༒︎༒︎༒︎🧜♂️༒︎༒︎༒︎
ᴅᴇsᴛɪɴʏ ᴏғ ᴛʜᴇ ᴏᴄᴇᴀɴ
༒︎༒︎༒︎🧜♂️༒︎༒︎༒︎
🌊
🌊
🌊Pagi berikutnya.
"Mingi, cepat bangun," ujar Hongjoong, sebelah tangannya menggoyangkan tubuh Mingi dengan pelan. Ah, tapi jika dibangunkan dengan cara normal seperti ini, adiknya tidak akan bangun. "Bangun!" ucap Hongjoong lagi, pantat Mingi ia pukul dengan keras, tiga kali.
Mingi akhirnya mengerang terganggu, ia mengubah posisinya agar bisa menatap Hongjoong. "Kenapa sih, Kak?" ketusnya dengan suara serak khas bangun tidur. "Ini masih pagi."
"Kau tidak lupa dengan janjimu, kan?" Hongjoong tidak membiarkan Mingi kembali terlelap, ia segera menarik tangan adiknya agar duduk. "Yunho sudah bangun sejak subuh, aku bahkan tidak yakin malam ini ia bisa tidur dengan nyenyak atau tidak, sepertinya ia terlalu bersemangat."
Mingi hanya bergumam tidak jelas dan menguap lebar, Mingi tentu ingat dengan janjinya, hanya saja ini masih sangat pagi astaga, matahari saja belum menampakkan wujudnya.
"Tapi Kakak, ini masih terlalu pagi," ujar Mingi lagi dengan mata terpejam. Pagi buta seperti ini mana ada delman yang akan mengantar mereka ke kota.
Hongjoong sedikit menggaruk pelipisnya. "Yaa iya sih, tapi Yunho terus menatap pintu kamarmu dengan penuh harap, itu seram tahu," canda Hongjoong. Yunho memang sejak tadi menatap pintu kamar Mingi, tetapi tentu tidak seram, raut wajahnya justru menggemaskan dengan pipi yang menggembung karena tidak sabar.
Hongjoong mengusak surai Mingi, membuat rambut yang sudah kusut itu semakin berantakan. "Sudah cepat bangun, Kakak butuh bantuanmu untuk membentangkan jaring setengah jadi di hutan, Kakak ingin menyelesaikannya hari ini juga, nanti malam Kakak pergi melaut."
Mingi pada akhirnya mengangguk. Jaring lama Kakaknya sudah rusak satu, tidak bisa diperbaiki lagi, jadi Kakak membuat jaring yang baru, dan akan lebih mudah menyulamnya jika Tali Ris Atas dibentangkan dan diikat pada pohon.
Dan hutan yang cukup renggang pertumbuhan pohonnya ada di hutan bagian barat. Mingi biasanya membantu Hongjoong membawakan peralatan yang dibutuhkan dan membantu mengikat Tali Ris di batang pohon agar tingginya sama.
|
Setelah keluar dari kamar, Mingi melihat Yunho tengah memasukkan alat dan bahan yang Kakaknya butuhkan untuk membuat jaring, seperti Coban, Seleran, Alat potong tali, Benang jaring , pelampung dan pemberat. Dengan binar mata takjub tentunya, semua alat itu pasti baru pertama kali Yunho lihat.
Mingi hanya tersenyum kecil dan kembali berjalan menuju kamar mandi. Biasanya ia tidak langsung mandi, setelah membantu Honjoong biasanya ia akan menyambung tidur, tetapi karena sekarang ia punya janji jadi Mingi sekalian mandi.
Setelah selesai mandi—sudah memakai pakaian lengkap tentunya—Mingi menghampiri Yunho dan mengambil tas kain berisi peralatan milik Kakaknya. "Aku akan ke hutan sebentar, setelah kembali aku akan mengajakmu ke kota," ujarnya.
Namun, saat Mingi berbalik, lengannya di tahan Yunho. Mingi kembali menoleh untuk menatap wajah Yunho. Binar mata menyilaukan Yunho lah yang menjadi titik perhatian Mingi.
"Mi—"
"Tidak boleh," potong Mingi cepat, karena ia tahu apa yang akan Yunho ucapkan. Yunho tentu ingin ikut dengan Mingi ke dalam hutan, dan Mingi tidak mengizinkannya karena Yunho baru bisa berjalan dengan kedua kakinya.
Ada banyak sekali akar yang mencuat dan juga dahan-dahan pohon kering yang berserakan, ia tidak ingin Yunho terjatuh karena tersandung dan membuat tubuhnya kembali terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Destiny of the Ocean . MinYun
Fiksi PenggemarMingi adalah manusia yang menyimpan rahasia besar. Sedangkan Yunho adalah pangeran Merman yang haus akan pengetahuan. Dipertemukan dalam ketidaksengajaan yang membawa mereka pada rasa yang lebih dalam. Kisah klise pangeran Merman dari kerajaan Mer...