Chapter 25 - Sampai jumpa lagi

488 82 28
                                    

༒︎༒︎༒︎🧜‍♂️༒︎༒︎༒︎
ᴅᴇsᴛɪɴʏ ᴏғ ᴛʜᴇ ᴏᴄᴇᴀɴ
༒︎༒︎༒︎🧜‍♂️༒︎༒︎༒︎
🌊
🌊
🌊

⏳️
"Seonghwa, aku menyukaimu."

"Heh?" Seonghwa jelas terkejut mendengar pernyataan Hongjoong yang tiba-tiba. Pipinya merona sempurna, ranting pohon yang berhasil ia kumpulkan kembali berjatuhan.

Mengundang tawa dari Hongjoong. "Astaga, menggemaskan sekali."

Seonghwa semakin salah tingkah, berjongkok, kembali mengumpulkan ranting dengan terburu. Jantung semakin berdegup kencang kala Hongjoong ikut berjongkok di depannya. Mengambil alih ranting, kembali meletakkannya di tanah dan menarik kedua tangannya agar berdiri. "Hongjoong?" ujar Seonghwa gugup.

"Aku menyukaimu," ucap Hongjoong sekali lagi, menggenggam erat kedua tangan Seonghwa. "Aku tahu umur manusia tidaklah panjang, tetapi jika takdir tak ikut campur, aku cukup percaya diri dengan perkiraan umur yang aku miliki, pola hidupku sangat sehat, setidaknya tujuh puluh pasti bisa aku lewati.

Selama itu, mau kah kamu bersama denganku? Aku ingin menghabiskan sisa waktuku bersama denganmu, membuat banyak kenangan indah bersama dengan dirimu. Apa kamu mau, Seonghwa? Aku mencintaimu," ungkapnya, mengunci manik mata Seonghwa, menunjukkan betapa serius ia dengan ucapannya.

Netra Seonghwa berkaca, membawa aliran sungai melewati pipi, jatuh membentuk mutiara berwarna biru transparan yang memiliki arti kepercayaan dan kebahagiaan. Seonghwa percaya pada semua ucapan Hongjoong, dan semua ini membuatnya bahagia. "Aku mau, Hongjoong. Berjanjilah kamu akan selalu berada di sampingku."

"Aku berjanji."
⌛️

Tangis Seonghwa semakin pecah, memeluk Hongjoong dengan erat, kenapa Dewa Lautan begitu kejam padanya? Ketika akhirnya ia dapat merasakan cinta, Dewa kembali merenggutnya dalam waktu yang begitu singkat. "Kamu berjanji akan selalu bersama denganku Hongjoong, hiks ini baru satu hari. Baru satu hari, tetapi kenapa kamu sudah pergi meninggalkan aku?" lirihnya, mengecup kening Hongjoong dengan bibirnya yang bergetar.

Takdir sungguh tak memiliki belas kasihan, dengan kejamnya membawa orang yang sangat ia cintai pergi jauh untuk selamanya. "Maaf, Mingi," ujar Seonghwa tanpa menatap lawan bicara. "Ini semua salahku, Hongjoong pergi karena aku, jika saja aku—"

"Kak Seonghwa," potong Mingi, menyentuh bahu Seonghwa dan menggeleng pelan. "Ini ... bukan salah siapa pun." Kakaknya hanya tak ditakdirkan untuk bersama dengan mereka lagi. Memang sekejam itulah takdir yang digariskan. "Jika Kak Seonghwa tak keberatan, aku akan mengkremasi jasad Kak Hongjoong sekarang." Karena berlama-lama pun tak ada gunanya, hanya akan menambah luka kepedihan dalam hati.

Seonghwa berusaha tegar, menatap Hongjoong untuk terakhir kali dan mengangguk. "Tentu."

"Tunggu."

Suara berat dari belakang, membuat semua orang menoleh, menatap Jaehyo yang tadi berbicara. Dengan bertumpu pada Sukwon, Jaehyo berenang mendekat. "Ada satu cara untuk kembali menghidupkannya."

Baik Seonghwa atau pun Mingi, sangat terkejut mendengarnya. "Kau tahu caranya?" ujar mereka bersamaan.

Jaehyo mengangguk.

"Tolong beritahu aku," pinta Seonghwa dengan tak sabar. Tak mempertanyakan dari mana Jaehyo mengetahuinya karena ini pasti pengetahuan sesepuh. Bagaimana pun Jaehyo sudah ada bahkan jauh sebelum ia lahir. Seonghwa pun tahu jika Jaehyo dekat dengan sesepuh Sirenian yang diyakini sebagai Sirenian pertama yang ada dimuka bumi. Pengetahuan ini pasti didapatkan dari sana.

[✔] Destiny of the Ocean . MinYunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang