Chapter 8 - Main di daratan

751 114 51
                                    

༒︎༒︎༒︎🧜‍♂️༒︎༒︎༒︎
ᴅᴇsᴛɪɴʏ ᴏғ ᴛʜᴇ ᴏᴄᴇᴀɴ
༒︎༒︎༒︎🧜‍♂️༒︎༒︎༒︎
🌊
🌊
🌊

Keesokan harinya, di kerajaan Merenian.

"Kak Hwa, ayo cepat~~" ujar Yunho dengan tidak sabar, Kakak Sepupunya ini lambat sekali. "Kak Hwa, walau ada yang datang ke kamar pun mereka hanya akan berpikir aku tengah jalan-jalan. Memangnya siapa juga yang mau ke kamarku?" Yunho menyilangkan tangan di depan dada, bibirnya mengerucut, ngambek.

Seonghwa akhirnya menyerah, menutup rapat pintu kamar Yunho dan menghampiri Sang Pangeran yang mudah merajuk. "Baiklah, baiklah, ayo pergi."

Senyum Yunho kembali mengembang, menggandeng tangan Seonghwa dan berenang cepat melewati pintu rahasia. Main ke daratan, Yunho sudah tak sabar ingin segera sampai.

|

Sisi pulau tak berpenghuni sudah terlihat, Yunho dan Seonghwa kembali berenang menyusuri dasar laut, menuju sisi pulau yang lain, menuju patahan yang menghubungkan langsung dengan rumah Hongjoong dan Mingi.

Laju renang Yunho semakin cepat setelah patahan yang dimaksud sudah terlihat, dan masuk lebih dulu, disusul Seonghwa yang kesulitan mengimbangi kecepatan Yunho.

"Sampai!" seru Yunho setelah menyembulkan kepala ke permukaan kolam di dalam rumah Mingi. "Oh, hai Mingi," sapa Yunho dengan polos, tak tau saja teriakannya barusan membuat Mingi kaget setengah mati.

"Kamu membuatku terkejut astaga, bisakah kamu datang dengan normal?" sewot Mingi, berpaling, dan kembali mengikat kain pada rancangan kayu yang ia buat.

Yunho sendiri hanya terkekeh pelan, berenang mendekati Mingi, memegangi tepi kolam. "Kamu sedang apa, Mingi?"

"Membuat tempat untukmu berganti baju, seperti yang Kak Hongjoong katakan kemarin, agar saat kamu berkunjung, kamu bisa langsung mengeringkan ekormu. Aku hanya tidak menyangka kamu akan mampir secepat ini," jelas Mingi, disertai nada sedikit mengejek di akhir, "sendirian?"

"Eh?" Yunho baru menyadari, Kak Hwa tidak ada, padahal tadi tepat dibelakangnya. "Tidak, aku seharusnya bersam—"

pyas!

Seonghwa muncul ke permukaan dengan napas terengah, ia lelah sekali, ia harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk mengimbangi Yunho, walau tetap saja ia tertinggal. "Akhirnya ... tersusul," ujarnya putus-putus, memegangi tepi kolam dan berusaha mengatur napas.

Mingi hanya menatap Yunho speechless dan menggeleng pelan. "Jika tak sendirian seharusnya kamu lebih sering menengok ke belakang, jangan sampai kamu terlambat menyadari jika ada yang tertinggal—" Mingi terdiam, ingatan masa lalu tiba-tiba melesak masuk memenuhi isi kepala. "Kecuali saat dalam bahaya, berenanglah sekuat tenaga, jangan sia-siakan pengorbanan rekan yang mengorbankan nyawa hanya untuk membuat celah agar kau bisa pergi," lanjut Mingi dengan intonasi pelan, kelewat pelan.

"Mingi, kau tak apa?" tanya Seonghwa dengan khawatir, memegang sebelah tangan Mingi yang dekat dengan tepi kolam, pemuda ini tiba-tiba menggumam dengan sorot mata kosong.

Mingi mengerjap dengan cepat. "Ah, aku baik-baik saja," ujarnya, kembali melakukan pekerjaan dengan cepat. "Tunggu sebentar, sedikit lagi selesai dan kalian bisa gunakan untuk mengganti baju dengan yang kering."

"Iya," balas Yunho dan Seonghwa hampir bersamaan.

"Oh. Aku baru ingat." Mingi menghentikan pekerjaannya untuk mengambil kain di atas meja, dan meletakkanya di tepi kolam. "Mutiara milik kalian, aku lupa memberikannya kemarin."

"Eh?"

Yunho dan Seonghwa jelas terkejut. Mingi dan Hongjoong tak hanya baik, mereka pun tak serakah. Mutiara itu memang sengaja mereka tinggalkan sebagai hadiah, tetapi mereka tak langsung menggunakannya, justru mengembalikannya.

[✔] Destiny of the Ocean . MinYunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang