Alice kesal.
"Setidaknya kita tak pulang menggunakan kuda itu lagi." Jawab Richard mengangkat dua alisnya seirama.
________________
Terimakasih sudah berkunjung ke cerita ini 🦋🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped with the devil (end)
RandomBerawal dari sebuah flash disk, Alice harus terseret masuk ke dalam dunia gelap. Di mana ia di tawan oleh seorang mafia kelas atas bernama Dante Victorio Maxim. Pria gagah, tinggi, dan berwibawa yang di kenal kejam terhadap para musuhnya. Alice yan...