Chapter 16

53.9K 4K 15
                                    

Selamat membaca teman-teman

¥¥¥¥¥

Tepat pukul tiga sore, pesawat jet milik Dante landing di bandar udara internasional Ninoy Aquino Manila. Beberapa bawahannya yang sudah lebih dulu sampai langsung berjejer rapih di luar. Menyambut kedatangan tuan mereka.

Tapi sayangnya gadis yang ikut bersama Dante malah tertidur nyenyak, belum ingin bangun sedari tadi. Adam yang melihat itu langsung mendekat.

"Saya yang akan membawanya, tuan." Adam bersiap untuk mengangkat tubuh Alice. Namun pergerakannya terhenti karena ucapan dingin dari tuannya.

"Biar aku saja." Ujarnya, Adam seketika mundur dan terperangah.

"Tapi-"

"Kau siapkan mobil!" Titah Dante, mengangkat tubuh Alice enteng ala bridal style.

Adam mengangguk, berjalan turun dari pesawat jet di ikuti oleh Dante yang menggendong Alice di belakang. Semua bawahan pria itu sontak menundukkan kepalanya hormat.

Adam bergegas membuka pintu mobil jeep hitam metalik yang sudah siap di depan tangga pesawat jet untuk Dante masuk bersama Alice yang masih memejamkan mata.

"Ck, seperti kerbau." Dante berdecak, menatap lekat wajah gadis di pangkuannya.

Adam yang duduk di kursi kemudi langsung tancap gas, memacu mobil keluar dari area bandara di ikuti dua mobil lain di belakang yang ikut mengawal.

Tak membutuhkan waktu lama, mobil milik Dante akhirnya sampai di depan pintu hotel. Staf hotel dengan sigap membukakan pintu mobil untuknya. Pria itu turun, berdecak kesal karena Alice belum kunjung bangun. Kakinya dengan segera masuk ke dalam lift di ikuti oleh Adam.

"Seluruh lantai paling atas hotel ini telah di kosongkan, tuan." Ujar Adam, berdiri di sampingnya.

"Hm." Jawab Dante singkat, pandangannya turun, memandang wajah polos Alice intens.

Ting

Sampai di lantai paling atas, Adam sigap membukakan pintu kamar, mempersilahkan Dante masuk. "Saya akan mengecek kembali keamanan di hotel ini."

Dante mengangguk, membiarkan Adam pergi. Dengan dongkol ia meletakan tubuh Alice kasar ke atas ranjang. Bersiap keluar kembali, namun tawa lepas yang keluar dari mulut gadis itu, menghentikan langkahnya.

"Buahaha ..." Alice menutup mulutnya tertawa kencang, Dante sendiri sudah mendelik tajam. "Terimakasih telah menggendong tuan putri ini, Tuan Dante."

"Sialan." Dante mendesis sengit. "Kau membohongiku?"

"Hei, aku memang lelah, sudah seharusnya kau menggendongku sampai ke sini." Alice berkata dengan santai.

"Benar-benar gadis menyusahkan." Decak Dante berang.

"Memang." Sahut Alice, turun dari ranjang. "Pending dulu kekesalanmu itu. Dan sebenarnya kita ini di mana, Dante?"

Kaki Alice melangkah ke arah jendela besar yang memperlihatkan hiruk pikuk kota Manila. "Wow, apa kita di luar negeri? Seingatku kota kita tak terlihat seperti ini."

Dante melipat tangannya ke depan dada. "Manila."

Kepala Alice menoleh ke belakang. Dahinya bergelombang. "Untuk apa kita kemari?"

"Menjual mu." Sahut Dante santai.

Alice melotot, berteriak keras. "YAKK!"

_____________

"Seluruh CCTV di lantai sepuluh telah di matikan tepat saat kita sampai di sini, tuan." Adam menghampiri Dante yang tengah berdiri di atas gedung hotel, menyesap sepuntung rokok di mulutnya.

"Hm, dan sampai mana pengiriman barang itu?" Tanya Dante tanpa membalikan tubuhnya.

"Info terakhir. Kapal tengah berada di wilayah teritorial Tunisia. Mungkin dua hari lagi akan sampai ke tangan mereka." Jawab Adam mengecek iPad miliknya.

"Pantau terus pergerakannya." Dante kembali menyesap rokoknya.

"Kau sudah cari informasi berapa pasukan Patra nanti malam?"

"Sekitar dua puluh orang yang berjaga di dalam gedung dan sekitar tiga puluh lima lainnya berjaga di luar gedung." Jelas Adam.

"Apa kita perlu memasukan bawahan kita ke dalam sana?" Adam bertanya, memastikan.

"Tidak perlu. Sepertinya dia hanya ingin mengadakan pesta." Dante membuang rokoknya asal.

"Urus juga gadis itu. Jangan biarkan dia mempermalukanku nanti malam." Lanjut Dante berbalik, bersiap pergi dari atas gedung hotel.

"Siap, tuan." Adam menundukkan sedikit kepalanya.

"Aku mempercayai mu." Dante tersenyum, melangkah pergi meninggalkan Adam menuju kamarnya yang bersebelahan dengan kamar milik Alice.

Sejenak, Dante melirik pintu di sampingnya. Menerka-nerka apa yang tengah di lakukan penghuni di dalamnya. Kepalanya menggeleng, mendorong pintu kamarnya, melenggang masuk dan berniat mengisyaratkan diri.

Tak lama kemudian, tampak gadis dengan kaos kebesaran dan celana jeans sepaha menyembulkan kepalanya ke luar pintu. Memantau keadaan sekitar yang hanya berisi lorong-lorong panjang. Bibirnya tersenyum bahagia, menyadari tak ada penjagaan sama sekali.

Yes, kesempatan lagi!

Kaki jenjangnya perlahan-lahan melangkah keluar. Berharap kali ini tak akan ketahuan lagi, jika ia akan kabur.

Cklek

"Hentikan langkahmu." Suara berat dari seseorang pria yang sangat ia kenal membuat langkahnya terhenti. Matanya terpejam sempurna, tangannya mengepal cemas.

"Kembali ke ke kamarmu, Alice!" Titahnya dingin.

Wajah Alice tertekuk, tubuhnya berbalik, bibirnya bersungut sebal karena tak berhasil kabur untuk kesekian kalinya.

"Haish. Sialan!" Ia menghentakan kakinya ke lantai kuat, berlari ke kamar, menutup pintu hotel dengan keras.

____________

Terimakasih sudah berkunjung ke cerita ini 🦋

Trapped with the devil (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang