Selamat membaca teman-teman
¥¥¥¥¥¥
Dua minggu berlalu dengan cepat. Tubuh Alice perlahan ikut membaik. Ia dikatakan cukup sehat hanya untuk berlari mengelilingi mansion berhektar-hektar milik Dante. Dua minggu itu pula hanya Alice habiskan dengan bersantai, bertemu dokter, dan pastinya beradu mulut dengan seorang Dante yang terus menyuruhnya untuk tidur.
Tapi hari ini Alice tak akan lagi menuruti semua perintah pria itu. Ia tak akan berdiam diri lagi. Dirinya akan keluar mencari udara segar atau mungkin berjalan-jalan kemanapun yang ia mau.
Sungguh, gadis cantik itu sangat bosan hanya untuk membenamkan kepalanya di bantal setiap hari.
"Kalau di pikir-pikir pria itu memangnya siapa dalam hidupku ini? Senang sekali menawan-nawanku di kamar bajingan ini!" Mulutnya mengerutu, tangannya sibuk mengancingkan bagian belakang gaun hitam sepaha yang tengah ia kenakan.
"Apa mulutmu itu tak pernah di sekolahkan?" Dante datang, ia berdiri menjulang di belakang Alice, menggantikan tangan gadis itu yang kesusahan mengancingkan pakaiannya.
Bola mata Alice berputar. Netranya menatap sengit pantulan tubuh tinggi Dante di belakangnya. "Aku memang tidak lulus sekolah. Kau sengaja mengejekku yah?!"
Bibir Dante tersungging senyum cemooh, jari telunjuknya menoyor kepala Alice ke samping, dan mulutnya yang pedas itu berkata dengan nada sombongnya, "Oleh karena itu, kau bodoh."
"Hei," Alice membalikan tubuhnya kilat, dagunya terangkat, matanya melotot hebat. "Bodoh-bodoh begini aku masih ada gunanya yah."
"Apa rupanya gunamu di muka bumi ini?" Dante merapatkan tubuh jangkungnya pada Alice, gadis itu reflek ikut mundur ke belakang, menabrak meja rias.
"Hoi hoi, ini masih pagi yah, Dante. Jangan kau macam-macam denganku. Atau kau ku bunuh dengan tangan kecilku ini!" Ancam Alice ganas, tanganya mengepal di atas meja.
Bibir Dante tersenyum smirk, satu alisnya terangkat ke atas, wajahnya begitu dekat dengan wajah Alice. "Kau tahu, sebenarnya aku muak mendengar ancaman itu. Tapi jika bibir mu yang berkata kenapa aku selalu saja ingin mendengarnya setiap hari. Ah, tidak, aku ingin mendengarnya setiap waktu, setiap detik, setiap jam."
Kepala Alice mengangguk-angguk, matanya berputar. Sunguh gadis sembilan belas tahun ini tak tahu harus berkata apa lagi. "Tuan, aku sudah tahu apa maumu sekarang. Kau ingin aku menjadi kekasihmu kan?"
Alice tertawa sebentar, "Hellow, c'mon. Lihat wajahmu itu! Sudah tua, keriput, apalagi kumis tipismu itu, ih ingin sekali aku menariknya."
Dante mundur, memasukan tangannya ke dalam saku celananya."Ide yang bagus."
Bibirnya seketika tertarik ke atas. "Kau jadi kekasihku sekarang!"
Kedua mata gadis belia itu melotot. "Hei, apa-apaan-"
"Ayo berkencan hari ini." Dante menggengam tangan kanan Alice. Ekspresi wajahnya tetap datar, namun sorot matanya tampak menggelora.
Entah mengapa Alice menyukai itu, hatinya tiba-tiba langsung terpanah. Jantungnya ikut berdetak semakin tak beraturan. Oh, Tuhan mahluk apa yang ada di depanku sekarang? Iblis kah? Atau malaikat?
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped with the devil (end)
RandomBerawal dari sebuah flash disk, Alice harus terseret masuk ke dalam dunia gelap. Di mana ia di tawan oleh seorang mafia kelas atas bernama Dante Victorio Maxim. Pria gagah, tinggi, dan berwibawa yang di kenal kejam terhadap para musuhnya. Alice yan...