Selamat membaca teman-teman
¥¥¥¥¥¥
Dengan mengenakan kaca mata hitam dan dress mint selutut, Alice berbelanja di temani Adam serta dua bawahan Dante di sebuah supermarket besar tak jauh dari mansion.
Tangannya setia mendorong troli, membawa kaki berbalut flatshoes miliknya perlahan menuju deretan rak makanan ringan yang berjejer rapih membentang di setiap sisi.
"Apa tuanmu menyukai sesuatu, Adam?" Alice bertanya sembari mengambil snack dan memasukannya ke dalam troli.
Adam tampak berpikir dan menggeleng. "Aku juga tak tahu apa yang di sukai, tuan."
"Makanan mungkin, masa kau tak tahu hal detail seperti itu?" Alice menghentikan langkahnya. Menoleh pada Adam di belakang.
"Tuan tak pernah pilih-pilih makanan. Dia selalu menyantap apapun yang penting berbentuk makanan." Jelas Adam memasukan satu tangannya ke dalam saku celana.
Kepala Alice menggeleng, melangkahkan kakinya kembali menuju deretan sayuran dan buah-buahan segar. "Berati dia menyukai semua sayuran ini?"
"Begitulah."
"Alice!" Seseorang tiba-tiba memanggil gadis itu dari samping. Kepala Alice sontak menoleh. Menemukan seorang pria berambut ikal, berpostur tubuh tinggi tengah berjalan ke arahnya sembari melambaikan tangan.
Alice sedikit menurunkan letak kaca matanya, dan memekik. "Vino!"
Vino terkekeh ternyata benar gadis pendek dengan rambut panjang itu adalah Alice, pacarnya yang tiba-tiba saja menghilang sejak mereka lulus SMA.
Alice berniat berlari mendekat, namun Adam tiba-tiba mencegahnya dengan berdiri tegak di depan tubuhnya. Menghalangi Vino yang akan mendekat.
"Siapa kau?" Adam bertanya tegas.
Kening Vino mengkerut. "Bukankah aku yang seharusnya bertanya. Kau itu siapa?"
Alice menggeser tubuh Adam dan berbisik, "dia itu temanku, Adam. Minggir dulu, aku mau bercipika-cipiki sayang-sayangan dengannya sebentar!"
"Tuan akan marah nanti, Alice." Peringat Adam, netranya bergulir ke setiap penjuru supermarket, melihat beberapa teman-temannya yang sudah bersiap diri di posisi mereka.
Kedua bola mata Alice berputar. "Dia tak ada di sini. Dan untuk apa juga dia marah karena hal sepele seperti ini."
"Sebaiknya--" Ucapan Adam terpotong oleh Vino.
"Alice, dia pacarmu?" Vino menunjuk Adam dengan dagunya.
"Eh, bukan." Alice dengan sigap berjalan mendekati Vino. Berdiri di depannya sembari mengulas senyum lembut. "Adam adalah temanku, Vino."
"Syukurlah." Bibir Vino tersenyum tipis.
Hidung Alice mengkerut. "Syukur kenapa?"
"Berati kau masih milikku. Ingat, kita belum memutuskan hubungan. Kau memiliki banyak penjelasan padaku tentang dua tahun ini, Alice." Vino berkata dengan nada begitu putus asa.
Alice menghembuskan napasnya. Ternyata Vino masih mengharapkan hubungan cinta monyet itu. "Kau tak berpikir kita akan kembali menjadi sepasang kekasih, bukan?"
"Aku bukan mengharapkan, tapi memang kita masih berpacaran Alice. Tidak ada kata putus saat itu, kau pergi meninggalkanku." Jelas Vino dengan nada tenang dan sedikit rasa sakit mendalam. Mengingat, Alice dan dirinya sudah berpacaran cukup lama tepatnya sejak duduk di bangku satu SMA.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped with the devil (end)
CasualeBerawal dari sebuah flash disk, Alice harus terseret masuk ke dalam dunia gelap. Di mana ia di tawan oleh seorang mafia kelas atas bernama Dante Victorio Maxim. Pria gagah, tinggi, dan berwibawa yang di kenal kejam terhadap para musuhnya. Alice yan...