Chapter 34

71.1K 4.7K 1K
                                    

Selamat membaca teman-teman

¥¥¥¥¥¥

Malam ini, di ruangan sempit, sunyi, di terangi dengan satu bohlam lampu kuning menyala redup di tengah atap lembab, Dante duduk berhadapan dengan seorang sniper yang menembak Alice dua hari lalu.

Pembunuh bayaran yang hampir menyentuh kepala empat itu menunduk, tubuh lemahnya terikat kuat di kursi. Wajahnya babak belur, rahangnya terkoyak, satu kakinya hampir patah, luka sayatan hampir menjalar di bagian perut hingga ke leher.

Tepat lima jam lalu, ia mengemasi barang-barangnya di hotel, berniat melarikan diri ke Vietnam. Namun gagal, karena bawahan Dante lebih dulu menemukan persembunyiannya. Mereka menangkapnya dan menyeretnya ke ruang bawah tanah yang ada di belakang mansion.

"Lama tidak bertemu, Binner." Dante menyapa, memecah ketegangan.

Pria itu, Binner mengangkat wajahnya. Bibirnya yang robek tertarik ke atas, tersenyum culas. "Habisi saja aku. Jangan terlalu bertele-tele. Aku sudah siap mati sekarang!"

"Itu pasti akan terjadi. Tanganku sendiri yang akan mengantarmu ke pusaran terakhir." Dante berkata dengan intonasi tenang. "Tapi sebelum itu terjadi, kau harus memberitahuku, siapa orang yang menyuruhmu?"

Binner tertawa, terbatuk-batuk hingga sedikit mengeluarkan darah segar dari mulutnya. "Aku bukanlah kelinci yang lari terbirit-birit ketika sang raja hutan meruncingkan taringnya. Aku tak takut padamu Dante. Sumpah setia pada tuanku lebih berharga daripada kematianku sendiri."

Dante terkekeh, menggeleng, mengetuk-ngetuk ujung sepatu hitam mengkilap di kakinya ke lantai. Keberanian pria di depannya memang tak perlu di ragukan lagi. "Tanpa kau membuka suara pun, sebenarnya aku sudah langsung tahu, siapa yang memerintahmu."

Dante berdiri, mengeluarkan sebuah pisau lipat dari selipan jasnya. Mengarahkan ujungnya tepat di balik telinga Binner. "Hanya dengan melihat tato naga jelek ini saja, semua informasi yang aku butuhkan sudah aku dapatkan!"

"Kau-"

Srak

Tanpa ragu Dante menancapkan pisau itu tepat pada tato kecil yang tergambar di belakang telinga Binner. Darah segar sontak muncrat deras menghiasi lantai dan sedikit mengenai jas hitam yang di kenakan Dante.

Binner perlahan mati dengan keadaan mulut terbuka, dan mata melotot lebar. Dante tersenyum miring, berbalik, keluar meninggalkan Binner yang tengah meregang nyawa di dalam sana.

Di depan pintu, ia menyuruh beberapa bawahannya untuk melemparkan tubuh Binner ke dalam kolam buaya. Menjadikannya santapan makan malam hewan-hewan buas miliknya.

"Bagaimana dengan orang yang memasang bom itu? Kau sudah menemukannya?" Dante mendudukkan tubuhnya ringkas di kursi kayu. Ia, Leon, dan Adam tengah duduk melingkar di meja bundar yang terletak di tengah ruang bawah tanah.

"Sudah, tuan. Namanya Zen, perakit bom mematikan dari daratan Cina, berusia dua puluh delapan tahun, pindah ke Indonesia hampir satu tahun terakhir." Adam menjelaskan. "Sekarang Juan tengah membawanya kemari menggunakan helikopter."

"Apa orang yang menyuruhnya sama?" Tatapan Dante mulai menggelap.

Adam mengangguk mengiyakan. "Benar, tuan. Ayah anda sendiri yang memerintahkannya."

Trapped with the devil (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang